Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencontohkan Bahasa yang Benar bagi Anak Kecil, Apa Dampak Positifnya?

11 Februari 2024   22:37 Diperbarui: 11 Februari 2024   23:04 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga dengan julukan yang akan diberikan hendaknya julukan yang baik kepada mereka. Ungkapkanlah sang hebat, sang pemberani, sang pahlawan, dan sebagainya, yang bernuansa etika dalam berbahasa. 

Upaya Melestarikan Bahasa

Sekilas, kiranya mencontohkan bahasa yang benar kepada sang anak usia dini adalah perbuatan spele dan kurang bermakna adanya. Padahal, tanpa kita sadari perilaku tetsebut merupakan salah satu upaya dalam kerangka melestarikan bahasa. Mengapa? Hal itu jelas disebabkan kita tidak semena-mena memperkenalkan bahasa yang kurang baik atau tidak benar kepada mereka. 

Sungguhpun bahasa memiliki sifat dinamis bukan statis, tetapi yang kita contohkan tetap yang baik dan benar. Rasanya sangat sedikit orang yang tetap menyimpan dan menjaga bahasa-bahasa yang kurang atau tidak bermanfaat dalam memorinya. Kalaupun ada istilah atau kata yang tidak baik dari segi etika, ini tidak perlu dilestarikan melalui tindak berbahasa dengan anak-anak. Dengan demikian, upaya pelestarian bahasa yang baik dan benar akan terwujud sebagaimana yang diinginkan. 

Meminimalisir Penggunaan Bahasa yang Tidak Benar

Rasanya tidak dapat diragukan lagi mengenai penggunaan bahasa yang akan dilakukan oleh sang anak-anak manakala yang dicontohkan dan diwariskan itu adalah bahasa atau kata-kata yang benar. Dengan sendirinya mereka akan tetap menjaga dan meminimalisir penggunaan bahasa yang tidak benar. 

Sungguhpun nantinya akan diperoleh bahasa yang tidak baik dan tidak benar melalui pergaulannya, namun tentu hal itu pasti akan mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Akan tetapi, bila sejak dini sudah kita pasok dengan kata-kata atau bahasa yang salah, baik dari segi struktur maupun etika berbahasa, jangan kita salahkan merekat apabila suatu saat patron itu akan dijadikan pedoman dalam bertindak. 

Berikut, istilah atau ucapan yang mesti dijauhi saat membekali segudang kata-kata kepada anak-anak. Kata kambing jangan diperdengarkan mbeng saja. Kata motor jangan sering diistilahkan dengan tor melulu. Kata mobil jangan juga disebut bin. Kata tolong jangan dilafalkan toyong. Begitu juga kata sakit tidak diperdengarkan akit saja. 

Bentuk-bentuk ungkapan seperti itu tidaklah dimanfaatkan oleh orang tua untuk menjaga keutuhan bahasa yang akan digunakan oleh si anak. Gunakanlah kata-kata tersebut secara lengkap secara fonologis dan morfologis yang tepat. 

Kesimpulan

Bahasa adalah sarana komunikasi utama yang sangat berharga dalam kehidupan. Menjaga bahasa sama dengan menjaga jiwa dan raga kita sendiri. Melestarikan bahasa sama dengan menjaga gezah atau marwah kita sendiri. Sebelum sang generasi merusak bahasa dari segi fonologi atau bunyi, morfologi atau struktur, sintaksis atau tata kalimat, serta semantik atau makna, mewariskan bahasa yang baik dan benar adalah suatu kewajiban. Hal tersebut tidak hanya bagi bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar bangsa ini, tapi juga hendaknya kita lestarikan bahasa ibu sebagai bahasa utama dan pertama bagi kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun