Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencontohkan Bahasa yang Benar bagi Anak Kecil, Apa Dampak Positifnya?

11 Februari 2024   22:37 Diperbarui: 11 Februari 2024   23:04 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokumen Pixaby

Anehnya..., paradigma berbahasa yang ditransfer kepada anak usia dini adalah penggalan bahasa-bahasa yang salah dan tidak lengkap strukturnya. Kedengarannya lucu, susunan huruf tidak lengkap, namun penyampaiannya cukup gampang, seolah-olah tanpa cela. Padahal, itu termasuk fundamen dasar berbahasa anak yang mesti diperhatikan. Apalagi saat itu sang anak kecil ini belum tau bahasa tapi masih belajar berbahasa dengan pola meniru. Namun, kesalahan fonologi dalam wujud kesalahan ucapan terus saja mengelabui sang anak sepanjang zaman. 

Mencontohkan Bahasa yang Benar

Di satu sisi anak yang masih kecil perlu dibekali logistik yang banyak dan berguna bagi kehidupannya, yaitu bahasa. Di sisi yang lain, begitu banyak pula suka cita di dalam dunia berbahasa, terutama yang dicontohkan kepada mereka. Kesalahan demi kesalahan terus saja bergulir seiring perjalanan waktu. Guna menetralisir keduanya, meneladani bahasa yang benar adalah suatu keniscayaan yang patut diperhitungkan. 

Nababan dalam bukunya Sosiolinguistik Suatu Pengantar (1994:13) menyatakan bahwa "Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk, baik bunyi maupun tulisan maupun strukturnya, dan makna, baik leksikal maupun fungsional dan struktural." Berarti, apapun yang kita ungkapkan berwujud bahasa maka itu akan memilki bentuk dan maknanya. Oleh karena itu, segala sesuatu yang ingin dibahasakan dan dicontohkan kepada si kecil yang masih usia dini haruslah dengan bahasa yang baik dan benar. 

Beberapa contoh yang senantiasa terjadi dalam hubungan kekeluargaan antara anak dengan ibunya atau orang-orang terdekat dengannya di dalam tindak komunikasi. Istilah tersebut antara lain: - syu, - oti, - yong, atuh, tuyon. Hal ini sepatutnya tidak boleh terjadi karena semuanya itu dapat diungkapkan dengan utuh dan benar, sehingga si anak pun akan mengucapkan secara benar pula. Kata susu jangan diperdengarkan dengan syu, kata roti jangan diukirkan dengan oti belaka. Begitu juga dengan burung tidak dibiasakan dengan yong, kata jatuh jangan diucapkan tiga huruf saja, dan kata turun tidak diucapkan dengan tuyon. 

Selain hal di atas, setiap orang tua hendaknya tidak menyebutkan samaran yang kurang baik kepada siapa pun kepada anak yang lagi belajar bahasa. Mereka belum memahami maksud dan tujuan yang kita juluki itu. Baginya seakan-akan akan yang kita juluki tersebut sudah sangat baik. Dengan begitu, si anak ini pun nantinya akan memanggil sosok-sosok terdekatnya dengan sebutan yang memilukan. Misalnya; si boneng, si badut, si begok atau julukan-julukan lain semacamnya. Ini benar-benar harus menjadi pantangan bagi kita. 

Begitupun saat mengucapkan suatu kata dengan kurang tepat dengan istilah cadel. Ini rasanya tidak boleh kita contohkan karena dapat berakibat fatal bagi si anak. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah situs bahwa "Cadel adalah sebuah gangguan ketika seseorang mengalami kesulitan melafalkan huruf-huruf atau kata tertentu dengan baik. Huruf tersebut antara lain R, D, L, N, S, T, atau Z. Cadel seringkali dialami oleh balita. Gangguan ini dapat membuat anak kesulitan berkomunikasi dengan jelas hingga kehilangan rasa percaya diri." https://Morinaga id. Diakses 11 Februari 2024, pukul 21.30 WIB. 

Jelasnya, kata-kata apa pun yang ingin disampaikan bagi anak kecil haruslah lengkap dan benar sesuai struktur dan maknanya. Lantas..., dampak positif apa saja yang bakal dimunculkan dengan mencontohkan bahasa yang benar kepada anak sejak usia dini? Guna dapat memberi jawaban konkret terhadap pertanyaan tersebut, deskripsi berikut akan memberi gambaran terhadap hal tersebut. 

Mewariskan Bahasa yang Betul

Seperti telah dijelaskan bahwa bahasa adalah sarana transformasi dari yang tidak tau menjadi tau. Dengan memperhatikan strategi penyampaian bahasa yang akurat maka otomatis kita telah mencoba mewariskan bahasa yang betul sejak usia dini. Hal ini tentu akan menjadi harta warisan yang cukup berharga bagi kehidupan dan penghidupannya kelak. Pepatah jadul menandaskan dengan tegas bahwa "bahasa menunjukkan bangsa".

Dengan adanya warisan bahasa yang betul, mereka akan dapat membawa diri ke arah yang lebih bersahabat, kapan dan di mana saja anak itu berada nantinya. Secara psikologis, hubungan sosial pun akan mudah dilaksanakan dikarenakan faktor bahasa tersebut. Bahkan, bila anak tersebut tergolong kritis, saat telah memahami bahasa yang diutarakan orang lain, dia pasti dimengerti dan sekaligus akan dikritisi serta diperbaikinya saat komunikasi berlangsung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun