Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Siapa Pemimpin Pilihan dalam Pilpres 2024?

4 Februari 2024   23:45 Diperbarui: 5 Februari 2024   00:08 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dumber gambar : Dokumen Oribadi

Oleh  : Marzuki Umar, M.Pd.

Sebagaimana kita ketahui bahwa masa jabatan presiden Jokowi periode kedua adalah tahun 2019 sampai 2024 ini telah berakhir. Ini menandakan bahwa jabatan presiden untuk periode berikutnya segera akan ditentukan. Tujuan ini dapat kita perhatikan dengan pajangan baliho capres periode 2024-2029 di berbagai area jalan, baik wilyah kota maupun desa-desa terpencil sekalipun. Selain itu, untuk menggapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka berbagai persiapan pun telah dan sedang dilakukan mulai tingkat pusat sampai tingkat desa. Dengan begitu acara yang akan digelar pada saatnya nanti dapat berjalan lancar. 

Kiranya, detik-detik pesta demokrasi telah berada di ambang pintu. Perekrutan dan Penetapan calon presiden pun telah jauh-jauh hari dilaksanakan dengan bijak. Dengannya, ada tiga calon yang diusungkan untuk bakal menjadi pemimpin selama lima tahun ke depan di Republik Indonesia yang kita cintai ini. Adapun ketiga calon tersebut telah dikukuhkan oleh pihak komisi pemilihan umum (KPU) yang diawali dengan sidang pleno dan pengundian ketiga calon presiden tersebut untuk menentukan nomor urutnya. 

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Idham, selaku Ketua Divisi Teknis Penyelenggaraan, bahwa "KPU menetapkan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu Tahun 2024, yakni Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, serta Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. 

Ketiga pasangan calon telah memenuhi ketentuan pasal 220 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang di mana partai politik atau gabungan partai politik bisa mendaftarkan bakal pasangan calon, yaitu telah memenuhi ketentuan 25% kursi di DPR atau 25% perolehan suara sah secara nasional. hhtp://www.kpu.go.id. Diakses 3 Februari 2024 pukul 17.25 WIB". 

Berarti, ketiga calon tersebut merupakan finalis di ajang pesta pora demokrasi politik yang akan digelar tanggal 14 Februari 2024 di seluruh Indonesia. Dengan penetapan tersebut, berbagai mekanisme diwacanakan dan digerakkan oleh masing-masing calon guna mencapai puncak kemenangannya. Penetapan timses dan tim kampanye secepat itu juga dilakukan guna mengadakan berbagai pendekatan persuasif dengan tujuan akan dapat mengumpulkan suara di dalam pilpres yang sebentar lagi akan dilangsungkan. 

Guna meyakinkan masyarakat terhadap calon pilihannya, kampanye dan debat pun dilaksanakan dengan penuh provokatif. Penyampaian program, visi-misi, serta gagasannya terus saja dimanifestasikan secara figuratif, dengan harapan keinginan para pemilih di hari H nantinya akan dapat mencoblos diri calon pilihannya sesuai dengan prinsip dan nuraninya. Di samping itu, berbagai tema dicurahkan. Adapun tema-tema tersebut antara lain masalah : pemerintahan, hukum, HAM, budaya, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, pelayanan publik, dan penanganan disinformasi, serta kerukunan warga. 

Hal-hal semacam itulah yang dipublikasikan oleh setiap calon kandidat pemimpin untuk periode yang akan datang ini. Kalau kita dalami dengan baik, semua persoalan yang dipaparkan dan bakal diperhatikan setelah capres terpilih nanti, memang masalah yang telah mengemuka di tengah-tengah kita bersama dengan berbagai problematikanya. Kekurangan, ketimpangan, kecolongan, kekhilafan, dan kecerobohan serta permasalahan lainnya memang tak dapat dielak. Perilaku tersebut kiranya dapat dijadikan tombak pengalaman yang berharga untuk melangkah ke arah yang lebih profesional di masa yang akan datang. 

Nah..., saat ini calon taruna untuk menjadi orang nomor satu di negara tercinta ini sudah disahkan oleh pihak KPU sebagaiman digambarkan pada bagian sebelumnya. Nama dan paras masing-masing calon taruna itu pun sudah sangat kita kenal dengan baik. Harapan kita adalah dengan terpilihnya pimpinan yang baru nanti hendaknya dapat membawa perubahan-perubahan yang berarti ke arah yang lebih baik di dalam berbagai bidang, baik pendidikan, ekonomi, hukum dan sebagainya. 

Untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara, penetapan pemimpin pilihan ada pada rakyat selalu masyarakat pemilih. Segala keinginan kita selaku masyrakat ke jalur yang lebih kompeten, kitalah yang menentukannya. Pemimpin pilihan benar-benar menjadi fokus kita yang kita teropong dengan kaca mata pendidikan dan pengalaman sebelum kita pilih. Jadi, pemilihannya itu akan tepat sasaran sebagaimana yang kita hajati nantinya. 

Jadi, calon kontestan yang akan kita pilih bukanlah sekadar melihat bantuan-bantuan semu yang dijadikan tali pengikat sebelum dirinya diangkat menjadi seorang pemimpin. Apalagi kalau bantuan tersebut dijadikan sebagai rakit untuk menyeberangi sungai yang dalam atau sebagai tiang penyangga untuk dapat menaiki bukit yang terjal. Manakala sudah di seberang atau di atas bukit, jam terbangnya sudah tinggi, sistem sudah berbeda, maka rakit dan tiang tersebut akan tercampakkan dengan sendirinya. Oleh karena itu, kiranya masih punya waktu untuk kita pikirkan bersama terhadap desainer yang akan kita berikan suara nantinya dalam beberapa hari ini. 

Ingatlah bahwa tampuk pimpinan yang kita usungkan itu bukan untuk dua atau tiga bulan saja, akan tetapi beliau akan berkiprah selama 5 tahun dalam masa jabatannya itu. Jangkauannya bukan untuk sesaat dalam bulan Februari ini saja, tapi bagaimana sang pimpinan menakhodai negara ini selama 5 tahun ke depan. Inilah yang mesti kita renungkan dalam-dalam agar tidak salah pilih. Nenek moyang pernah berkontribusi dengan kata-kata bijaknya, "Pikir dahulu pendapatan sesal kemudian tak ada gunanya".

Sebagian kita mungkin terbetik dalam hatinya, "Bagaimana kita tau dalam jiwa pemimpin, kita kan melihat apa omongannya. Apa keinginanya dan bagaimana cara yang akan digerakannya nanti? " Perlu kita sadari bahwa mendengar apa yang diutarakan itu penting, tetapi memahami kinerja dari masing-masing capres itu jauh lebih penting. Mengapa? Hal itu jelas bahwa siapa pun yang terangkat sebagai presiden, dialah yang bakal menjadi pemimpin kita selama satu periode ke depan.

Jika demikian, siapa pemimpin pilihan yang akan kita tunjuk itu, perlu kita kenal lebih dekat terhadap unjuk kerja yang kian digerakkan nantinya. Hal tersebut dapat saja kita perhatikan dalam berbagai penjelasan melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Sebagai pandangan, berikut ini akan diberikan beberapa kebijakan untuk menjadi pola pikir kita di dalam menentukannya pada tanggal 14 Februari 2024.

Memiliki Ilmu Ketatanegaraan yang Handal

Sekalipun banyak kalangan yang ingin menjadi pemimpin tapi posisi ini sebenarnya tidaklah gampang seperti membalik telapak tangan. Apalagi menurut worldometer, "Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 278.874.628 jiwa per Sabtu 3 Februari 2024". https://www.worldometers.info. Diakses 4 Februari 2024, pukul 21.00 WIB. 

Nah..., bagaima seorang pemimpin di dalam mengayomi ratusan juta jiwa yang menjadi tanggung jawabnya nanti, ini mesti dibekali dengan ilmu. Dalam suatu sunnah disebutkan, "Berikanlah sesuatu itu pada ahlinya, kalau tidak tunggu kehancuran". Oleh karena itu, seseorang yang bakal menjadi pemimpin hendaknya memiliki Ilmu ketatanegaraan yang tangguh. Dengan begitu, sosok kepercayaan ini akan memahami dengan baik terhadap sistem pemerintahan dan dasar-dasar pemerintahan yang jelas. 

Berbekal ilmu ini, seorang pemimpin akan memiliki siasat yang cukup terhadap negara yang dipimpinnya. Bagaimana cara bertindak ketika dia menghadapi berbagai permasalahan di dalam masyarakat di berbagai pelosok tanah air nantinya. Ini semua sangat ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya. 

Dapat Berlaku Adil

Seorang pemimpin juga harus berlaku adil bagi rakyatnya sesuai dengan bunyi sila kelima dari panca sila, yaitu "Keadilan soadial bagi seluruh rakyat Indonesia". Siapapun yang akan terangkat martabat dan derajatnya dalam pilpres nanti wajib adil bagi siapa saja. Kiranya tidak berniat balas dendam terhadap orang-orang yang mungkin saat pesta demokrasi itu tidak memilihnya. Namun, ketika sudah duduk di singgasana kepemimpinan, maka keadilan perlu ditegakkan. 

Dengan begitu, segala kebijakan yang akan diungkapkan hendaknya selalu memikirkan kepentingan rakyat, apalagi dalam membela masyarakat yang lemah. Artinya, kebijakan-kebijakan yang ditimbulkan bukan menitikberatkan atas kepentingan pribadi belaka, seperti yang terungkap selama ini, baik dalam hal tenaga kerja, hukum, maupun lainnya. 

Bermoralitas Tinggi

Moral merupakan ajaran tentang baik buruknya yang dapat diterima secara umum, baik mengenai perbuatan, sikap, akhlak, atau budi pekerti. Dengan adanya moralitas yang tinggi, maka segala tindak tanduk akan menunjukkan yang wajar dan baik. 

Tapi, apabila susila ini tidak melekat dalam diri seorang pimpinan, apalagi pimpinan negara, tidak tertutup kemungkinan kebrutalan akan timbul dalam berbagai lini kehidupan. Jadi, segala gerakannya, moral harus diutamakan. Terlebih di dalam meniti berbagai persoalan hidup. 

Bersedia Menerima Kritikan

Keberhasilan seorang pemimpin juga atas keberhasilan rakyatnya. Artinya apa, bila rakyat yang dipimpin itu bisa berhasil, itu menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dari seorang pemimpin. 

Sebaliknya, apabila rakyat luntang lantung di dalam menghadapi dan menjalani kehidupannya, maka itu menandakan pemimpinnya yang gagal di dalam memimpin. 

Guna menjaga kestabilan kenegaraan, maka seorang pimpinan yang arif akan tetap menerima kritikan yang konstruktif dari berbagai pihak. Karena, segala unek-unek yang disampaikan perwakilan rakyat adalah kemajuan negara juga bukan untuk menjatuhkan harkat dan martabat sang pemimpin. Jangan sempat dengan adanya kritikan itu akan berakibat fatal bagi si pengkritik yang ujung-ujungnya ianya disekolahkan dalam bui. 

Seorang pimpinan yang ikhlas menerima kritikan, dirinya akan bertambah ilmu dan amal yang pada akhirnya akan bertambah pintar di dalam menjalankan roda kepemerintahan dengan tangguh. 

Bila tidak menerimanya dengan rela, maka segala kritikan akan bersarang dalam jiwanya, sekaligus akan meracuni pikirannya, sehingga pola ketatanegaraan akan sulit dijlankannya karena asik memikir kritikan tersebut. 

Mempunyai Prinsip yang Tangguh

Tentu di dalam menjalankan tugas, berbagai gejolak yang bakal terjadi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk ini, seorang penanggung jawab negara harus selalu komit di dalam melaksanakan tugasnya itu. Bila dirinya memiliki prinsip yang tangguh maka tak akan mudah digoyang, apalagi untuk diadudombakan. 

Apa yang telah diwacanakan, terlebih sudah dikampanyekan sebelum menjabat, hendaknya selalu memegang pada prinsipnya. Dengan demikian, segala hal yang telah diprogramkan wajib diwujudkan dengan kemampuan yang ada. 

Bila ada hal-hal tertentu yang mungkin dikemukakan oleh staf atau bawahannya nanti, beliau tidak begitu cepat merespon dan melakukan perubahan, tetapi seorang pemimpin akan memikir, memilah, dan memilih dengan cermat mengenai hal dimaksud. 

Jika pun yang disampaikan stafnya itu baik, pemimpin wajib mempertimbangkan baik-buruknya terhadap kepentingan rakyat banyak bukan untuk sekelompok orang saja. 

Meningkatkan Moralitas Bangsa

Moralitas bangsa semakin hari kini semakin bobrok. Korupsi, manipulasi, dan perilaku jahil lainnya kian mencuat. Dengan terangkatnya pimpinan baru nanti, hendaknya hal itu dapat dipulihkan. Untuk itu, peningkatan moralitas bangsa sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, kiranya dunia pendidikan perlu dikukuhkan kembali, mulai pendidikan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. 

Kiranya, persoalan begal adalah persoalan moral yang kian memburuk, sehingga perilakunya kian membusuk. Seharusnya pelaku begal wajib dipenjara tetapi karena mereka masih di bawah umur akan menyalahi aturan perundang-undangan. Padahal, tindakannya itu cukup sadis dengan menggunakan senjata tajam. 

Untuk itu, pendidikan rumah tangga wajib ditingkatkan. Sehingga, apabila terjadi pembegalan yang dilakukan oleh anak di bawah umur itu, orang tuanyalah yang wajib bertanggung jawab atasnya. Jika tidak, maka efek jera tidak dirasakan anak tersebut, yang akhirnya perbuatannya akan meraja lela. 

Bersifat Rendah Diri

Telah disampaikan sebelumnya, sifat rendah diri mesti tumbuh dan berkembang dalam diri seorang pemimpin. Apapun yang akan dihadapinya tidaklah berlaku sombong. Kesombongan akan membuat seseorang itu celaka, termasuk atas seorang pemimpin. Bahkan, seseorang yang bersifat rendah diri akan selalu dijaga dan digugu oleh orang lain. Hendaknya hal ini terukir dalam pemimpin  yang akan kita tentukan dalam beberapa waktu lagi. 

Kesimpulan

Pemilu akan berlangsung sesaat lagi. Sebagai orang yang dipercaya akan wajib menentukan pilihannya dengan tepat. Ingatlah bahwa sikap pemilih hari ini akan menentukan tingkat keberhasilan hari esok. Dan terhadap tanggung jawab kader yang bakal dipilih perlu diperhatikan dengan sesungguhnya. Oleh karena itu, pilihlah yang terbaik di antara yang baik. 

Kiranya presiden terpilih bersama pasangannya nanti akan dapat membawa negara ini yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur. 

Semoga berkah adanya...! 

Penulis adalah : Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun