Oleh: Marzuki Umar
Program demi program dilekatkan pada alam
Jiwa menaruh harapan pada keberuntungan
Pola pikir dikolaborasikan dengan perasaan
Daya hidup diharapkan pada kekuatan
Bendungan jiwa dijadikan bagai santapan
Pagi itu...,Â
Pejalan kaki menelusuri jalan tanpa beban
Kendaraan baru sedikit yang lalu-lalang
Udara bersih debu pun tak beterbangan
Pedagang pinggir jalan lagi persiapan
Di ujung jalan itu...,Â
Ibu-ibu berjejeran menatap sebuah bangunan
Bapak-bapak terpana gaya dan potongan
Performa arsitektur dijadikan renungan
Alih-alih tempat itu akan jadi bendungan
Seorang pemuda mendekati pintu bangunan
Langkah demi langkah menyusuri ke dalam
Kalam ilahi mengukir semua ruangan
Jiwanya merasa terpaut pada ketentraman
Tekat hati direlakan dalam perjuangan
Azan berkumandang jamaah berdatangan
Bendungan jiwa jadi alam yang tentram
Siraman rohani program tak terlewatkan
Tahfiz tahsim bagaikan ajang perlombaan
Doa selamat dijadikan bunga kehidupan
Langit dan bumi dijabarkan dalam kajian
Awan dan pelangi tumpukan pencerahan
Gunung dan lautan dikukuhkan sebagai jalan
Bulan dan bintang mutiara jiwa yang terang
Hujan dan panas energi siang dan malam
Penakluk bumi dambakan ketentraman
Bendungan jiwa dijadikan sulaman
Bireuen, 17 Januari 2024