Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petaka Rumpun Bambu!

17 Januari 2024   22:03 Diperbarui: 18 Januari 2024   19:25 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokumen Pribadi

Lapar dan dahaga kian tak terasa.  Pikiranku hanya tertata pada sosok yang napasnya putus-putus dan tak bersuara itu. Dengan prihatin, ku coba minta tolong Teh Mely yang masih tetap bersamaku. "Teteh..., boleh nggak kasih tau ke orang-orang lorong kita, kasih tau ini sekaligus minta tolong panggil ambulans guna membawa korban ini ke rumah sakit! "

Dengan rasa lara, dia merelakan dirinya untuk memanggil para tetangganya. Insya Allah..., tak lama kemudian mereka pada datang dan ambulans pun tiba walau saat itu tidak bisa masuk tembus ke tempat duka. Detik itu juga korban diangkat dan dibawa ke ambulans yang sudah menunggu dalam jarak 500 meter. 

Sungguh pun saat itu aku dalam keadaan tak karuan, aromaku sedikit menyengat dan berkeringat, aku dan Teh Mely tetap mengiringi korban bersama ambulans ke rumah sakit terdekat. Sayangnya...baru beberapa saat dalam ambulans, korban dimaksud menghembuskan napas yang penghabisan. Raungan ambulans serta lampunya yang berkedip-kedip, membuat para warga bertanya-tanya, siapa dan kenapa. Nah..., dalam tempo yang tidak begitu lama, kami semua sudah berada di sana. 

Korban segera dibawa ke ruang UGD dan kemudian diatopsi di ruang khusus dengan sungguh teliti. Sementara aku dan Teteh tetap menunggu hasil visum dari sang dokter yang menanganinya saat itu. Nyatanya, memang korban telah meninggal dunia. 

Tak kusangka, tiba-tiba aku dipanggil ke dalam suatu ruangan khusus untuk diminta keterangan oleh pihak kepolisian. Tanpa merasa ragu dan dengan suka duka memberi keterangan aktual sebagaimana yang aku rasakan. Di sela-sela penyidikan aku menyodorkan kertas lusuh bertajuk maklumat kepada pak polisi dan menyatakan yang sebenarnya. Tak lama setelah itu, aku bersama petugas meninggalkan rumah sakit dan segera ke TKP. 

Teh Mely juga ikut bersamaku guna mendampingi dan mengulas sedikit keterangan akan kejadian itu. Setelah semua keterangan disampaikan, kami berdua diizinkan pulang, sementara jenazah korban terpana di ruang jenazah untuk penyidikan selanjutnya. 

Tenaga medis dan pihak berwajib terus meneropong sebab musabbab serta tokoh pelaku dan korbannya. Tiba-tiba peristiwa tersebut tetcium oleh pihak wartawan, baik dari media cetak maupun elektronik. Sedangkan pihak rumah sakit dan kepolisian terus saja mengontak ke sana ke mari untuk mencari tau identitas korban. Tak lupa pula mendeteksi ciri-ciri korban tersebut. Tanpa diduga, oleh salah seorang jurnalis mengungkap bahwa anak kabupaten seberang sudah tiga hari menghilang dan sudah tayang dalam beberapa situs. 

Seketika itu jua, pihak kepolisian mengontek rekannya seprofesinya di kabupaten dimaksud. Mereka menyampaikan kronologis temuan sosok korban siang itu dalam keadaan mengenaskan. Ciri-ciri korban juga dipaparkan dengan baik beserta gambar dan video ditayangkan dengan konkret. 

Usai mahrib menjelang isya, jawaban via android menggema. Berkat kepiawaian dan kesigapan semua pihak, identitas korban terus mengemuka. Memang korban itu anak kabupaten seberang yang selama ini memiliki karakter yang mengenaskan. Kerjaannya selalu negatif, yang membuat warga semakin benci melihatnya. Asal saja tampangnya melintas di jalan, para warga selalu waspada bahkan berharap tampang tersebut segera menghilang. 

Lantas..., pihak kepolisian dan keluarga segera mendatangi rumah sakit tempat korban diatopsi dan kemudian jenazahnya terus dibawa ke rumah duka. Masalah sang pelaku, ini semuanya diserahkan pihak keluarganya untuk menjadi tanggung jawab pihak kepolisian sepenuhnya. 

Penulis adalah : Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun