Oleh : Marzuki Umar
Berjuta insan menata diri pada beningnya alam
Kadang mentari mengukir indahnya dataran
Tikungan kehidupan jadi gandrungan pecinta alam
Udara yang sejuk membahagiakan setiap pendatang
Tawaran kuliner kerap membuat perhitungan
Espresso panas bertindak sebagai pengundang
Keharmonisan terpatri pada jiwa pelayan
Kerinduan terpancang pada kebersihan
Pecinta alam selalu datang silih berganti
Rumah ibadah terpahat buat menguji diri
Sarana temuan tertata jernih dan rapi
Tikungan kehidupan dikerumuni anak negeri
Rimbunnya bukit gelarkan teduh area
Hijaunya daun jernihkan buramnya bola mata
Beningnya air tandingkan minuman aqua
Teduhnya udara sulutkan berbagai cita-cita
Paruh hari menjelang asar tiba
Ukiran kabut mulai melukis kaki gunung
Semangat pecinta alam semakin menjulang
Panorama panca warna kian menguat rasa
Malam datang mengubah kegelapan bersahaja
Para pengunjung rela nikmati suhu dirgantara
Mie Aceh jadi santapan utama bagi semua
Hilir mudik membuat indahnya suasana
Kedap-kedip bintang kalahkan giwang mutiara
Tetesan embun terus membentang pelangi jiwa
Kemenangan pengunjung meraih sejuta fatwa
Kebahagiaan tuan tanah bagaikan bulan purnama
Temu ramah pendatang penuh suka cita
Para atlet rancangannya pada jalur olahraga
Sosok ekonom gunjingannya lembar cuan semata
Sang perawat kesehatan topik bahasannya
 Malam semakin kelam temuan semakin renggang
Arloji menampakkan performa kepiawaian
Biji bola mata berimaji empuknya bantal tilam
Tikungan kehidupan diarsipkan di lubuk hati yang dalam!Â
Bireuen, 15 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H