Setiap orang mustahil memiliki segala hal yang tangguh, termasuk ilmu pengetahuan dan pengalaman. Siapa pun orangnya pasti banyak kekurangannya, lebih-lebih masalah ilmu. Lebih di satu sisi kurang di sisi yang lain itu lumrah terjadi.Â
Merupakan suatu daya tarik tersendiri bagi pencetak silaturrahmi. Mengapa demikian? Hal ini dapat kita maklumi bahwa ilmu itu mahal harganya, sementara berbagi ilmu itu wajib hukumnya. Melalui hubungan silaturahmi, guru aktif dan purnabakti ini akan memiliki peluang dan kesempatan yang luar biasa untuk berbagi ilmu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.Â
Menurut perspektif kamus bahasa Indonesia, "kata ilmu memiliki arti pengetahuan terkait bidang tertentu, dan dibuat secara sistematis. https://www.gramedia.com. Diakses 14 Januari 2024 pukul 22.30 WIB.Â
Tentu, ilmu yang disampaikan berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kebermanfaatannya sangatlah besar. Bayangkan saja bahwa pertemuan yang dijuluki hanya beberapa saat saja. Maksimal dua atau tiga jam, itu sudah cukup lama. Namun, kedua belah pihak masing-masing dapat meraih segudang ilmu yang disampaikan secara ikhlas dalam waktu yang relatif singkat itu.Â
Yang lebih beruntung dan berbahagia lagi, yang diutarakan saat itu bukan hanya ilmu-ilmu usang ketika bersama-sama dalam satu wadah. Akan tetapi, dalam sekejap bernacam ilmu baru dapat ditebarkan secara gamblang. Misalnya ilmu dagang yang selama ini hanya sebatas mimpi. Namun, berkat adanya silaturrahmi ini semuanya bisa tercetus dengan baik.Â
 Begitu juga dengan pengalaman. Pengalaman merupakan suatu kondisi atau gejala yang dirasakan atau dialaminya. Ini pun jauh berbeda antara guru yang masih aktif dengan yang pensiun. Bahkan, saat semuanya masih aktif pun, yang namanya pengalaman itu berbeda. Masing-masing akan dapat menularkan pengalaman uniknya itu dalam wadah silaturahmi. Misalnya, bagaimana pengalaman mengelola kelas agar selalu kondusif. Ini sungguh berharga bagi pendidik yang masih bertugas.Â
Sungguhpun sama-sama pada posisi yang searah dan setaraf, pengalaman yang terdapat mutlak beda. Terlebih yang dihadapi para siswa yang memiliki kemampuan, kemauan, dan kepedulian yang beragam. Dalam perjalanan yang begitu sengit, torehan beragam pengalaman pun bertolak belakang antara satu dengan lainnya. Dengan karakter yang berbeda pengalaman tidak akan sama.Â
Hal tersebut mungkin pernah penulis alami dalam menghadapi peserta didik merokok di dalam area sekolah. Pengakaman yang cukup berkesan di sini adalah terhadap karakter yang dimiliki dua orang siswa. Yang karakternya keras tidak boleh dihadapi dengan sikap keras pula tapi baginya harus kita jadikan teman dengan batas yang wajar. Kondisi ini tidaklah cukup hari itu saja tapi minimal dua kali seminggu dengan pendekatan persuasif. Kalau dirinya kita hadapi dengan beringas, selain berdosa dan perubahan ke arah yang lebih baik tidak bakal terjadi. Bahkan, upaya merokok lebih daripada itu dilakukannya. Sementara bagi siswa yang karakternya pendiam tapi seperti api dalam sekam, itu cukup dengan bujukan dan pandangan positif saat itu jua. Mungkin bagi orang lain bisa jadi tidak seperti itu.Â
Melepaskan Penat
Tugas memang perlu dilakukan dengan sepenuh hati tanpa memandang siapa dan di mana ia bekerja. Profesionalitas harus tetap dipelihara. Jika tidak, petaka lama kelamaan akan menimpanya. Namun, bekerja tetus menerus tanpa jeda dan hiburan, akan dapat membawa pelakunya bosan, jenuh, penat, bingung, dan sejumlah karatan jiwa lainnya yang akan menggores di hati.Â
Agar segala keresahan jiwa tersebut dapat tersingkirkan, rekreasi singkat dalam wadah silaturahmi adalah solusi yang efektif dan efisien. Kegiatan ini tidak mesti berhari-hari dengan memilih tempat yang jauh. Ajang ini boleh saja diprioritaskan tempat-tempat terdekat, bersih, nyaman, sejuk, dan potensial.Â