Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesiapan dan Persiapan Kuliah Calon Mahasiswa, Pentingkah?

13 Januari 2024   22:46 Diperbarui: 13 Januari 2024   23:29 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Oleh : Marzuki Umar, M. Pd. 

Calon mahasiswa merupakan generasi harapan dan idaman, terutama bagi dirinya, orang tua serta agama, nusa, dan bangsa di masa mendatang. Hal itu dapat kita pahami bahwa waktu terus saja berjalan sesuai dengan peredarannya. Sementara pelaku pendidikan dan pembangunan yang kini sedang berkiprah pada posisinya masing-masing, lambat laun akan berujung pada masa pensiun, sejalan dengan masa jabatannya itu. 

Buktinya, hampir setiap tahun terjadi pergeseran. Mau tidak mau, suka tidak suka, hal tersebut pasti terjadi bagi siapa pun yang masa kontraknya telah eks payed. Baik itu kontrak jabatan sesama organisasi dan negara, apalagi kontrak dengan Yang Maha Kuasa. Baik itu secara kebijakan maupun aturan hukum, pemangku jabatan mutlak tereliminasi dengan sendirinya, tanpa diminta pun harus berhenti. 

Dengan berakhirnya masa jabatan tersebut, otomatis aktornya harus diganti. Pergantiannya harus mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tentu, generasi yang tangguh merupakan benih yang lebih diutamakan. Mengapa demikian? Bukankah setiap generasi muda itu memiliki kemampuan? Rasanya, untuk dapat membawakan lembaga pendidikan dan pembangunan ke taraf yang lebih baik, penetapan tenaga yang efektif dan efisien butuh suatu filter yang tangguh pula. Hal itu tidak saja tergantung pada usianya tapi juga kemampuannya.  

Guna menggapai harapan dalam mencari dan menentukan pilihan, maka jauh-jauh hari bakal calon pengganti dimaksud harus disekolahkan terlebih dahulu. Melalui jalur sekolah atau pendidikan, akan bisa menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang handal. Konon, saat ini tingkat pendidikan itu sudah memiliki bermacam program dan jurusan. 

Sebelum seseorang menduduki suatu profesi sudah barang pasti menjalani pendidikan terlebih dahulu, mulai Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) minimal. Bahkan, pendidikan D-III sampai dengan S-2 maksimalnya. Dengan memperoleh sertifikat atau ijazah, setiap individu itu dapat membawa diri ke ranah profesi  yang diinginkan sejajar dengan tingkat ijzahnya yang dimilikinya.

Menindaklanjuti akan kebutuhan dan kepentingan tersebut, perencanaan yang matang sangat didambakan. Salah satu yang paling urgen adalah masalah tenaga. Untuk ini, ancang-ancang akan calon mahasiswa perlu diwacanakan dengan baik. Melalui langkah positif ini diharapkan akan melahirkan kader-kader yang jitu sebagai pemimpin masa yang akan datang. 

Calon Mahasiswa

Rasanya kala mendengar atau membaca ungkapan "Calon Mahasiswa", suatu pertanyaan tiba-tiba merebak di dalam jiwa kita. Siapa sesungguhnya yang dikategorikan ke dalam calon mahasiswa? Di dalam kenyataan sehari-hari, istilah mahasiswa memang tidak asing lagi bagi siapa saja. Konon sosok ini pun sudah terdapat di mana-mana sampai ke pelosok desa. Bahkan, anak kecil seusia SD pun telah mengenal yang namanya calon mahasiswa. 

Sesungguhnya calon mahasiswa itu adalah seseorang yang telah membekali diri dengan sejumlah pengetahuan dan pengalaman dalam dunia pendidikan. Hal ini harus dijalani secara bertahap menurut jenjangnya masing-masing. Di samping itu, dirinya mempunyai kemauan yang teguh untuk membawa diri ke ranah kampus guna mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih tinggi dan spesifik. 

Baca juga: Bunga Idaman

Kemauannya itu tidak timbul secara tiba-tiba. Akan tetapi, cita-citanya itu telah diukir sekian lama dalam jiwanya dan bukan pula atas suatu paksaan dari orang tuanya. Oleh karenanya, menjelang pendidikan berakhir di Sekolah Menengah Tingkat Atas, apakah itu SMA/MA atau SMK, dirinya telah bersiap-siap untuk mencalonkan diri sebagai mahasiswa. Jadi, dalam hal ini bukanlah dikarenakan kawannya yang ingin kuliah, dia pun baru akan kuliah. 

Kesiapan Calon Mahasiswa

Kesiapan merupakan hal pokok yang wajib dicetak di dalam calon mahasiswa. Menurut Slameto (2003), "Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi". http://e-journal.uajy.ac.id. Diakses 13 Januari 2024, pukul 08.30 WIB. 

Ungkapan Slameto tersebut menggarisbawahi bahwa setiap calon mahasiswa harus siap siaga kapan saja dan dalam keadaan bagaimanapun dia harus tetap eksis. Mereka tidak boleh tinggal diam terhadap sesuatu yang dihadapinya tetapi harus mencari tau serta menyiasati untuk menyelesaikannya secara bijak. 

Dalam hal ini ada dua kesiapan yang wajib diperkirakan oleh calon mahasiswa, yaitu kesiapan fisik dan kesiapan mental. Kesiapan fisik adalah kesiapan yang menyangkut dengan raga atau tubuh, yang dikenal dengan kesehatan. Ini tidak boleh diabaikan karena kesehatan amat penting dan sangat mahal harganya, sampai-sampai kita tak sanggup membelinya. Kesiapan fisik sangat berpengaruh terhadap segala sesuatu yang akan dilaksanakan, termasuk menjadi calon mahasiswa, yang kehadirannya di kampus bukan menampakkan tampang belaka. 

Untuk kebutuhan tersebut, para calon mahasiswa harus tetap menjaga kesehatannya setia waktu. Misalnya dengan menjaga pola makan dan minum, pola tidur dan sebagainya. Makanan dan minuman yang menjadi asupannya itu harus diperhatikan yang sesuai. Selain berenergi tinggi juga harus sesuai dengan kondisi tubuh. Di samping itu, bergadang hendaknya dihentikan karena hal tersebut membuat kerusakan, bukan saja kepada tubuh tetapi mental ikut terpuruk karena berjaga-jaga sampai larut malam, apalagi sampai pagi. 

Demikian juga dengan kesiapan mental. Hal ini hendaknya menjadi bahan perhitungan sebelum merambah ke area kampus. Kesiapan mental ini bersifat batiniah. Bagi setiap individu yang ingin mencalonkan diri sebagai kaum terpelajar melalui ruang kuliah, maka kesiapan batin mutlak dibutuhkan. Dengan demikian, ianya akan mampu merespon semua gejala yang bakal terjadi, baik secara internal maupun eksternal. 

Mengincar kampus 

Selain dua kesiapan tersebut, yang tidak kalah penting adalah kesiapan para calon di dalam memahami keberadaan serta kemampuan kampus yang bakal dituju. Ini merupakan studi awal yang mesti dilakukan. Dengan mendapatkan informasi yang akurat terhadap potensi lembaga itu, akan memudahkan sang calon di dalam menetapkan pilihannya. Upaya melirik dan menetapkan kampus dapat saja dilakukan secara kolaborasi dengan orang tua. Dengan adanya doa dan restu orang tua, petunjuk arah yang akan dituju akan pasti terkabul. 

Persiapan Calon Mahasiswa

Selain kesiapan, seorang calon mahasiswa juga perlu adanya persiapan yang prima. Ini sama halnya dengan pelaut. Sebelum melaut untuk mencari nafkah, segala persiapan harus lebih dahulu diupayakan sedemikian rupa, termasuk makanan dan minuman serta alat-alat melaut lainnya. Dengan begitu, mereka akan tenang dan nyaman di dalam mengharungi lautan lepas. 

Begitu juga dengan calon peserta didik yang akan menjelajahi wilayah kampus. Ada beberapa hal penting yang mesti dipersiapkan. Pertama, ilmu dan pengalaman sebelumnya harus diasah kembali dengan baik, karena saat berada di kampus, ilmu pengetahuan dasar akan diulang kembali. Kedua, mencari tempat tinggal. Ini sangat tergantung pada jauh tidaknya posisi kampus dengan tempat tinggal atau alamatnya. Bila kampus tersebut berjauhan, maka penentuan tempat berteduh itu perlu diperhatikan dengan cermat. Solusi utama adalah kos dekat kampus dimaksud. 

Ketiga, memilih jurusan yang tepat. Artinya, menentukan jurusan itu harus relevan dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya dan orang tuanya. Persiapan ini akan dapat menentukan tingkat keberhasilan kuliahnya itu. Apabila hal ini diabaikan, dikhawatirkan kuliahnya itu putus di tengah jalan. Terlebih menyangkut dengan ekonomi. 

Keempat, peralatan kuliah. Sesuai dengan zamannya, maka peralatan kuliah pun tidak hanya buku baca dan sejumlah alat tulis-menulis tapi laptop dan handphone android harus dimilikinya. Ini semata untuk dapat mengakses berbagai materi dan kegiatan yang akan berlangsung dalam kuliah. Bahkan, jika sewaktu-waktu diadakan zoom, pencinta  ilmu itu telah siaga dengannya. 

Kelima, siap beradaptasi. Guna dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya itu, seperti: sikap atau tingkah laku, bahasa, dan cara bergaul dengan rekan-rekan barunya itu harus menjadi suatu persiapan yang tangguh. Lebih-lebih lagi saat berhadapan dengan Dosen Pengampu mata kuliah. Bila gagal dalam langkah ini maka strategi belajar "saling memberi dan saling menerima" atau dalam istilah asingnya take and give  itu akan jauh darinya. 

Keenam, siap meninggalkan rumah. Calon mahasiswa juga harus siap meninggalkan rumah yang selama ini ditempati bersama orang tuanya. Walaupun memang bukan untuk dilupakan sama sekali, tetapi ia harus rela mengorbankan dirinya tinggal jauh dengan pengasuhnya itu, selama kuliah berlangsung. Kalau tidak, nantinya mungkin satu hari libur pun ia terus menuju kampung halamannya. 

Ketujuh, belajar mandiri. Sifat manja dengan orang tua sendiri atau pengasuh adalah suatu kebiasaan. Misalnya, segala sesuatu keperluannya selama ini seperti makanan, cucian, nyeterika, itu masih dibebankan kepada orang tuanya. Namun, bila sudah nekat kuliah, semuanya itu harus dapat dijalankan sendiri secara perlahan. Kemandirian harus ditumbuh kembangkan dengan tekun dan ikhlas. 

Tugas Mahasiswa

Untuk diperhatikan bersama, terutama bagi calon mahasiswa adalah eksistensinya ketika berada di kampus. Dalam hal ini sering disalahartikan oleh sebagian besar mereka. Seolah-olah kampus itu hanya sebatas tempat kumpul-kumpul mahasiswa belaka. Apalagi, jadwal perkuliahan mungkin agak berbeda ketika peserta didik ini menjalani pembelajaran di sekolah. 

Padahal, kehadirannya di ruang kampus bukan menganut 4-D, yang dimaknai : datang, duduk, dengar, dan duit. Ini hendaknya tidak dijadikan sebagai target sama sekali, terlebih masalah duit. Akan tetapi yang perlu digarisbawahi, kedatangan sang calon harapan dan idaman ini memicu kepada 4-M, yaitu: mencari, menemukan, mengimplemen-tasikan/memproduksikan, dan membagikan. Menjemput bola adalah langkah yang bisa dipolakan dengan arif. 

Apabila masih terpaut dengan 4-D dimaksud, kedatangan mereka di ruangan perkuliahan itu masih diragukan. Keraguan tersebut bisa jadi terhadap tujuannya, karakternya, dan sebagainya. Hal ini secara perlahan akan terkuak dengan sendirinya selama kuliah berlangsung. Pola pikir seperti ini sebaiknya tidak tertata dalam jiwa penerus bangsa. 

Jadi, sepak terjang mereka setelah diakui sebagai mahasiswa tidaklah bersifat kekanak-kanakan, yang mesti dijaga dan diayomi selama lima atau enam jam setiap harinya. Akan tetapi, mereka benar-benar memolakan diri ke alur yang lebih produktif. Hal tersebut tentu tidak terlepas dengan kolaborasi antara mahasiswa dengan pengampu masing-masing mata kuliah sesuai dengan jurusan dan program studi yang diacunya itu. 

Kesimpulan

Begitu berharganya kesiapan dan persiapan bagi pencinta ilmu yang akan melangkah ke jenjang perkuliahan. Dengan adanya kesigapan ini, perjalanan kuliah yang akan dijalankan, insya Allah akan selalu mendapat kemudahan. Alhasil, gelar demi gelar, profesi demi profesi, akan dapat diraih dengan kredibilitas dan kapabilitas yang handal. 

Apabila sebaliknya, kehadiran mereka dengan tangan hampa dan jiwa yang kosong, janganlah kita berharap dapat mengukir emas murni tetapi loyang yang akan kita peroleh. Bak kata pepatah "Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai". Bila hal ini yang terungkap, janganlah kita bermimpi akan adanya pengganti profesi yang dapat membawa pendidikan dan pembangunan ke alam yang makmur, baldatun taiyibatun wa rabbul ghafur.  Semoga...! 

Penulis adalah : Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun