Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesiapan dan Persiapan Kuliah Calon Mahasiswa, Pentingkah?

13 Januari 2024   22:46 Diperbarui: 13 Januari 2024   23:29 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Begitu juga dengan calon peserta didik yang akan menjelajahi wilayah kampus. Ada beberapa hal penting yang mesti dipersiapkan. Pertama, ilmu dan pengalaman sebelumnya harus diasah kembali dengan baik, karena saat berada di kampus, ilmu pengetahuan dasar akan diulang kembali. Kedua, mencari tempat tinggal. Ini sangat tergantung pada jauh tidaknya posisi kampus dengan tempat tinggal atau alamatnya. Bila kampus tersebut berjauhan, maka penentuan tempat berteduh itu perlu diperhatikan dengan cermat. Solusi utama adalah kos dekat kampus dimaksud. 

Ketiga, memilih jurusan yang tepat. Artinya, menentukan jurusan itu harus relevan dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya dan orang tuanya. Persiapan ini akan dapat menentukan tingkat keberhasilan kuliahnya itu. Apabila hal ini diabaikan, dikhawatirkan kuliahnya itu putus di tengah jalan. Terlebih menyangkut dengan ekonomi. 

Keempat, peralatan kuliah. Sesuai dengan zamannya, maka peralatan kuliah pun tidak hanya buku baca dan sejumlah alat tulis-menulis tapi laptop dan handphone android harus dimilikinya. Ini semata untuk dapat mengakses berbagai materi dan kegiatan yang akan berlangsung dalam kuliah. Bahkan, jika sewaktu-waktu diadakan zoom, pencinta  ilmu itu telah siaga dengannya. 

Kelima, siap beradaptasi. Guna dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya itu, seperti: sikap atau tingkah laku, bahasa, dan cara bergaul dengan rekan-rekan barunya itu harus menjadi suatu persiapan yang tangguh. Lebih-lebih lagi saat berhadapan dengan Dosen Pengampu mata kuliah. Bila gagal dalam langkah ini maka strategi belajar "saling memberi dan saling menerima" atau dalam istilah asingnya take and give  itu akan jauh darinya. 

Keenam, siap meninggalkan rumah. Calon mahasiswa juga harus siap meninggalkan rumah yang selama ini ditempati bersama orang tuanya. Walaupun memang bukan untuk dilupakan sama sekali, tetapi ia harus rela mengorbankan dirinya tinggal jauh dengan pengasuhnya itu, selama kuliah berlangsung. Kalau tidak, nantinya mungkin satu hari libur pun ia terus menuju kampung halamannya. 

Ketujuh, belajar mandiri. Sifat manja dengan orang tua sendiri atau pengasuh adalah suatu kebiasaan. Misalnya, segala sesuatu keperluannya selama ini seperti makanan, cucian, nyeterika, itu masih dibebankan kepada orang tuanya. Namun, bila sudah nekat kuliah, semuanya itu harus dapat dijalankan sendiri secara perlahan. Kemandirian harus ditumbuh kembangkan dengan tekun dan ikhlas. 

Tugas Mahasiswa

Untuk diperhatikan bersama, terutama bagi calon mahasiswa adalah eksistensinya ketika berada di kampus. Dalam hal ini sering disalahartikan oleh sebagian besar mereka. Seolah-olah kampus itu hanya sebatas tempat kumpul-kumpul mahasiswa belaka. Apalagi, jadwal perkuliahan mungkin agak berbeda ketika peserta didik ini menjalani pembelajaran di sekolah. 

Padahal, kehadirannya di ruang kampus bukan menganut 4-D, yang dimaknai : datang, duduk, dengar, dan duit. Ini hendaknya tidak dijadikan sebagai target sama sekali, terlebih masalah duit. Akan tetapi yang perlu digarisbawahi, kedatangan sang calon harapan dan idaman ini memicu kepada 4-M, yaitu: mencari, menemukan, mengimplemen-tasikan/memproduksikan, dan membagikan. Menjemput bola adalah langkah yang bisa dipolakan dengan arif. 

Apabila masih terpaut dengan 4-D dimaksud, kedatangan mereka di ruangan perkuliahan itu masih diragukan. Keraguan tersebut bisa jadi terhadap tujuannya, karakternya, dan sebagainya. Hal ini secara perlahan akan terkuak dengan sendirinya selama kuliah berlangsung. Pola pikir seperti ini sebaiknya tidak tertata dalam jiwa penerus bangsa. 

Jadi, sepak terjang mereka setelah diakui sebagai mahasiswa tidaklah bersifat kekanak-kanakan, yang mesti dijaga dan diayomi selama lima atau enam jam setiap harinya. Akan tetapi, mereka benar-benar memolakan diri ke alur yang lebih produktif. Hal tersebut tentu tidak terlepas dengan kolaborasi antara mahasiswa dengan pengampu masing-masing mata kuliah sesuai dengan jurusan dan program studi yang diacunya itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun