Oleh : Marzuki UmarÂ
Malam yang sunyi
Bunga idaman masih mengusap peluh
Matanya tak menyatu dengan bantal tilam
Cita-cita jadi dokter masih misteri
Haluan berputar pada poros religi
Pikirannya menata sepuluh tahun akan datang
Tiga jam kemudian
Azan berkumandang dari kejauhan
Bunga idaman masih terpaku dalam angan
Setan menampik samping kiri-kananÂ
Hatinya menambat cepat dengan istigfar
Jelmaan anugerah ilahi segera datang
Subuh nan tiba
Alam diselimuti kabutÂ
 Jiwa dan raga menggigil kedinginan
Selimut mencoba menggoda rasa
Bunga idaman tak ingin bermanja
Berwudhuk mengikuti panggilan jiwa
Saat iqamah menggema
Suatu bayangan datang tiba-tiba
Tawaran profesi sebatas mengalih suka
Hatinya terpaut pada mushalla
Ke arah kiblat menjadi taruhannya
Semua godaan pergi entah ke mana
Fajar menyinsing
Jam dinding mendendang suatu isyarat
Langit biru kian ditutupi awan bening
Skedul harian mengajaknya bepergian
Lembaga pendidikan dambaan rujukan
Pendidikan agama, matematika dirupakan sarapan
Pinggang hari tiba
Semua usaha telah dicoba
Keikhlasan dituju pada semua pelajaranÂ
Ilmu dan keterampilan dipoles dengan peradaban
Keberhasilan senantiasa diawali perjuangan
Falsafah hidup 'aku bisa' dijadikan hiasan
Di penghujung pembelajaran
Pengumuman bersahaja dikumandangkan
Pengukuhan para jawara sungguh beralasan
Karangan bunga dan kado istimewa bermunculan
Bunga idaman berterima kasih kepada Tuhan...!Â
Bireuen, Â 7 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H