Siang itu
Hujan menyiram peta lokal
Kabar angin ngumpul di toba
Berliburan diukir pada hati yang resah
Payung diri digantung pada langit
Android bergumam sendu
Hati ini terpaut indahnya toba malam itu
Kedap-kedip lampu menerangi jalan lesu
Klakson bersahut-sahutan
Muda-mudi berdandan pada bulan sabit
Di kejauhan kabut hiasi kaki langit
Ingin ku memetik bintang, sirna harapan
Pucuk cemara menyato paras palsu
Wisatawan nyanyikan "seandainya aku bisa"
Lamunanku kian tak tertata
Jelang paruh malam
Mata berkedip mulut menganga
Gubuk toba tangannya melambai
Ingin merebah Coffeenya bagi rasa
Muda-mudi menyanyi ria
Wisatawan kian berbaur anginnya malam
Pohon nan rindang jadi sandaran
Bola mata semakin terbelalak
Rebahan tertunda selimut kesepian
Musik sendu menukilkan kerinduan
Kokok ayam tertata di ubun-ubun toba
Burung sangkar bersiul manja
Fajar menyinsing ragaku berbalut suka
Angin toba ubah tata krama
Panggilan tomok mengundang rasa
Perahu mungil kujadikan teman setia
Obrolan nakhoda rinduku kian terasa
Sejarah toba terukir budayanya jadi naksir
Kios obral pelayanan bersahaja
Kaos murahan kian jadi rebutan
Tulisan TOBA tersemat di dada
Gelang tenun sauvenir yang langka
Pelayan kios miliki banyak bahasa
Sore yang cerah
Kelelahan kian tak terasa
Kerinduanku belum lekang di dada
Sosok idaman belum juga sua
Danau toba kan jadi kenangan belaka!
Bireuen, 31 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H