Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendongkrak Jiwa Menulis, Kenapa Tidak?

27 Desember 2023   09:52 Diperbarui: 27 Desember 2023   10:01 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar: Dokumen Pribadi


Bila mereka saja yang baru memiliki secuil wawasan dan pengetahuan telah begitu eksis di dalam berkarya, mengapa kita yang mempunyai banyak pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman enggan untuk mengikuti langkah mereka untuk terus berkarya? Tentu, hal ini kembali lagi untuk memastikan bahwa menulis suatu karya adalah hak privasi yang perlu kita raih secara gamblang. Jika hak ini tidak kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, berarti satu nikmat dan anugrah Yang Maha Kaya telah kita sia-siakan.


Menebar Ilmu itu Berkah


Pasti kita sepakat bahwa "Bagi yang memiliki ilmu harus menebar ilmu". Pejabat, Dosen, Guru, dokter, Ekonom, dan lainnya adalah pakar-pakar ilmu. Setiap pakar ini akan dengan mudah bisa menebar ilmunya sesuai dengan profesionalitasnya masing-masing. Trik simple dalam membaginya pun cukup mudah. Bagi pejabat dapat mengembangkan karyanya mengenai managemen pembangunan, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental yang sejalan dengan perkembangan zaman.


 Para Dosen dan Guru atau tenaga pendidik lainnya bisa menciptakan tulisannya seputar ilmu pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan bidangnya masing-masing, yang dikaitkan dengan pengalaman lapangan. Demikian juga para dokter dan Ekonom, mereka pun dapat menjabarkan karya tulisnya itu sesuai dengan ilmu dan pengalamannya. Dengan begitu, rasanya tidak ada celah untuk tidak dapat berkarya karena masing-masing mempunyai kapasitas dan kredibilitas yang mumpuni.


Penulis yakin bahwa dengan berpedoman pada pengetahuan dan pengalaman tak ada seorang pun yang tidak bisa menulisnya. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan itu semuanya dapat dijadikan bahan penulisan. Tulis saja semua itu tanpa ragu. Kata seorang penulis sukses di era 80-an, Wilson Nadaek (1986:42) mengungkapkan bahwa "Di dalam seseorang itulah - kemampuan-kemampuannya, kerinduan-kerinduannya, cita-citanya, kemauan untuk melakukan. Jika kemampuan cukup besar tetapi kehilangan kepercayaan bahwa dia dapat melakukan sesuatu yang besar, berarti dia menyia-nyiakan kemampuannya, sampai saat dia  memperoleh perlunya keyakinan". Untuk ini, kemauan harus di kedepankan karena kemauan sangat berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.


Pernyataan tersebut dapat menjadi petuah bagi kita untuk memupuk kemauan dan kemampuan dalam menulis. Jika kemauan dan kemampuan yang ada kita sia-siakan berarti kita sudah tinggal beberapa langkah dalam usaha menebar ilmu. Ilmu yang kita miliki hanya sebatas dalam diri kita tanpa menular kepada yang lain. Padahal, melalui paparan ilmu yang kita sebarkan maka keberkahan akan menjelma.


Waktu Bukan Alasan tidak Menulis


Seseorang yang profesional, memenej waktu bukan hal yang tabu baginya. Waktu itu akan dapat dipilih dan dipilah sedemikian rupa untuk berbagai keperluannya. Demikian juga untuk menulis. Khususnya dalam hal menulis, rasanya tidak mesti waktu yang khusus. Hal itu sangat ditentukan oleh sikon masing-masing. Mungkin, ada orang yang merajut tulisannya itu tengah malam ketika sunyi, ada juga yang menjelang pagi, dan ada di waktu-waktu lainnya.


Ingat...! Bahwa waktu tidak akan menjadi penghalang untuk berkarya bagi siapa saja. Kapan waktu yang tepat untuk kepentingan itu pun tidak bisa ditentukan secara pasti. Cuma saja hal itu kembali kepada kemauan dan  keyakinan kita sendiri. Untuk menghasilkan sebuah artikel populer yang panjangnya sampai empat lembar kertas  A4 misalnya, ini dapat dituntaskan secara perlahan. Begitu punya waktu sejenak, kita dapat menulis dua atau tiga paragraf. Kemudian, saat waktu luang sekejap, karangannya dapat disambung kembali. Begitulah kiatnya yang mungkin digandrungi sampai-sampai karyanya itu selesai dengan baik.


Tidak Pelit Membagi Ilmu


Ilmu itu adalah anugerah atas usaha yang dilakukan. Takut dalam membagi ilmu adalah musibah. Sungguhpun ilmu itu tidak gampang diperolehnya tanpa adanya ikhtiar yang tangguh, tapi jika keahlian itu tidak diwariskan kepada yang lain, maka tidak akan berkembang. Wawasannya dari itu ke itu saja. Ingatlah bahwa betapa banyak ilmu itu dihibahkan kepada pihak lain tak akan berkurang atau sirna dalam dirinya. Dengan keikhlasannya itu, ilmu-ilmu baru lainnya akan mudah diwarisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun