Sekilas pernyataan di atas bertolak belakang dengan arus peradaban yang menjiwainya. Akan tetapi, kepemilikan ilmu pengetahuan yang diasah dan diasuh dalam lingkup poendidikan itu bukan semata ditempa untuk menjadi PNS atau ASN. Bahkan, kedua pos ini secara umum tidak dijanjikan oleh setiap lembaga. Kecuali, terdapaat lembaga-lembaga pendidikan tertentu yang dari rekrut siswa dan mahasiswanya telah diinformasikan.
Dengan adanya akta di tangannya, setiap pemilik tidak mesti memacu pada jalur tersebut. Gunakanlah akta tersebut untuk membuka lahan kerja sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada secara perlahan. Konon saat ini penduduk bertambah ramai, kebutuhan bertambah banyak, sarana-prasarana akses mudah didapatkan.
Â
Pilih Jurusan yang Tepat Guna
Kini aroma pendidikan kian dirasakan oleh semua masyarakat. Kehadirannya menjadi dambaan semua pihak. Khususnya di Perguruan Tinggi atau Universitas, berbagai jurusan dan program studi pun dimunculkan dengan tidak menghilangkan jurusan atau program studi yang telah ada. Hal itu terjadi hampir semua lembaga. Pihak terkait kian berlomba-lomba di dalam mengadakan program studi baru. Tentu upaya ini tidak terlepas dengan pola menarik minat masyarakat serta akreditasi kampus yang terus membaik.
Berkaitan dengan hal itu, calon mahasiswa seyogianya lebih cermat dan hemat di dalam menentukan pilihannya. Selain itu, mereka juga harus membayangkan atau memiliki persepsi jauh ke depan saat telah menyelesaikan studinya kelak. Dengan begitu, calon ilmuan ini tidak hanya sekadar ekor-mengekor atau membeo tanpa memikirkan kebermaknaan hasil yang akan dicapai nanti. Contoh akurat yang dapat kita amati dalam tiga tahun terakhir ini, masyarakat berlomba-lomba mengajukan putra-putrinya itu ke lembaga PGSD. Harapan muluk agar nantinya akan bisa menduduki jabatan sebagai guru SD. Padahal, bila kita selidiki saat ini sungguh banyak tenaga guru SD yang belum diangkat walau kadang-kadang ia telah berbakti lima sampai puluhan tahun. Belum lagi yang masih di bangku kuliah. Nasib miris sebenarnya masih bisa saja kita jangkau dengan jurusan-jurusan lainnya.
Mengantispasi ketidakberuntungan semacam di atas, para calon mahasiswa harus peka di dalam menetapkan pilihannya. Di samping itu, mereka juga harus jeli membaca aturan (UU) serta kebijakan demi kebijakan yang sama sekali tidak kekal tapi sering berubah-ubah. Dengan rasa ingin tahu yang cerdik, penetapan jurusan akan efektif dan efisien. Â Â Â Â Â
Â
Kukuhkan IES (Q) dengan Baik
Pendidikan dan program studi apa pun yang digelutinya harus bersandar pada tiga hal, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Sekalipun harus menyatu, masing-masing kecerdasan ini memiliki rambu-rambu tersendiri yang wajib diikuti dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Berbekal dengan ketiga kecerdasan ini, setiap lulusan atau ilmuan yang telah bergelut sekian lama dalam dunia pendidikan, akan dapat berbagi dan berkontribusi dengan tangguh.
Ketiga piranti pendidikan ini harus dipahat dengan kuat dalam hati sanubari para pecinta ilmu (mahasiswa). Kalau tidak, aktivitas apa pun yang ingin digelarnya pasti tidak atau kurang sempurna. Seseorang yang kecerdasan intelektualnya cukup kredibel, sementara kecerdasan emosionalnya bobrok, kesuksesan akan jauh dari dirinya. Bila kecerdasan intelektual dan emosionalnya prima tetapi kecerdasan spiritualnya kosong, ini pun akan jadi mala petaka baginya. Jadi, sebaiknya ketiga kecerdasan tersebut harus saling melengkapi di dalam diri seseorang untuk dapat membangun kinerja yang lebih baik pula.