Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kepala Sekolah, Jiwa Literasi, Guru dan Siswa

4 Desember 2023   12:42 Diperbarui: 4 Desember 2023   12:50 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Oleh : Marzuki Umar, M.Pd.

Setiap insan tentu memiliki jiwa yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya di dalam mengelola tata kehidupannya. Hal tersebut sangat tergantung pada tujuan hidup yang telah dibangun dan dibina sesuai dengan wawasan dan cara pandang masing-masing. Bagi orang yang mengharapkan kebaikan, maka ia akan mengarahkan dirinya ke alur-alur yang positif dan berguna. Begitu juga sebaliknya. Bahkan, pautan jiwanya itu selalu dijaga dan dilestarikan dalam bingkai "profesionalitas" guna mewujudkan tata kelola kehidupan dan penghidupan yang diinginkan.  

Salah satu "jiwa" yang perlu dijaga dan diukir di dalam diri seseorang di antaranya adalah jiwa literat. Jiwa yang dapat membuka cakrawala memahami seluk-beluk tataran hidup ini, sebenarnya tidak hanya terdapat pada diri kaum intelektual saja tetapi juga terselubung di dalam setiap orang. Konon, langkah dan sarana mengecap literasi pun kian membuming di berbagai situs media. Para calon literat hanya tinggal merelakan dirinya secara ikhlas untuk mengonsumsi dan memproduksi kembali apa saja yang ditemukan melalui daya baca yang tersurat dan tersirat itu. Dengan begitu, pengalaman dan pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan akan dapat dibangun seefektif dan seefesien mungkin.

 Nah ..., jika kita telusuri lebih mendalam, esensial gelora literat itu seyogianya utama sekali wajib dipatri di dalam diri guru dan siswa beserta staf di sekolah. Sosok-sosok yang selalu bergelut dalam lingkup ilmiah ini sejatinya tetap eksis mengikuti perkembangan zaman, sehingga kesediaan memahami dan meng-update ilmu pengetahuannya itu tidak boleh diabaikan. Betapapun sibuknya dengan berbagai aktivitas rutinitas, baik itu di rumah maupun di sekolah, budaya literasi hendaknya tetap dijalankan walaupun durasinya tidak lama. Dalam hal ini, Direktorat SMP memberi suatu gambaran bahwa "Akses yang luas pada sumber informasi, baik dunia nyata maupun dunia maya dapat menjadikan peserta didik lebih tahu daripada guru. Oleh sebab itu, kegiatan peserta didik dalam berliterasi semestinya tidak lepas dari kontribusi guru. Guru sebaiknya berupaya menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru dan pemangku kebijakan sekolah harus menjadi figur teladan literasi di sekolah", http://ditsmp.kemdikbud.go.id. Diakses 1 Desember 2023, pukul 21.46 WIB.

Kutipan di atas mengisyaratkan bahwa betapa pentingnya budaya literasi itu bagi setiap jiwa yang bergelut dalam dunia pendidikan, terutama sekali bagi guru, siswa dan tenaga kependidikan lainnya. Namun, kenyataannya sampai sejauh ini, hal itu sungguh sulit dilakukan. Padahal, sumber bacaan yang menjadi referensi yang tersurat dan tersirat di dalam berbagai bidang kian dekat dan melekat dengan kehidupannya.

 Lantas..., mengapa perbuatan literasi sampai detik ini sedemikian sulit dilaksanakan?
Mungkinkah kondisi tersebut dapat diubah guna menciptakan budaya literat dalam jiwanya? Dalam hal ini sekurangnya terdapat dua faktor yang menjadi pemicu tersendatnya jalan literasi tersebut. Pertama, pemahaman sosok calon literat terhadap literasi itu masih mengambang dan menganggap biasa saja. Kedua, umumnya menganggap bahwa setiap teks yang dijamah itu hanya sekadar dibaca dan dipahami saja dan tidak perlu untuk ditidaklanjuti dalam bentuk tulisan yang baru. Sikap seperti ini sebenarnya sungguh mudah diubah, apalagi bagi orang-orang yang bernaung di bawah payung lembaga pendidikan. Bisa jadi dengan memperhatikan karya-karya orang lain, yang sosok penulisnya memiliki kesibukan luar biasa, tetapi karyanya tetap bersua.

Mencermati kelambanan, kelalaian, dan kesalahpahaman terhadap literasi pada diri peserta didik dan tenaga kependidikan, Kepala Sekolah melakukan gebrakan konkret.  Beliau adalah Bapak Drs. Mukhtaruddin, M.Pd. yang saat ini memimpin SMA Negeri 7 Lhokseumawe. Sosok yang berperawakan mungil serta berwawasan milenial ini,  juga telah dapat melahirkan dua buku, yaitu buku "HABA GUREE" tentang Catatan Pemikiran Seorang Guru dan "HABA GUREE 2" tentang Catatan Pemikiran Kepala Sekolah.

Lalu..., gebrakan apa saja yang dilaksanakan dan dipersembahkan beliau kepada peserta didik dan tenaga kependidikan yang ada di bawah tanggung jawabnya? Mungkinkah perjuangan demi perjuangan pencinta literat ini dapat berbuah manis? Guna mengetahui kebijakan dan kepiawaian orang nomor satu di sekolah dimaksud dalam memberi kado istimewa kepada pencinta ilmu itu, paparan berikut merupakan jawaban konkret.

Pengadaan dan Pemberdayaan Pustaka Digital  


Perpustakaan adalah jendela dunia. Pepatah kuno ini rasanya lestari sepanjang zaman karena perpustakaan adalah gudang ilmu. Guna mengetahui berbagai ilmu dan pengetahuan terhadap berbagai persoalan hidup, itu dapat dijangkau dengan mudah melalui perpustakaan. Terlebih saat ini taman bacaan yang didambakan itu pun terdapat di mana-mana, termasuk di sekolah. Dengan begitu, warga sekolah tidak harus membuat program yang lebih ribet dengan mengeluarkan sejumlah dana serta menentukan waktu luang untuk menuju ke lembaga ilmu itu.

Alhamdulillah..., SMA Negeri 7 Lhokseumawe sampai saat ini masih dina-khodai oleh seorang Kepala Sekolah yang profesional. Sosok gemar menulis ini telah mampu membawa warga sekolahnya ke alur literasi yang tangguh. Berkat kerja keras beliau, kini sekolah asuhannya itu telah memiliki pustaka digital, yang telah dapat dioperasikan sejak tahun 2020 sampai detik ini.  Di ruang perpustakaan sekolah tersebut terdapat 6 (enam) unit komputer, yang digunakan untuk pustakawan 2 (dua) unit dan 4 (empat) unit lagi difasilitasi kepada penguna jasa pustaka. Pengadaan media elektronik ini mengacu kepada dana BOS.

Langkah pemberdayaan pustaka digital ini pun dirancang secara bersahaja. Hal ini sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah dan Kepala Perpustakaannya, bahwa adanya wajib kunjungan pustaka. Keduanya mengilustrasikan bahwa "Ruang perpustakaan kita memang sederhana dengan ukuran yang tidak luas pula. Namun, performanya itu kita coba racik sedemikian rupa sehingga hal yang biasa akan menjadi suatu yang luar biasa. Yang paling utama di sini adalah pemanfaatan ruang tersebut secara optimal sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna. Dalam hal ini, kunjungan dan layanan harus berjalan secara harmonis."

Untuk menggapai kesepatan, kunjungan wajib pustaka (kunwapus) disiasati sedemikian rupa mengingat para siswa terdapat `12 rombel ditambah dengan guru dan tendik yang berjumlah 40 orang. Minimal dalam satu semester 1-2 kali wajib mengunjungi pustaka. Sementara lebih dari itu sangat tergantung pada situasi dan kondisi pengunjung ataupun pihak pustakawan di dalam memberi pelayanannya. Dengan begitu, aktivitas literasi di area perpustakaan tetap eksis setiap waktu dan jam efektif belajar.  

Perbekalan Buku Referensi

Selain pustaka digital, perpustakaan sekolah juga dibekali buku-buku referensi, yang dapat menunjang aktivitas pembelajaran. Di samping untuk memperkaya khazanah kosakata dan ilmu dalam berbagai bidang studi, kehadiran buku referensi ini juga sangat membantu memotivasi bangkitnya literasi bagi warga sekolah. Ketika suatu pembahasan salah satu bidang studi masih mengambang atau membingungkan, maka acuan yang mudah dijangkau adalah buku referensi yang terdapat di ruang perpustakaan sekolah.
Pihak Fakultas UNAIR mengisyaratkan lewat situsnya bahwa "Keberadaan perpustakaan digital menjadi pelengkap untuk perpustakaan yang masih menerapkan ketradisionalan, yang mana keduanya tidak harus dipisahkan. Bahkan, penting untuk berkoalisi guna semakin melengkapi satu sama lain, sehingga muncul paduan yang mempunyai keunggulan dalam menyediakan layanan kepada pengguna dalam tingkat yang lebih tinggi". https://unair.ac.id  Diakses 2 Desember 2023, pukul 16.30 WIB.
Menurut pantauan penulis melalui konfirmasi bersama Kepala Perpustakaan dan staf, jumlah referensi cetak yang mengukir perpustakaannya saat ini mencapai 1842  judul buku. Buku paket 294 judul, dan buku referensi 1270 judul, sedangkan buku fiksi 278 judul.  Buku-buku tersebut dapat bernuansa ilmiah, semi ilmiah, dan nonilmiah. Buku-buku itulah yang kian dapat memberi kontribusi ke arah terciptanya jiwa literat di sekolah kebanggaan. Bahkan,  penambahan cetakan terbaru pun akan terus diikhtiarkan sesuai dengan kemampuan sekolah. Sehingga, literasi itu akan tetap menjadi idaman warga sekolah.

Penyelesaian Soal Hots


Untuk meningkatkan aktivitas literasi di bidang AKM, pihak sekolah mewajibkan bagi siswa untuk menyelesaikan SOAL-SOAL HOTS di awal pembelajaran selama 15 menit. Respons kecerdasan ini diawasi oleh guru-guru yang mengajar jam pertama. Adapun soal-soalnya adalah hasil garapan pihak kurikulum dengan mengacu pada aturan AKM. Tujuan utama gerakan langkah ini adalah untuk meningkatkan motivasi siswa membaca dan membaca, sekaligus menulis. Prosesi ini dilangsungkan selama tiga hari dalam seminggu, yaitu Selasa, Rabu, dan Kamis. Jadwal ini dapat berubah sesuai dengan sikon.
Dengan kesigapan menyelesaikan soal-soal tersebut, secara otomatis mereka akan selalu mendekatkan dirinya dengan berbagai sumber bacaan, baik media cetak maupun elektronik. Mustahil mereka akan dapat menuntaskan segala persoalan yang dihadapinya di dalam soal hots dengan baik apabila aktivitas baca jauh dengannya.

Penyetoran Ayat


Sekalipun penyetoran ayat hanya sebatas membaca dan tidak melahirkan tulisan sebagai tindak baca itu, namun kiprah bergradasi islami ini tetap dijadikan payung literasi. Mengapa demikian? Para siswa baru dapat menyetor ayat-ayat dimaksud setelah melakukan membaca sekaligus menghafalnya. Berarti, hasil daripada membaca itu adalah menyampaikan kembali apa saja yang menjadi tugasnya. Jika di antara mereka kurang mampu membaca dan menghafal, secara otomatis tak kan dapat menyetornya kembali.
Aksi ini dijalankan setiap jumat setelah tahfis usai dilaksnakan. Adapun ayat yang wajib disetor itu adalah ayat-ayat pendek yang terdapat dalam juz 30 atau juz 'amma. Hal ini tentu tidak terlepas dengan arahan dan bimbingan guru. Setiap guru akan mengayomi beberapa orang siswa yang menjadi tanggung jawabnya untuk diminta pertanggung jawaban terhadap tugas yang diberikannya. (Kepala Perpustakaan, IIn Keumala)

Pelatihan Penulisan Buku bagi Guru dan Siswa


Upaya Kepala Sekolah memupuk jiwa literat yang paling menantang bagi peserta adalah workshop penulisan buku. Workshop atau pelatihan ini diselenggarakan selama dua hari, yaitu tanggal 29-30 November di Aula sekolah tersebut. Harapan besar dari kegiatan dan kebijakan ini adalah akan lahirnya karya nyata yang berwujud buku, baik karya guru mapun karya siswa. Hal ini sebagaimana terukir dalam kata sambutan dan pembukaan Kepala SMA Negeri 7 Lhokseumawe, Drs. Mukhtaruddin, M.Pd. bahwa: "Program ini sebenarnya program tertunda tahun lalu. Diharapkan anak-anak ini beserta gurunya akan menyempatkan diri membaca  untuk dapat menulis dengan gaya sendiri, yang jauh dari plagiasi. Melalui pelatihan ini juga nantinya guru dan siswa akan melanjutkan penulisannya untuk melahirkan buku. Dengan begitu, aktiviats baca-tulis terus meningkat, terutama bagi siswa karena selama ini mereka yang membaca di sekolah hanya berkisar 10%".


Guna mengoptimalkan tindakan langkah positif ini, Kepala Sekolah menunjuk seorang koordinator, yaitu kepala perpustakaan, Ibuk Iin Keumala. Beliau bersama stafnya membuat jejaringan, baik dengan guru maupun siswa, sehingga tahapan-tahapan pelatihan dapat bergulir sebagaimana yang diinginkan. Dengan usahanya, pelatihan yang bersifat ilmiah dan non-ilmiah ini akhirnya diikuti oleh 16 orang guru dan 22 orang siswa dari 12 rombel.  


Menulis itu gampang tetapi memulai menulis itu sulit. Demikian pernah diungkapkan oleh pakar tulisan jaman dahulu. Menyikapi keresahan ini, Kepala Sekolah bersama stafnya mengundang dua narasumber penulisan, yaitu Mukhlis Puna, M.Pd. dan Marzuki Umar, M.Pd. Secara berkolaborasi, keduanya memaparkan materi menulis artikel dan cerpen beserta langkah-langkah jitu untuk menghasilkan kedua jenis tulisan tersebut. Penulisan artikel dan cerpen ini merupakan pintu gerbang menuju sebuah buku yang didambakan.


Setelah peserta pelatihan menerima berbagai teori serta tips penulisannya, pencinta literasi ini diarahkan langsung untuk menulis terhadap masalah apa saja yang diinginkan. Sebagai penulis pemula, baik guru maupun siswa harus mengikuti rambu-rambu yang disampaikan oleh kedua narator dimaksud di dalam menyampaikan gagasannya itu. Rasanya tak ada waktu berhenti saat merajut kata demi kata dalam merintis lahirnya sebuah karya nyata mereka. Mereka dipacu menulis dalam menit-menit tertentu, sehingga sosok penulis tertunduk diam sambil menoreh hitam di atas putih atau lewat situs WPS mereka. Rasanya semuanya tak dapat menoleh ke sana ke mari, asyik dengan tulisannya masing-masing.


Melalui kearifan yang menyentuh, pucuk dicinta ulam pun tiba. Proses meng-aktualisasikan gagasan pun menjelma. Waktu yang dimanfaatkan untuk menulis hanya beberapa saat saja. Namun, setiap penulis (guru atau siswa) telah dapat menunjukkan draf tulisannya itu dalam bentuk artikel dan cerpen dengan masalah dan gaya masing-masing. Ragangan tulisan tersebut diharapkan akan terus dilanjutkan serta dibenahi sedemikian rupa ke arah yang lebih baik, sehingga nantinya akan dapat diposting ke berbagai situs. Wujud akhir yang dinantikan adalah lahirnya dua buku guru dan dua buku siswa.
Itulah beberapa usaha konkret yang dijalankan oleh Kepala Sekolah di dalam memupuk serta mematri jiwa literat bagi warga sekolah asuhannya.

Simpulan
Jiwa literat merupakan barometer setiap orang cerdas. Apabila seseorang senantiasa bergelut dengan literasi berarti jiwa literat telah terukir dalam dirinya. Tugas apa pun boleh diemban tapi tak ada kata "terlambat" untuk memanfaatkan waktu berliterasi. Banyak celah yang bisa dimasuki dan banyak solusi yang dapat direalisasi. Mumpung kesehatan dan kesempatan masih dicurahkan Yang Maha Kuasa, menoreh sikap untuk memupuk jiwa literat di berbagai lembaga sebagaimana dilakonkan Kepala SMA Negeri 7 ini adalah perilaku cemerlang.

Literasi itu adalah lumbung padi
literasi itu adalah empang rezeki
literasi itu adalah panduan diri
literasi itu adalah kaya hati...!

Penulis adalah Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun