Mohon tunggu...
Maryam
Maryam Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Menuangkan pikiran lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan

22 Desember 2020   13:33 Diperbarui: 22 Desember 2020   13:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan

Rintik itu masih kudengar

Bersahutan dengan gemericik air di tanah

Oksigen seolah membuncah 

Memenuhi seisi ruang

Dingin nan sejuk menyusup tenang 

Hujan

Sampai kapan ku dapat merasakanmu? 

Akankah besok kita bertemu? 

Atau ini akhir dari hari yang semu

Hujan 

Maafkan aku Terkadang ikut mengeluh bersama hadirmu

Padahal kaulah rahmat Tuhan yang diturunkan 

Bersamamu turun berjuta keberkahan

Hujan

Rintik itu masih kudengar 

Sama seperti 28 tahun silam

 Saat pertama  aku diberi pendengaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun