Mohon tunggu...
Maryam Faff
Maryam Faff Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta

Seorang calon jurnalis profesional yang ingin terus belajar apa yang ingin dipelajari.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Di Balik Viralnya Street Food Grand Indonesia

23 Desember 2022   06:47 Diperbarui: 23 Desember 2022   06:47 2017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia berharap agar jalan raya tersebut bisa diperlebar untuk mengurai kemacetan dan membuat pengunjung lebih nyaman juga ketika datang.

"Harapannya, ini (jalan raya) sih dilebarin saja, biar lega untuk penataan kawasan kuliner dan biar mengurangi macet juga," imbuhnya.

Hal lain disampaikan oleh Bu Umroh (50) yang merupakan penjual di gerobak warung kopi keluarganya. Ia mengaku telah berjualan selama sekitar 20 tahun di kawasan belakang Grand Indonesia ini.

Di balik viralnya jajanan-jajanan di kawasan Street Food GI ini, ada perjuangan lebih dari tiap pedagang. Contohnya dagangan warung kopi bu Umroh.

"Gerobak ini didorong dari rumah, dek, karena kalau ditinggal di sini ada biaya untuk kontraknya," ujarnya ketika diwawancarai di depan gerobaknya, Kamis (22/12).

Gerobak Warung Kopi Bu Umroh. (Dokpri)
Gerobak Warung Kopi Bu Umroh. (Dokpri)

Pendapatan dari berjualan jajakan warung kopi seperti mi instan, kopi, dan minuman lainnya pun tidak sebanding dengan pendapatan warung tenda makanan lain di street food ini. Makanan yang sedang ramai diminati oleh kalangan masyarakat adalah jenis ayam dan daging, seperti Nasi Ayam Penyet, Sate Taichan, Sate Bakar, dan Bakso.

"300 sampai 400 (ribu rupiah) per hari, dek. Kalau malam minggu, ya, bisa sampai 500 (ribu rupiah). Ya, cuma dagang kopi ibu ini. Kalau kayak ayam penyet itu, kan bisa sampai 1-1,5 juta, dek. Apalagi Ayam AA Sipit tuh, itu mah bukan laku lagi, paling minimal pendapatannya 3 juta, dek," tambahnya.

Warung Kopi Bu Umroh tidak selalu ramai, namun ia memaklumi karena berdagang, pasti ada saat di mana dagangan akan ramai dan sepi. Ia menuturkan, jika libur sekolah tiba, kawasan GI mulai ramai. Pengunjung suka makan di tenda lain, lalu memesan minuman di Warung Kopi Bu Umroh.

"Namanya dagang ya, dek, ada sepinya. Ini karena udah libur sekolah ya, dek, orang suka makan di tempat lain, tapi minumnya beli di ibu gitu," ujarnya.

"Biasanya yang beli itu ada karyawan dari Thamrin City, Grand Indonesia, Plaza Indonesia gitu, dek, makan mi di sini, ngopi-ngopi. Bos-bosnya juga kadang suka minum kopi di sini. Terus juga orang yang jalan-jalan. Biasanya itu, dek," jawab bu Umroh ketika ditanya mengenai pembeli di warungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun