Mohon tunggu...
Marwita Oktaviana
Marwita Oktaviana Mohon Tunggu... Guru - Seorang yang sedang belajar menulis

Ibu dua orang anak yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Caraku Perangi Plastik Agar Indonesia Lebih Baik

5 Februari 2024   13:00 Diperbarui: 5 Februari 2024   13:17 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi belakang rumah yang saya maksimalkan untuk ternak dan perkebunan kecil (dokumentasi pribadi)

 "Beat Plastic Polution" diangkat sebagai tema pada hari lingkungan hidup sedunia tahun 2023 kemarin. Tema ini diusung karena keresahan masyarakat akan jumlah sampah plastik yang sudah diluar batas dan menimbulkan banyak dampak di lingkungan.

 Data yang dilansir Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia di tahun 2023 menyatakan sejumlah 17.441.415,28 ton sampah dihasilkan sepanjang tahun tersebut. Sampah plastik menempati urutan kedua setelah sampah makanan , yakni sejumlah 18,5% dari total sampah yang dihasilkan. Jumlah ini naik sebesar 0,3% dari tahun sebelumnya.

Dari banyaknya sampah plastik yang dihasilkan, hanya kurang dari 10% yang dapat diolah, sisanya menjadi timbunan sampah. Parahnya dari data UNEP (Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa) Indonesia menempati urutan kedua negara penyumbang sampah plastik terbesar setelah China. Dimana lebih dari 1,29 jt ton sampah plastik tersebut berakhir di perairan baik laut maupun sungai.

Masuknya sampah plastik di perairan menyebabkan terganggunya ekosistem. Setiap tahun dampak yang dirasakan semakin masiv. Data dari United Nation menyebutkan bahwa lebih dari 100.000 binatang laut mati tiap tahun akibat polusi tersebut.

Jika dirunut lebih jauh, sampah plastik yang terdegradasi menjadi mikroplastik akan terserap oleh organisme laut dan terakumulasi pada puncak rantai makanan, yaitu manusia. Penelitian dari Universeit Amsterdam, mikroplastik sudah ditemukan dalam darah manusia. Satu bukti bahwa polusi plastik sudah sampai ke rantai puncak makanan.

United Nation bahkan menyebutkan bahwa 90% air dalam kemasan botol dan 83% air bersih untuk keperluan rumah tangga mengandung mikroplastik. Data ini adalah bukti nyata bagaimana manusia benar-benar perusak alam nomor satu.

Dari Mana Limbah Plastik Berasal

Making Ocean Plastic Free menyatakan sekitar 182,7 miliar kantong plastik digunakan setiap tahun di Indonesia. Dari data di atas, total sampah dari kantong plastik saja bisa mencapai 1,278 ton per tahun. Padahal kantong plastik itu hanya digunakan tak sampai 12 menit. 

Throw away society atau budaya penggunaan barang sekali pakai ini sangat disayangkan karena efeknya dramatis. Padahal alasan utamanya hanya karena plastik sangat mudah diproduksi, harga murah, dan sangat efektif dan efisien untuk digunakan keperluan harian.

Sumber limbah plastik utama berasal dari sektor kemasan, sebesar 36% dimana 85% nya adalah plastik sekali pakai yang berakhir di penimbunan dan tidak dikelola dengan baik. Diikuti sektor pertanian, perikanan, dan fashion.

Meski tiap tanggan 3 Juli diperingati sebagai International Plastic Bag Free Day, tapi namaknya gerakan ini tidak terealisasi sampai ke bawah.

Dampak Plastik Pada Perubahan Iklim

Sebenarnya, plastik sejak proses produksi sampai tahap pembuangan memproduksi dan mengemisi GRK (Gas Rumah Kaca) ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan kurang lebih 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon tiap tahunnya. Plastik diproduksi dari minyak mentah yang dipanaskan, ditambah zat aditif dan menghasilkan polimer yang kemudian diolah menjadi aneka jenis plastik.

Di tahun 2019 lalu produksi plastik menyumbang 1,8 juta metrik ton emisi GRK atau sekitar 3,4 % dari total GRK global. Belum lagi sampah plastik yang tertimbun juga melepaskan GRK ke udara. Aktifitas open burning atau pembakaran di udara terbuka juga menyumbang emisi GRK yang signifikan. Belum lagi pencemaran di air dan tanah.

Perangi Plastik Untuk Indonesia Lebih Baik

Dalam Peraturan Presiden nomor 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga tertuang mengenai target tentang penanganan sampah yang cukup tinggi, yaitu di tahun 2025 nanti ada penanganan dan pengelolaan sampah sebesar 30% dari total timbunan sampah di tahun tersebut

Pemerintah juga sebenarnya sudah mengkampanyekan 3 gerakan untuk mengatasi sampah plastik ini. Pertama batasi penggunaan barang sekali pakai, kedua mulai belanja tanpa kemasan, dan ketiga pemilahan sampah.

Micro-scale action pemilahan sampah bisa dijadikan sebagai aksi utama dalam penanganan sampah nasional. Di banyak negara maju aksi ini sangat signifikan membantu suksesnya pengolahan sampah. Melihat apa yang dilakukan oleh masyarakat di negara maju, saya juga berusaha agar setidaknya mampu ikut serta meminimalisasi produksi sampah dan sekaligus melakukan pengolahan kecil-kecilan di tingkat rumah tangga.

Ada 4 hal sebenarnya yang bisa dilakukan oleh setiap individu masyarakat sebagai micro-scale action pengurangan sampah ini.

Yang pertama, mainfull spending alias berbelanja sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Mindset seperti ini akan efektif meminimalkan penimbunan barang di tingkat rumah tangga. Sebisa mungkin hindari tergoda banyaknya sale.

Kedua, declutering, atau mensortir barang secara berkala. Dalam hal ini juga bisa termasuk pada pemilahan sampah rumah tangga. Dengan melakukan pensortiran dan pemilahan berkala, kita akan tahu berapa banyak barang yang masih digunakan, mana yang sudah tidak terpakai dan perlu dilakukan penanganan lebih lanjut. Misalnya melakukan prelove, disumbangkan, atau didaur ulang.

Ketiga, pakai refill untuk fast moving cunsomer goods seperti shampo, sabun, detergen, dll. Bawa wadah sendiri dari rumah dan beli di tempat-tempat yang menyediakan isi ulang untuk barang-barang tersebut. Aksi ini cukup efektif mengurangi sampah botol plastik.

Keempat, manfaatkan promo sustainable lifestyle seperti aplikasi daur ulang sampah atau bank sampah yang banyak sekali saat ini. Selain ikut serta melakukan pengolahan sampah juga akan dapat benefit dari sampah-sampah yang dikumpulkan.

Langkah kecil saya meminimalisir sampah plastik di rumah

Sejak punya rumah sendiri, saya sengaja memelihara beberapa ekor ayam, ikan, dan kambing. Ini salah satu cara saya menjaga lingkungan dari limbah domestik. Lahan rumah cukup luas untuk keperluan tersebut. Tujuan awal saya agar tidak membuang sampah makanan begitu saja ke alam, tapi bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Saya mengkategorikan sampah di rumah ke dalam 4 kategori, yaitu sampah makanan, plastik, organik selain makanan, dan sampah lainnya.

Untuk sampah makanan biasanya saya beri enzim untuk difermentasi terlebih dulu sebelum dijadikan pakan ternak. Di sini termasuk sampah organik lain, seperti dedaunan saya fermentasikan juga di ruang terbuka (bukan komposting) dengan disemprot enzim. Biasanya dipakai suami untuk pupuk beberapa tanaman di samping rumah.

Selain itu, feses ternak, baik kambing atau ayam juga kami fermentasi dulu sebelum nantinya dipakai pupuk tanaman. Kebetulan sekali di samping rumah lahan dimanfaatkan maksimal untuk menanam sayuran dan rumput pakan kambing.

Feses kambing untuk pupuk tanaman (dokumentasi pribadi)
Feses kambing untuk pupuk tanaman (dokumentasi pribadi)

Sampah lain seperti kertas, baterai, elektronik dll saya sendirikan untuk nanti dijual di beberapa asongan barang bekas atau saya sumbangkan ke salah satu tetangga yang mengumpulkan barang bekas untuk dijual.

Khusus untuk plastik, saya punya beberapa trik agar tidak menumpuk sampah dan merugikan lingkungan. Salah satunya dengan menerapkan 5 R (Reduce, Reuse, Recycle, Repair, Replace)

Reduce atau mengurangi konsumsi plastik baru. Caranya banyak sekali, mulai dari membawa wadah atau tas belanja sendiri saat berbelanja, membawa piring atau mangkuk saat beli makanan di warung, bawa botol minum, bawa bekal dari rumah, pakai refill, atau yang paling relevan saat ini adalah mengurangi belanja online.

Menurut hasil penelitian LIPI, di tahun 2022 aktivitas belanja online mengalami peningkatan sebesar 62% dimana 96% dari total paket menggunakan selotip, pembungkus plastik, dan bubble wrap. Selain bisa signifikan mengurangi pemakaian sampah plastik juga bisa sedikit membantu meningkatkan ekonomi tetangga sekitar dengan membeli dagangan mereka secara langsung.

Reuse, atau menggunakan kembali limbah plastik. Di desa itu persaudaraan masih cukup erat terlihat. Sering saya dapat hantaran makan dengan wadah plastik. Di sini wadahnya saya simpan untuk dimanfaatkan lagi sebagai wadah atau disimpan dan digunakan jika saya ingin membagi makanan pada tetangga.  

Recycle, atau mendaur ulang limbah plastik. Karena sampah plastik banyak jenisnya, saya pilah dulu antara botol, kotak wadah, tas kresek dan yang lain. Untuk botol plastik biasanya saya gunakan sebagai rumah kaca portable untuk bibit tanaman yang baru ditanam, jadi bisa melindungi dari cuaca dan hama. Caranya mudah, cukup potong bagian bawah botol dan ditutupkan di atas tanaman tersebut.

Atau tak jarang dipakai untuk wadah pakan ternak dengan dipotong melintang lalu ditempel di beberapa titik kandang. Lumayan menghemat budget produksi ternak. Sedangkan untuk tas plastik biasanya saya lipat rapi tiap tas, lalu saya berikan pada tetangga yang berjualan untuk digunakan lagi sebagai kemasan. kegiatan kecil ini sangat signifikan mengurang produksi limbah plastik saya.

Wadah pakan ternak dari limbah botol (dokumentasi pribadi)
Wadah pakan ternak dari limbah botol (dokumentasi pribadi)

Repair, atau memperbaiki peralatan plastik yang sedikit rusak. Yang ini keahlian suami, peralatan plastik yang masih layak pakai tapi sedikit mengalami kerusakan seperti bocor atau retak langsung sigap diperbaiki oleh suami jadi umur pakainya lebih lama.

Replace, atau mengganti plastik dengan material lain yang lebih ramah lingkungan. Misal menggunakan wadah-wadah tanah liat atau pembungkus dari daun. Untuk penggunaan diapers, saya termasuk yang kolot dan masih lebih suka pakai popok kain atau clodi. Karena saya juga berpikir akan sulit menangani limbahnya. Meski lebih banyak cucian, tapi lebih nyaman dan aman.

Selain beberapa hal di atas, kita juga perlu bijak dan cerdas dalam memilih produk plastik yang akan digunakan. Karena plastik memiliki jenis yang variatif. Kode-kode pada kemasan plastik memberi tahu kita jenis material pembentuk plastik. Dengan memilahnya akan mempermudah pengolahan daur ulang pada plastik tersebut.

Di Jepang misalnya pemilahan sampah di tingkat rumah tangga dan pemilahan jenis plastiknya sangat efektif meningkatkan efisiensi daur ulang. Jadi sudah siapkah kita mengurangi dan memilah sampah mulai dari rumah?

"Mulai dari rumah, kita siapkan Indonesia berlingkungan ramah"

Kondisi belakang rumah yang saya maksimalkan untuk ternak dan perkebunan kecil (dokumentasi pribadi)
Kondisi belakang rumah yang saya maksimalkan untuk ternak dan perkebunan kecil (dokumentasi pribadi)

#PemanfaatanEnergiBerkelanjutan

Referensi

https://citarumharum.jabarprov.go.id/

https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

https://www.kompas.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun