Meski tiap tanggan 3 Juli diperingati sebagai International Plastic Bag Free Day, tapi namaknya gerakan ini tidak terealisasi sampai ke bawah.
Dampak Plastik Pada Perubahan Iklim
Sebenarnya, plastik sejak proses produksi sampai tahap pembuangan memproduksi dan mengemisi GRK (Gas Rumah Kaca) ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan kurang lebih 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon tiap tahunnya. Plastik diproduksi dari minyak mentah yang dipanaskan, ditambah zat aditif dan menghasilkan polimer yang kemudian diolah menjadi aneka jenis plastik.
Di tahun 2019 lalu produksi plastik menyumbang 1,8 juta metrik ton emisi GRK atau sekitar 3,4 % dari total GRK global. Belum lagi sampah plastik yang tertimbun juga melepaskan GRK ke udara. Aktifitas open burning atau pembakaran di udara terbuka juga menyumbang emisi GRK yang signifikan. Belum lagi pencemaran di air dan tanah.
Perangi Plastik Untuk Indonesia Lebih Baik
Dalam Peraturan Presiden nomor 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga tertuang mengenai target tentang penanganan sampah yang cukup tinggi, yaitu di tahun 2025 nanti ada penanganan dan pengelolaan sampah sebesar 30% dari total timbunan sampah di tahun tersebut
Pemerintah juga sebenarnya sudah mengkampanyekan 3 gerakan untuk mengatasi sampah plastik ini. Pertama batasi penggunaan barang sekali pakai, kedua mulai belanja tanpa kemasan, dan ketiga pemilahan sampah.
Micro-scale action pemilahan sampah bisa dijadikan sebagai aksi utama dalam penanganan sampah nasional. Di banyak negara maju aksi ini sangat signifikan membantu suksesnya pengolahan sampah. Melihat apa yang dilakukan oleh masyarakat di negara maju, saya juga berusaha agar setidaknya mampu ikut serta meminimalisasi produksi sampah dan sekaligus melakukan pengolahan kecil-kecilan di tingkat rumah tangga.
Ada 4 hal sebenarnya yang bisa dilakukan oleh setiap individu masyarakat sebagai micro-scale action pengurangan sampah ini.
Yang pertama, mainfull spending alias berbelanja sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Mindset seperti ini akan efektif meminimalkan penimbunan barang di tingkat rumah tangga. Sebisa mungkin hindari tergoda banyaknya sale.
Kedua, declutering, atau mensortir barang secara berkala. Dalam hal ini juga bisa termasuk pada pemilahan sampah rumah tangga. Dengan melakukan pensortiran dan pemilahan berkala, kita akan tahu berapa banyak barang yang masih digunakan, mana yang sudah tidak terpakai dan perlu dilakukan penanganan lebih lanjut. Misalnya melakukan prelove, disumbangkan, atau didaur ulang.