Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, banyak orang mencari cara untuk menemukan ketenangan jiwa dan meningkatkan kesehatan fisik serta mental mereka. Salah satu praktik spiritual yang memiliki pengaruh positif pada aspek ini adalah dzikir. Dzikir, yang berarti mengingat Allah, tidak hanya memiliki makna religius tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan seseorang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dzikir memiliki dampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental, menjadikannya topik yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.
Artikel ini akan membahas berbagai manfaat dzikir untuk kesehatan, mulai dari aspek ilmiah hingga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita akan melihat bagaimana dzikir dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat dan membantu menguatkan mental. Selain itu, kita juga akan mengeksplorasi tantangan dalam menerapkan praktik dzikir secara konsisten dan solusi yang dapat diterapkan. Dengan memahami hubungan antara dzikir dan kesehatan, diharapkan pembaca dapat mempraktikkan ini untuk meningkatkan kualitas hidup mereka secara menyeluruh.
Penelitian tentang dzikir dan kesehatan fisik
Fenomena saat ini banyak masyarakat Islam yang meyakini bahwa dengan berzikir akan memperoleh kesehatan baik jasmani maupun rohani. Ditinjau dari aspek kesehatan, dzikir dapat memberikan dampak positif yang dapat menyebabkan keseimbangan tubuh tetap stabil. Dzikir berpengaruh bagi tubuh serta dapat menstimulasi getaran halus dan lembut yang menelusuk keseluruh tubuh. Pada saat itulah seseorang akan merasakan relaksasi atau pengendoran saraf-saraf ditubuhnya sehingga ketegangan jiwa akibat kebutuhan jasmani maupun rohani yang tidak terpenuhi dapat berkurang.
Studi psikologi tentang dzikir dan kesehatan mental
Dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, dzikir berfungsi sebagai psikoterapi, karena dengan melakukan dzikir akan menjadikan hati lebih tenteram dan damai serta tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan. Melakukan zikir yang khusyu' atau konsentrasi, pikiran hanya tertuju pada Allah Swt, maka pikiran dan jiwa akan merasakan ketenangan, kebahagiaan, serta kedamaian pada dirinya, dan juga dapat menghilangkan stres, frustrasi dan kecemasan yang melanda dirinya. Karena semua keadaan itu merupakan gejala jiwa yang berat yang harus segera diatasi.
Dzikir yang berarti mengingat, secara normatif bisa berpengaruh baik yakni membuat hati menjadi tenteram. Hati yang tenteram merupakan salah satu ciri dari kesehatan mental. Kesehatan mental ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.
Perspektif neurosains terhadap praktik dzikir
Otak juga memiliki hubungan erat dengan spiritualitas biasa disebut dengan operator neurospiritual yang meliputi sebagai berikut:
- Cortex prefrontal berfungsi sebagai pembentuk kepribadian manusia berkaitan dengan motivasi, dan kesadaran manusia. Jika terjadi kerusakan pada cortex prefrontal akan menyebabkan hilangnya kemampuan dalam mengendalikan emosi.
- Area asosiasi atau sebrum (otak besar) berfungsi untuk menata bermacam perintah kompleks seperti kesadaran introspeksi diri dan kesenangan, serta berfungsi sebagai penggerak tubuh dan perilaku. Jika dihubungkan dengan praktek spiritual (dzikir/doa) akan terjadi peningkatan aliran darah ke otak ketika sedang melakukan dzikir dan doa. Jika terjadi kerusakan pada area ini akan mengakibatkan hilangnya kemampuan konsentrasi dan tidak mampu merencanakan masa depan.
- Sistem limbik dibagi menjadi tiga yaitu hipotalamus, amygdala dan hipocampus. Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur hormon tubuh manusia dan dapat mempengaruhi pelepasan hormon ketika melakukan dzikir. Amygdala berperan menciptakan emosi dan dapat membentuk tubuh dengan perasaan yang sedang dirasakan saat melakukan dzikir. Hipocampus jika dikaitkan dengan spiritual berhubungan dengan interkoneksi saraf yang berfungsi menyeimbangkan emosi yang muncul setelah melakukan dzikir.
Kajian neurosains terhadap fungsi nafs dan qolb memberikan perspektif baru dalam pendidikan Islam , termasuk dalam memahami praktik dzikir dari sudut pandang ilmiah.