Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merajut Asa di Antara Duka Dunia

15 Maret 2021   19:54 Diperbarui: 21 Juli 2021   15:09 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu perasaan malas ke sekolah menderaku, teringat upacara bendera, ingin rasanya aku bolos, tetapi karena keempat temanku, sangat berat rasanya meninggalkan mereka bolos sendirian. Pernah suatu kali mereka kuajak bolos tapi mereka menolak, maklum mereka itu murid teladan. Begitu pula denganku, hanya saja aku ingin keluar dari zona sekolah yang membosankan.

Bunyi berisik alarm dan kokokan ayam membuatku bangun dari tidurku.
"hah...hari ini sekolah lagi."Gumamku.

Dengan cepat, aku beranjak dari ranjangku dan merangkul handuk. Dingin pagi seakan menusuk tulangku. Aku bangun lebih pagi dari biasanya, tetapi tetap saja aku tak bisa sarapan. 

Berhubung ibuku orang sibuk, dia tak sempat membuat sarapan. Dengan cepat aku menyambar sepotong roti dan meneguk segelas susu yang ada dihadapanku. Ketika melihat semburat cahaya mentari yang mulai menembus dedauanan, mengingat akan jarak rumah dan sekolahku lumayan jauh, aku harus bergegas ke sekolah.

Sekitar pukul 06.46, cahaya mentari  menerpa tubuh, menemaniku berjalan menyusuri lorong sekolah. Bisa kukatakan bahwa mayoritas anak yang datang cepat adalah mereka yang jarak sekolah dan rumahnya lumayan jauh. Aku berjalan menyusuri gedung sekolah dan menaiki anak-anak tangga.

"Krieet." Aku membuka pintu kelas, mendapatkan sejejer bangku kosong dihadapanku. Aku duduk dekat jendela yang berhadapan langsung dengan jalan raya. Melihat lalu lalang kendaraan yang mondar mandir di depan sekolah. Satu persatu temanku datang, sembari menggendong tas besar dan menenteng buku paket mereka.

Aku melirik jam tanganku, sudah menunjukkan pukul setengah delapan lebih. Tapi panggilan untuk mengikuti upacara belum kunjung juga padahal hari ini cuaca tidak terlalu panas.
"Kayaknya hari ini kita tidak upacara ya?" tanyaku.
"Kayaknya begitu, padahal cuacanya mendung, kalau kita upacarakan tidak terlalu panas. Tungkas Azni.
Suara berisik sudah lazim terdengar di kelasku, begitupun di kelas lain. Suara dari pengeras suara tiba-tiba mengheningkan suasana.
Pak Guru Noviar guru Matematika yang disegani oleh seluruh siswa sekolah. Beliau selaku wakasek kesiswaan mengumumkan hal penting bagi kami. Sebelumnya aku dan teman-temanku tidak pernah menduga bahwa hari itu adalah hari terakhir kami menginjakkan kaki di sekolah.
"Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua."
Seketika semua hening dan perhatiannya tertuju pada suara tersebut.

"Baik anak-anakku semua, sesuai arahan dari pemerintah, mulai besok sekolah akan ditutup hingga dua minggu ke depan. Anak-anakku yang pak guru sayangi. Saat ini virus corona sudah menyebar ke Indonesia, dan untuk mencegah penularannya kalian harus tetap mengenakan masker, jaga jarak, rajin mencucui tangan, dan menghindari kerumunan. Selama dua minggu ke depan, kalian harus berdiam diri di rumah dan untuk proses pembelajaran akan menggunakan sistem daring/online"Sambungnya.
Seluruh siswa berteriak kegirangan. Yah memang, pada awalnya aku membayangkan bahwa online learning itu menyenangkan, karena dari rumah aku bisa mengerjakan tugas sembari makan dan menonton televisi.

Angka kematian dan penularan COVID-19 terus saja menigkat. Tidak hanya di Indonesia, COVID 19 juga menggemparkan penduduk dunia. Menurut info yang aku dapatkan di internet, COVID-19 itu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru-baru ini ditemukan. Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa penanganan khusus.  COVID-19 bisa menjangkit siapa saja,mulai dari balita hingga lansia.

Dua minggu berlalu, aku mendapat info bahwa belajar online akan diperpanjang sampai waktu yang belum ditentukan. Angka kematian meningkat pesat, meninggalkan luka dan isak tangis bagi keluarga korban yang ditinggalkan. Aku memandang lamat-lamat televisi didepanku, berkonsentasi agar bisa mencerna maksud dari berita itu.

Dari lumpuhnya ekonomi dunia hingga banyaknya para buruh dan karyawan yang di PHK, dan juga banyaknya para tenaga medis yang gugur perperang dalam melawan corona. Ada satu dampak positif dari adanya virus corona, yaitu mencegah global warming (pemanasan global). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun