Golkar paham betul dengan dinamika yang ada. Dari dulu, mereka lihai dalam bermanuver untuk mengamankan kepentingannya. Manuver Golkar yang mendekati koalisi Gerindra pun disambut baik oleh Gerindra dan PKB yang sudah duluan membentuk Koalisi KIR.
Gerindra menyadari penting untuk mengajak pihak lain untuk bergabung. Pasalnya, semakin besar koalisi maka semakin besar sumber daya yang dapat digunakan untuk meraih kemenangan di Pilpres.Â
Apalagi Golkar datang membawa gerbongnya yakni PAN dan PPP. Golkar paham bahwa Gerindra akan menyambutnya dengan tangan terbuka karena jika Gerindra enggan, koalisi lain akan siap menampung seperti dari KPP dan PDIP.
Manuver Golkar ini membuat partai-partai lain tertarik untuk bergabung. Sebut saja Partai Perindo, PBB, dan PSI merespon positif keberadaan koalisi bersar ini. Demikian juga PDIP yang menyatakan kesediaannya bergabung.
Mengepung PDIP
Jika ditelisik lebih dalam, koalisi besar ini adalah cara partai-partai pemerintah untuk "menggertak" PDIP yang selama ini cenderung diam dan "angkuh".Â
PDIP memiliki suara di parlemen yang memenuhi syarat untuk mencalonkan sendiri Capresnya, walaupun tanpa berkoalisi. Namun sejauh ini, partai besutan Megawati ini cenderung wait and see.
Dengan menggertak PDIP diharapkan PDIP segera mengambil langkah. Ini penting untuk menyusun langkah apa yang perlu dilakukan oleh partai-partai lain terutama partai-partai koalisi pemerintah sekarang.
Alhasil, gertakan itu sedikit membuahkan hasil. PDIP akhirnya buka suara dan menyambut positif koalisi itu bahkan bersedia menjadi tuan rumah untuk hajatan buka puasa bagi koalisi besar tersebut.Â
PDIP juga menyampaikan permintaannya bahwa akan bersedia bergabung dalam koalisi apabila kadernya yang jadi Capres. Terlepas dari itu, gertakatan tersebut membuahkan hasil.
Koalisi Besar Tidak Menjamin Kemenangan