Sebagai negara adidaya, Amerika masih punya pengaruh kuat di Indonesia. Seperti yang terlihat dalam kasus Papua setelah Kepala Staff Kepresidenan (KSP) Jendral Moeldoko mengatakan mendapat dukung Amerika baik secara diplomatik maupun keamanan di Papua. Bahkan dengan tegas mengatakan bahwa NKRI harga mati.
"Yang sama-sama kami inginkan adalah kami juga ingin support (dukungan) Amerika atas kondisi yang terjadi di Papua. Dan beliau (Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik David R. Stilwell) sangat support tentang kedaulatan, (Dukungan) dari segala sisi lah, dari sisi diplomatik, menjaga situasi bersama, karena kita sama-sama Amerika juga memiliki kegiatan di sana (Papua)," kata Moeldoko saat menerima David R. Stilwell di kantor KSP seperti yang dikutip di cnnindonesia.com, senin (2/9).
Sebenarnya kalau dilihat secara seksama, ini tidak lepas dari kuatnya pengaruh hegemoni dan diplomasi Amerika dalam politik global. Kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh mantan panglima TNI itu merupakan isyarat kuat bahwa Indonesia akan tetap setia pada Amerika.Â
Makna lainnya lagi adalah kepentingan Amerika di Indonesia terutama di tanah Papua akan baik-baik saja. Indonesia akan menjaminnya.
(Baca juga tulisan saya Dokumen Intelijen Amerika, Papua dan Timor Timur)
Sejarah telah bercerita bahwa masuknya Papua kewilayah NKRi atas hasil Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) 1969 tidak lepas dari restu Amerika. Amerika memiliki kepentingan di Indonesia yakni agar Indonesia tidak jatuh ke blok timur (komunis) yang merupakan musuh sengit Amerika (blok barat) saat itu. Selain itu, keberadaan bisnis Freeport bagian dari konsesi kedekatan Indonesia dan Amerika saat itu.
Dengan pertemuan tersebut (baca: Moeldoko dan David R. Stilwell) juga adalah sebuah kemenangan diplomasi Indonesia atas pihak yang ingin melepaskan Papua dari Indonesia. Bahwa Amerika telah  mendukung intergrasi Papua di Indonesia.Â
Sebagaimana diketahui, sekeras apapun perjuangan untuk memisahkan Papua dari NKRI tidak akan bisa jika tidak melalui mekanisme hukum internasioanal (PBB).Â
Untuk sampai pada itu, perlu ada penggalangan kekuatan internasional yang kuat untuk menyuarakan itu di forum PBB. Sedangkan Amerika yang punya pengaruh kuat di Papua telah menyatakan akan siap pasang badan untuk mempertahankan Papua sebagai bagian dari Indonesia.
Hal ini jelas bahwa Indonesia telah melakukan deal-deal dengan Amerika setelah gejolak di Papua terjadi. Dari sini terang benderang pengaruh Amerika masih sangat kuat bahkan Indonesia pun harus tunduk. Tentunya, dalam kesepakatan-kesepakatan tersebut, ada konsensi bagi Amerika dari Indonesia. Apakah itu? ini masih misteri, tapi garis besarnya adalah kepentingan Amerika harus tetap aman. No Free Lunch. Tidak ada makan siang yang gratis. Sejauh ini yang sementara masih sangat tampak adalah PT Freeport. Yang lain, entahlah.
Jika tidak ada konsesi, Amerika akan sangat mudah mengguncang Indonesia melalui Papua. Harus diakui Amerika pemain yang sangat kuat dalam panggung politik global. Kekuatan hegemoninya sangat kuat dan Indonesia masih jauh tertinggal dibelakang.Â
Negara paman Sam ini selalu ikut bermain di kawasan atau negara yang dianggap strategis bagi kepentingannya. Apalagi Indonesia yang merupakan negara yang cukup "seksi" baik dari posisi geografis, kekayaan alam maupun demografi.
Jejak Hegemoni China
Selain Amerika, China juga adalah pemain penting yang sedang bangkit dengan kekuatan ekonomi dan militernya. Kuku-kukunya mulai ditancapkan terutama melalui program ambisiusnya BRI (Belt Road Initiative) dan Indonesia mulai masuk dalam "perangkap" ini. Melalui prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan China.Â
Hubungan itu cukup kuat di era Jokowi  terutama dalam investasi dan pembiayaan infrastruktur, bahkan urusan BPJS pun santer terdengar akan dibantu oleh perusahaan dari China.
Hal lain diimana pengaruh China mulai menyebar, seperti dilansir di liputan6.com, dapat dilihat ketika China Railways Construction Corporation (CRCC) menemui Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di kantornya. Luhut menyampaikan China ingin berinvestasi di Ibu kota baru di bidang transportasi. Investasi-investasi ini merupakan bagian dari program BRI China.
Hemat saya, karena pengaruh China yang demikianlah yang membuat Amerika berang. China ingin menggagu Amerika di Indonesia. Sebenarnya keberangan Amerika bukan hanya karena manuver China di Indonesia, melainkan di negara-negara lain juga terutama di Kawasan ASEAN dan Pasifik selatan. Oleh karena itu, agar China tidak melangkah jauh di Indonesia, Amerika menggunakan kartu Papua.
Di tingkat yang lebih makro juga bisa dilihat melalui perang dagang yang terus dilancarkan oleh Donalt Trump atas China.
Harus kita jujur bahwa Indonesia belum terlalu kuat dalam panggung internasional. Belum lagi dari postur kekuatan militer, kita masih tertinggal jauh bahkan jika dibanding dengan negara yang berpenduduk sedikit seperti Israel. Ekonomi kita masih sangat bergantung pada konsumsi dalam negeri dan ekspor bahan mentah. Ini bukan pandangan pesimis melainkan harus jujur untuk melihat diri sendiri. Nantinya akan dijadikan bahan evaluasi sehingga kita akan menjadi kuat dan pemain penting yang disegani dalam panggung internasional.
~Makassar, 3 September 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI