Posisi Amerika sekarang terindikasi berlawanan dengan Indonesia dalam kasus Papua. Padahal jika  menilik sejarah, Amerika di bawah presiden John F Kennedy mendukung  penentuan pendapat rakyat (Pepera) tahun 1969 melalui mekanisme PBB dalam kerangka New York Agreement kemudian menghasilkan bahwa Papua berada di pangkuan ibu pertiwi Indonesia.
Secara politis tentunya Amerika punya tujuan. Saat itu situasi politik global sedang dalam era perang dingin atau persaingan blok barat yang dipimpin oleh Amerika dan blok Timur dalam kepemimpinan Uni Soviet. Kedua blok ini sedang bersaing mempengaruhi negara non blok termasuk Indonesia untuk bergabung.Â
Karenanya secara politis, dukungan Amerika terhadap hasil Pepera (Menurut pengakuan-pengakuan, Pepera tersebut cacat karena terdapat pelanggaran-pelanggaran, tapi tulisan ini tidak akan membahas itu meskipun pelanggaran-pelanggaran itu harus divalidasi lagi) agar Indonesia tidak jatuh pada pengaruh blok timur yang komunis.Â
Selain itu, tentunya penguasaan sumber daya alam Indonesia, salah satunya masuknya perusahaan Amerika Freeport yang mencaplok tanah Papua.
Dalam sepak terjangnnya, Amerika bukanlah kawan yang setia dalam perjuangan hingga akhir. Hal itu tergantung bagaimana kepentingannya terlindungi. Jika sebuah rezim dapat mengamankan kepentingan-kepentingannya maka Amerika akan tetap berada dibelakang rezim tersebut.Â
Sebaliknya akan terjadi jika sebuah rezim berposisi menentang kepentngan Amerika. Kasus Timor-TImur contohnya. Kerja sama militer Amerika dan Indonesia cukup kuat, namun secara kalkulasi geopolitik lepasnya Timur Timor dari Indonesia akan cukup menguntungkan Amerika dan sekutunya terutama Australia. Sehingga wajar, saat itu Amerika memutuskan untuk mendukung Timur-Timor sebagai negara merdeka atau mencampakan Indonesia.
Australia Aktor Terpisahnya Timor Timur
Pengungkapan kedua adalah pernyataan PM Australia Howard bahwa kemerdekaan Timur Timor adalah bagian dari prestasi yang paling membanggakan saat Ia memimpin Australia. Howard mengakui itu setelah beberapa tahun Timur-Timor berpisah dari Indonesia.Â
Padahal dalam dokomen-dokumen itu terungkap bahwa menjelang referendum, Australia bergelagat ingin Timur Timor tetap dalam wilayah NKRI. Namun fakta yang terjadi ternyata jauh panggang dari api.
Dalam perspektif pertarungan geopolitik, Papua sangat strategis bagi Indonesia dan lepasnya wilayah ini dari Indonesia akan sangat merugikan Indonesia. Dari kekayaan alam hingga posisi geografis akan sangat menguntungkan bagi negara lain jika Papua lepas sebagai negara mandiri.Â
Jika itu yang terjadi, konstalasi geopolitik kawasan Asia Pasifik termasuk Asia Tenggara didalamnya akan berubah drastis. Papua akan segera didekati dan mendekati kepentingan-kepentingan internasional terutama 'rival' Indonesia di kawasan yakni Australia.