Semenanjung Korea adalah wilayah semenanjung di Asia Timur yang terdiri dari Semenanjung Korea, Pulau Jeju, dan pulau-pulau kecil lainnya. Wilayah ini berbatasan dengan Laut Jepang yang dikenal dengan Laut Timur di wilayah sebelah timur dan Laut Kuning (Laut Barat) di sebelah barat.Â
Batas utara Semenanjung Korea bertepatan dengan batas politik saat ini antara Korea Utara dan negara tetangganya di utara, Tiongkok dan Rusia. Sungai Yalu/Amnok dan Tumen/Tuman/Duman secara alami membentuk batas tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, Semenanjung Korea memiliki luas sekitar 220.000 km. Semenanjung ini memiliki dua nama Chosun Bando di Korea Utara dan Han Bando di Korea Selatan, karena bahasa Korea yang berbeda. Hingga akhir Perang Dunia II, Korea merupakan satu kesatuan politik yang wilayahnya hampir sama dengan Semenanjung Korea.Â
Sejak berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953, separuh wilayah utara diduduki oleh Korea Utara, sedangkan separuh wilayah selatan diduduki oleh Korea Selatan. Semenanjung Korea atau Korea terkadang merujuk pada kedua negara ini secara bersamaan, meskipun di Korea Selatan kata "Korea" merujuk secara khusus ke wilayah Selatan. Semenanjung ini dipisahkan oleh dua negara, yaitu di sebelah utara terdapat Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) dan Republik Korea (Korea Selatan) di sebelah selatan, yang dipisahkan oleh zona demiliterisasi (DMZ) sejak tahun 1953.
Karena wilayah Semenanjung Korea itu dikelilingi oleh negara-negara kuat dan juga merupakan wilayah yang strategis, maka dari itu daerah ini rawan terjadi konflik. Pada tahun 2022, Korea Utara memasukkan pembuatan senjata nuklir dalam konstitusinya, yang memperkuat status mereka sebagai negara bersenjata nuklir. Korea Utara telah aktif mengembangkan program nuklirnya, termasuk menguji rudal balistik dan hulu ledak yang lebih canggih yang katanya mampu mencapai Amerika Serikat.Â
Pada akhir tahun 2023 ketegangan nuklir kembali meningkat di semenanjung Korea dengan AS dan Korea Selatan yang mengancam bahwa penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara akan mengakibatkan berakhirnya rezim Kim Jong Un. AS juga mengirim kapal selam bertenaga nuklir ke Korea Selatan untuk menegaskan pesan tersebut. Konsep Deterrence, yang bergantung pada ancaman pembalasan nuklir, dipandang sebagai faktor kunci dalam menjaga stabilitas tetapi juga berisiko menimbulkan eskalasi lebih lanjut.Â
Ancaman nuklir di Semenanjung Korea merupakan masalah kompleks yang didorong oleh kemajuan teknologi, ketegangan geopolitik, dan perbedaan persepsi tentang keamanan. Oleh karena itu, konflik ini perlu bantuan dari berbagai negara untuk mengurangi ketegangan permasalahan tersebut. Salah satu negara yang dapat memulai meringankan ketegangan tersebut adalah Indonesia. Negara tersebut dapat memainkan peran penting dalam meringankan konflik ancaman nuklir di Semenanjung Korea melalui berbagai upaya diplomatik.Â
Pada sebelumnya dijelaskan bahwa ancaman nuklir di Semenanjung Korea salah satunya diakibatkan oleh ancaman program nuklir Korea Utara. Negara tersebut telah memasukkan senjata nuklir dalam konstitusinya, yang memperkuat status mereka sebagai negara bersenjata nuklir. Korea Utara juga telah aktif mengembangkan program nuklirnya, termasuk produksi senjata nuklir taktis dan strategis. Negara ini telah melakukan banyak uji coba rudal, termasuk yang diakui mampu mencapai daratan Amerika Serikat, dan telah mengumumkan rencana untuk mengembangkan rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal dan pesawat nirawak nuklir bawah air.Â
Baik Korea Utara maupun Korea Selatan telah saling melontarkan ancaman. Korea Utara telah memperingatkan kemungkinan perang dan menunjuk Korea Selatan sebagai musuh utamanya, sementara Korea Selatan mengancam akan menghancurkan rezim Korea Utara jika menggunakan senjata nuklir. Program nuklir Korea Utara diakui sebagai cara untuk mencegah Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan perang nuklir atau konvensional terhadapnya.Â
Namun, pembenaran ini serupa dengan yang digunakan oleh negara-negara bersenjata nuklir lainnya, dan telah menyebabkan siklus eskalasi. Korea Selatan terbagi pendapat mengenai apakah akan mengembangkan persenjataan nuklirnya sendiri. Sementara sebagian warga Korea Selatan mendukung gagasan tersebut karena kekhawatiran mengenai keandalan payung nuklir AS, sebagian lainnya percaya bahwa memperoleh senjata nuklir akan merusak upaya nonproliferasi internasional dan meningkatkan ketegangan regional.
Kemudian karena konflik ini terjadi di Semenanjung Korea, banyak negara yang dekat dengan daerah tersebut atau negara-negara kepulauan lainnya merasa terancam, salah satunya adalah Indonesia. Akan tetapi Indonesia sebagai negara yang aktif dalam menjunjung perdamaian, mempunyai peran yang dapat membantu mengurangi permasalahan di Semenanjung Korea. Pertama, Indonesia menekankan solusi damai dalam menyelesaikan sengketa internasional, termasuk masalah Semenanjung Korea.Â
Presiden terpilih Prabowo Subianto berkomitmen untuk mengutamakan perundingan damai dan kerja sama diplomatik untuk menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea. Kedua, sebagai bagian dari ASEAN, Indonesia telah menjadi garis terdepan untuk mempertahankan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi telah memperingatkan bahwa Asia Tenggara "hanya berjarak satu kesalahan perhitungan dari kiamat" karena ancaman senjata nuklir dan telah menyerukan kepada negara-negara besar dunia untuk menandatangani perjanjian untuk menjaga kawasan tersebut bebas dari senjata nuklir. Â
Selain itu, untuk membangun kerjasama regional yang lebih kuat dalam menghadapi ancaman global, diplomasi Indonesia di ASEAN harus diperkuat untuk memastikan respons kolektif dan koordinasi dalam menghadapi ancaman nuklir. ASEAN memiliki prinsip "ASEAN Way", yang merupakan konsep musyawarah dalam menyelesaikan suatu konflik. Dengan pendekatan tersebut Indonesia dapat membuka dialog terhadap negara-negara yang sedang berkonflik di Semenanjung Korea untuk membahas pengurangan ketegangan di wilayah tersebut.
Sebagai kesimpulan, konflik ancaman nuklir di Semenanjung Korea ditandai dengan meningkatnya ketegangan, ancaman bersama, dan kurangnya penyelesaian yang jelas. Upaya masyarakat internasional untuk mendorong perlucutan senjata dan de-eskalasi terhalang oleh posisi yang kuat dari negara-negara bersenjata nuklir yang terlibat. Situasinya tetap berbahaya, dengan potensi konflik yang dahsyat yang selalu ada. Kemudian terdapat juga peran dari dunia internasional, termasuk dari negara Indonesia yang sama-sama mencoba mengurangi ketegangan pada konflik ini.Â
Referensi :
Korean Peninsula. (n.d.). https://www.esa.int/ESA_Multimedia/Images/2019/10/Korean_PeninsulaÂ
Korea (South). Handbook of Korea. Seoul, Korea: Korean Overseas Information Service, 2003. ISBN 978-8973750054
Korean Peninsula. (n.d.). https://www.esa.int/ESA_Multimedia/Images/2019/10/Korean_PeninsulaÂ
Nuclear tensions on the Korean Peninsula set to worsen in 2024. (2024, January 19). ICAN. https://www.icanw.org/nuclear_tensions_on_the_korean_peninsula_set_to_worsen_in_2024Â
(n.d.). Nuclear for Nuclear? Understanding Divergent South Korean and American Perceptions on Deterring North Korea. Carnegie Endowment for International Peace. https://carnegieendowment.org/research/2024/06/nuclear-for-nuclear-understanding-divergent-south-korean-and-american-perceptions-on-deterring-north-korea?lang=enÂ
Da Costa, G. (2024, July 16). Gerindra: Prabowo to prioritize peaceful solutions on North Korean issue. Indonesia Business Post. https://indonesiabusinesspost.com/insider/gerindra-prabowo-to-prioritize-peaceful-solutions-on-north-korean-issue/Â
Karmini, E. T. a. N. (2023, July 15). Indonesia Warns Nuclear Weapons Put Southeast Asia a 'Miscalculation Away' From Disaster. The Diplomat. https://thediplomat.com/2023/07/indonesia-warns-nuclear-weapons-put-southeast-asia-a-miscalculation-away-from-disaster/Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H