Mohon tunggu...
Marwah Dewantoro
Marwah Dewantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa HI UIN Jakarta

Suka dengan hal dan peristiwa di kesenian, olahraga, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Problematika Kawasan Asia Pasifik

9 Mei 2023   20:06 Diperbarui: 9 Mei 2023   20:14 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anggaran belanja militer yang meningkat ini berpotensi memicu security dilemma  karena negara-negara lain merasa perlu mengambil langkah untuk menjaga keamanan nasional masing-masing. Namun pada saat yang sama, tindakan tersebut juga dapat memperburuk ketegangan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kekerasan. 

Data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengenai peningkatan anggaran militer di kawasan Asia Pasifik cukup membuktikan betapa pentingnya kekuatan militer dan persaingan di kawasan ini. Anggaran yang besar dan terus meningkat merefleksikan usaha negara-negara untuk membangun kemampuan pertahanan mereka dan mencapai rekognisi kekuatan.

Dari pandangan realis, solusi yang memungkinkan untuk situasi security dilemma merupakan menjaga keseimbangan kekuatan, mengembangkan komunikasi dan diplomasi yang intens, dan meningkatkan kerja sama keamanan di kawasan. Adapun resolusi dalam menyikapi security dilemma yang terjadi di kawasan Asia Pasifik dari sudut pandangan realisme yang akan saya jabarkan dibawah ini, yaitu: 

  1. Mempertahankan keseimbangan kekuatan: Negara-negara di kawasan perlu menjaga keseimbangan kekuatan agar tidak ada kekuatan yang dominan mengancam stabilitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat pertahanan nasional dan mengembangkan kemampuan militer yang memadai. Dalam konteks ini, negara-negara akan berupaya mempertahankan posisi kekuatan yang seimbang untuk menghindari munculnya ancaman yang signifikan dari pihak lain.

  2. Mewaspadai aliansi atau kerjasama militer: Terbentuknya aliansi atau kerjasama militer di kawasan Asia Pasifik dapat menjadi faktor yang memperkuat security dilemma. Negara-negara dalam kawasan harus memantau dengan cermat dinamika aliansi dan kerjasama militer yang terjadi, harus mewaspadai kemungkinan pergeseran kekuatan yang dapat mengancam kepentingan keamanan nasional mereka.

  3. Melakukan diplomasi pragmatis: Negara-negara di kawasan ini harus terlibat dalam diplomasi pragmatis yang mempertimbangkan sifat persaingan dan kepentingan nasional yang kuat. Diplomasi harus dilakukan dengan tujuan meminimalkan ketegangan dan meningkatkan saling pengertian antara negara-negara. Negosiasi dan dialog yang realistis harus digunakan untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak dan mengurangi ketidakpercayaan.

  4. Mengelola konflik dengan bijak: Jika terjadi konflik di wilayah perbatasan atau sengketa pulau atau wilayah, negara-negara harus mampu mengelolanya dengan bijak. Mereka harus menggunakan diplomasi krisis, mediasi, atau negosiasi untuk mencegah eskalasi konflik yang berpotensi merusak stabilitas regional.

  5. Memperkuat peran institusi keamanan regional: Negara-negara dalam kawasan dapat memperkuat peran institusi keamanan regional, seperti ASEAN Regional Forum (ARF) atau ASEAN Defence Ministers' Meeting Plus (ADMM Plus), hal ini dapat memainkan peran penting dalam mengelola security dilemma di kawasan. Negara-negara dalam kawasan perlu memperkuat peran dan kapasitas institusi-institusi ini untuk memfasilitasi dialog, kerjasama, dan penyelesaian sengketa.

Kita juga perlu mengingat bahwa realisme pun mengakui bahwa persaingan dan konflik akan terus berlanjut, dan security dilemma mungkin tidak akan pernah benar-benar tuntas. Meskipun demikian, negara-negara di kawasan Asia Pasifik dapat mengurangi dampak negatif dari security dilemma dan mempertahankan perdamaian dengan mengambil sikap dan tindakan pragmatis untuk menjaga keseimbangan kekuatan, mengelola konflik, dan meningkatkan diplomasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun