Mohon tunggu...
Dyah Astiti
Dyah Astiti Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Menyampaikan opini

Selanjutnya

Tutup

Financial

Deflasi dan Inflasi Fenomena Alami dalam Sistem Ekonomi Kapitalisme

15 November 2024   14:57 Diperbarui: 15 November 2024   14:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelima, sistem ekonomi kapitalisme ditopang oleh sektor non riil, inilah yang memunculkan ketidakpastian dalam perekonomian.

Fakta ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi kapitalisme memang telah gagal memunculkan kesejahteraan. Sistem ini memandang manfaat adalah segalanya. Pertumbuhan ekonomi adalah yang utama, sehingga seringkali mengabaikan pengurusan urusan masyarakat. Produktifitas masyarakat dalam perekonomian terus digenjot. Namun sumber-sumber yang harusnya jadi pemasukan besar untuk negeri yang menerapkan ekonomi kapitalisme, justru di liberalisasi. Fenomena inflasi dan deflasi yang jelas berdampak pada kesejahteraan negara juga terus terpelihara.

Ini sesuatu yang sangat berbeda dengan sistem Islam (Khilafah). Kepemimpinan dalam Islam dinilai sebagai amanah besar yang akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Pemimpin wajib menjadi pengurus dan penjaga masyarakat. Kebijakan yang dibuat adalah kebijakan yang berorientasi pada masyarakat. Keimanan dan ketakutan kepada Allah akan menjadikan seorang pemimpin benar-benar serius mengurusi urusan masyarakat. Munculnya orang-orang yang demikian karena hadirnya sistem pendidikan, media bahkan lingkungan yang mengkondisikan masyarakat secara keseluruhan terpelihara keimanan dan ketakutannya pada Allah. Fokus negara hanya mengurusi urusan masyarakat bukan yang lainnya. Memberikan Sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan dengan pelayanan terbaik. Hal ini ditopang dengan sistem ekonomi yang kuat. Berikut beberapa poin pentingnya.

1. Islam mengharamkan transaksi riba. Selain karena memang dilarang secara syariat. Taransaksi riba ini sangat memungkinkan memunculkan kezaliman dalam masyarakat. Dalam Islam, pinjaman dikategorikan sebagai aktivitas sosial. Baitul Mal menyediakan pos khusus untuk memberikan bantuan modal bagi pihak yang membutuhkan, seperti para petani dan pedagang.

2. Pengharaman pasar modal, keuangan, komoditas berjangka yang dibangun atas transaksi-transaksi yang bertentangan dengan Islam. Sehingga ekonomi berjalan berdasarkan sektor ekonomi riil.

3. Islam menjadikan mata uang emas dan perak sebagai standar moneter. Mata uang yang beredar adalah emas dan perak atau mata uang kertas dan logam yang nilainya ditopang oleh emas dan perak. Dengan demikian kestabilan uang negara ditentukan oleh nilai emas dan perak yang sangat stabil. Di tambah lagi, nilai tukar mata uang akan stabil karena basis transaksinya adalah emas dan perak yang nilainya stabil.

4. Islam mengharamkan konsep liberalisme, sehingga dalam islam ada pengaturan kepemilikan harta. Dengan demikian, haram memperjual belikan barang-barang milik umum kepada swasta atau bahkan asing.

5. Islam juga punya sumber pemasukan negara yang bahkan sampai alokasinya harus digunakan untuk apa, sudah ditentukan oleh islam. Sehingga bukan melulu hutang dan pajak yang jadi sumber pemasukan negara.

Wallahu a'lam bish-shawabi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun