Mohon tunggu...
Marwah choerunnisa
Marwah choerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - pelajar

Tetaplah tersenyum meski badai mencoba melumpuhkanmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanpa Ayah Aku Bisa

3 Oktober 2019   06:58 Diperbarui: 3 Oktober 2019   19:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yakin,aku pasti bisa tanpa sosok seorang Papa. Bukan berarti aku melupakanmu,Papa akan menjadi orang yang akan ku sebut dalam bait doaku,dalam kalimat rinduku,serta orang yang akan ku simpan dihati kecilku. Pa,tunggulah aku. Aku sangat mencintaimu " ku kecup keningnya lama dan kututup kainnya dengan segala keikhlasanku.

Ku menatap iba adikku,ia masih terlalu kecil untuk kehilangan sosok seorang ayahku. Jika adikku masih bisa tegar,kenapa aku tidak? Aku pun harus berusaha untuk tegar,meskipun kesedihan mendominasiku. Beberapa hari lagi,aku akan menghadapi Ujian Nasional. Dimana aku harus belajar tanpa seorang penyemangat dalam hidupku. Cinta pertamaku telah pergi,salah satu kebahagiaanku hilang,entah bagaimana aku mrncoba menghadapinya. Ujian hidupku sedang diuji,membuatku sempat kehilangan arah.

Ayah,damailah disana. Doakan saja aku menjadi anak yang berbakti kepadamu. Aku berjanji ketika aku sukses nanti aku akan menunjukkan kepada dunia bahwa aku bisa meskipun tanpa dirimu. 

Seiring waktu berlalu,aku perlahan mulai bangkit dari keterpurukan. Aku menyusun langkahku tuk menggapai masa depan. Besok adalah Ujian Nasional yang akan ku hadapi. Sebelumnya,aku berkunjung ke rumah ayahku. Meminta izin agar aku dilancarkan dalam menghadapi Ujian ini. Tak lupa aku membaca ayat-ayat al-qur'an di depan makamnya. Aku berbisik tepat dihadapan nisannya.

"Pah,ini aku anakmu. Besok adalah akhir dari perjuanganku di SMP,bertepatan dengan hari ke tujuh Papa meninggalkan kami semua. Damailah disana Pah. Tunggu kami,kami mencintaimu." 

Bagaikan dejavu,akupun mengecup nisannya dan pulang meninggalkan makamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun