Mohon tunggu...
Inovasi

Masih Akuratkah Lingkaran Tahun Sebagai Penentu Usia Tanaman?

24 September 2017   22:16 Diperbarui: 25 September 2017   15:06 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda menanam tanaman di rumah? Apakah Anda menanam dan merawatnya sejak kecil? Apa bahkan Anda menanamnya sendiri dari biji? Jika Anda merawat tanaman sejak tanaman itu kecil, sadar atau tidak pasti tanaman itu bertambah besar.

Pernahkah Anda mengamati rumput dan ilalang? Jika Anda amati, Anda pasti pernah menemukan ilalang yang pendek dan tinggi. Tetapi, Anda tidak pernah melihat ilalang dengan batang yang besar bukan? Pasti akan sangat aneh bahkan mengerikan.

Ilalang merupakan tumbuhan monokotil. Tumbuhan monokotil biasanya tidak memiliki kambium, padahal kambium itulah yang membuat tanaman bertambah besar. Itulah sebabnya mengapa tumbuhan monokotil seperti ilalang dan rumpu-rumputan tidak dapat bertambah besar. Meskipun tidak bertambah besar, mereka tetap bertambah tinggi.  

Seperti makhluk hidup yang lain, tumbuhan senantiasa tumbuh. Tumbuhan dapat tumbuh meninggi dan membesar. Pertumbuhan meninggi (tumbuh ke atas) disebut pertumbuhan primer. Pertumbuhan membesar (tumbuh ke samping) disebut pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder terjadi pada tumbuhan dikotil. Pertumbuhan sekunder pada dikotil dapat diamati pada kayu batangnya yang bertambah besar.

Kambium merupakan jaringan meristematik, artinya kambium merupakan jaringan yang sel-selnya masih aktif dalam membelah sehingga memungkinkan tanaman untuk bertambah besar. Kambium dapat ditemukan di batang dan akar. Kambium ada 2 jenis, yaitu kambium gabus (felogen, phellogen) dan kambium pembuluh (kambium vaskuler).

Kambium gabus adalah bagian dari korteks. Aktivitasnya menghasilkan jaringan gabus (felem, phellem atau cork) ke arah luar. Jaringan gabus berfungsi untuk mengendalikan masuk dan keluarnya air, mencegah serangan hama, dan beberapa fungsi mekanik lainnya. Ke arah dalam, kambium gabus pada beberapa spesies tumbuhan menghasilkan lapisan kulit bergabus yang disebut feloderm (phelloderm).

Kambium pembuluh atau vaskuler adalah bagian yang biasa disebut orang kambium saja. Kambium biasanya membatasi bagian pepagan (kulit kayu) dari kolom kayu pada batang pohon. Ke dalam, kambium akan membentuk pembuluh kayu (xilem) dan ke luar kambium membentuk pembuluh tapis (floem, phloem).

Apabila kita mengamati penampang melintang batang (dapat ditemui pada pangkal pohon yang sudah ditebang) kita dapat melihat garis garis melingkar mirip seperti spiral. Lingkaran lingkaran ini disebut lingkaran tahun. Disebut lingkaran tahun karena merupakan tanda pertumbuhan dan setiap tahun jumlahnya bertambah. Jika kita melihat batang yang besar dan lingkaran tahunnya ada banyak, dapat dikatakan bahwa usia pohon itu sudah tua.

Penggunaan lingkaran tahun sebagi penentu umur tanaman sudah dipakai sejak 1960an. Andreww E. Douglas adalah orang yang pertama kali menemukan metode ini sehingga pada awalnya metode ini disebut dengan "The Douglas Method" dan juga dikenal dengan istilah "dendrokronologi." Dendrokronologi sendiri artinya adalah ilmu yang mempelajari usia tanaman. Saat ini kayu tertua yang pernah ditentukan usianya dengan metode ini mencapai 11.000 tahun.   

Dalam industri meuble dan perkayuan, tanaman yang memiliki lingkar tahun yang sangat banyak, apalagi jika kayu tersebut adalah kayu jati maka harganya akan sangat mahal. Kayu jati yang sangat tua akan semakin kuat dan juga semakin mahal harganya. Selain itu, jika potongan kayu sangat besar, maka dapat dibuat meja, daun pintu dan lain-lain dengan selembar kayu utuh, sehingga hasilnya sangat bagus dan kuat karena alami dan tidak perlu direkatkan. Selain itu, tekstur lingkar tahun juga menambah nilai estetis dari furnitur yang dibuat dan layaknya sidik jari manusia, lingkaran kayu sangat beragam dan tidak ada yang sama.

Lingkaran tahun terbentuk karena pembelahan-pembelahan sel-sel kambium. Pembelahan ini dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, sel-sel kambium akan berkembang biak lebih cepat. Hal itu disebabkan karena proses pembelahan sel memerlukan unsur hara dan air. Pada musim hujan unsur hara dan air tersedia banyak sehingga aktivitas sel kambium meningkat. Pada musim kemarau unsur hara dan air sedikit sehingga pertumbuhan sel pun melambat.

Pada saat musim hujan terbentuk lingkaran yang berwarna terang, sedangkan pada saat musim kemarau terbentuklh lingkaran dengan warna yang gelap. Di Indonesia, kita memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau yang berganti silih berganti setiap 6 bulan. Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai September dan musim hujan terjadi sekitar September sampai Maret.

Terkadang di tempat- tempat tertentu terdapat sedikit perbedaan musim. Misalnya, di Indonesia saja, musim hujan di daerah Sumatera dan Kalimantan akan lebih panjang daripada di Nusa Tenggara. Sementara musim kemarau di Nusa Tenggara akan sedikit lebih panjang dari pada di Sumatera dan Kalimantan. Hal ini tetunya berpengaruh pada terbentuknya lingkar tahun. Namun, tidak terlalu salah untuk mengabaikan hal ini, sebab siklus dua musim tetap terjadi selama sekitar satu tahun.

Hal yang sebenarnya menjadi masalah utama, sepertinya sekarang pergantian musim tidak sedemikian teratur, bukan? Lantas apa sebenarnya yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Bagaimana bisa terjadi dan apa dampaknya pada keakuratan lingkaran tahun pada tanaman?

Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah perubahan iklim. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada iklim dan cuaca. Jika iklim dan cuaca kacau, maka pertumbuhan tanaman juga tidak akan beraturan. Entah semakin cepat atau semakin lambat.

Ternyata lagi-lagi penyebabnya adalah pemanasan global. Sejak abad 20, saat mesin- mesin industri dan kendaraan bermotor mulai banyak digunakan, suhu bumi terus meningkat. Ditambah lagi dengan efek rumah kaca dan penggunaan energi fosil terus menerus. Selain itu sekarang hampir setiap kendaraan, rumah dan perkantoran dilengkapi dengan pendingin udara sehingga penggunaan gas CFC meningkat tajam. Penggunaan pupuk kimia juga turut ambil bagian dalam proses "pengacauan" iklim. Peningkatan nitrogen di ladang pertanian memiliki pengaruh pada peningkatan panas di ladang pertanian. Perubahan iklim seperti ini terjadi di seluruh belahan dunia tak terkecuali di Indonesia.

Lektor Kepala Bidang Oseanografi Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor Alan Koropitan, Sabtu (23/1/2016), mengatakan, tak ada keraguan lagi perubahan iklim telah terjadi. Dampaknya perlahan sehingga tak disadari.

Dampak perubahan iklim nyata terlihat, misalnya, dengan meningkatnya frekuensi dan kekuatan siklon tropis. Sebelumnya, topan itu tidak melanda negara tropis seperti Indonesia. Namun, karena menguat, ekor badai tropis, kini, bisa mencapai Indonesia. "Tahun 2012 terjadi badai Iggy, sumbernya di Australia yang dampaknya hingga ke perairan Indonesia," kata Alan seperti yang dilansir National Geographic Indonesia.

Menurut BMKG, pada tahun 2016 sekitar dua pertiga wilayah di Indonesia mengalami kemajuan musim hujan jika dibanding rata-rata selama tiga puluh tahun terakhir. Sedangkan pada tahun 2017, hampir setengah wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami kemunduran musim hujan. Sungguh mencengangkan, bukan? Dalam setahun saja iklim berbeda drastis.

"Terus meningkatnya suhu dan polusi CO2 di bumi akan menggandakan kerugian akibat perubahan iklim hingga 3,2% dari Produk Domestik Bruto Global pada 2030. Dan negara-negara miskin, akan kehilangan Produk Domestik Bruto mereka rata-rata 11% per tahun pada 2030.

Dalam kurang dari 20 tahun, China akan menjadi negara yang paling banyak merugi akibat perubahan iklim dengan nilai melampaui US$1,2 triliun. Sementara ekonomi Amerika Serikat akan diperlamban hingga lebih dari 2% dari PDB dan India hingga lebih dari 5%."   (hijauku.com, 22 Sep. 17)

Semua kerugian itu, tak sebanding dengan biaya yang diperlukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Biaya untuk mengurangi emisi, misalnya, hanya sebesar 0,5% dari PDB dunia dalam 10 tahun ke depan. Sementara nilai bantuan perubahan iklim di negara-negara berkembang hanya sebesar US$150 miliar per tahun.

Dulu ketika musim masih berjalan sebagaimana mestinya, maka kita akan dimudahkan dalam berbagai hal. Petani dapat dengan pasti menentukan waktu tanam dan waktu panen dengan pasti. Kita pun dimudahkan karena jika kita pergi keluar pada musim hujan, kita membawa payung karena kemungkinan besar akan hujan.

Tetapi jika melihat kenyataan saat ini, musim hujan dan musim kemarau seakan membaur menjadi satu. Bulan Agustus yang seharusnya musim kemarau, tetapi kadang tetap saja turun hujan.  Kadang tidak hujan sampai lama sekali sampai udara sangat kering dan berdebu.

Penulis meyakini jika kekacauan cuaca ini pastilah berdampak pada terbentuknya lingkaran tahun pada tanaman. Jika dulu musim berjalan dengan benar dan kita memakai aturan bahwa jika musim hujan, maka muncul bagian lingkaran terang dan pada musim kemarau muncul lingkaran gelap, maka bisa disimpulkan setiap satu lingkaran terang dan satu lingkaran gelap mewakili usia satu tahun tanaman tersebut.

Namun dengan kekacauan musim yang terjadi, rasanya mustahil untuk menggunakan aturan di atas sebagai patokan yang akurat bagi mengukur usia tanaman. Misalkan musim hujan bisa berjalan lebih panjang dari enam bulan, musim kemaraunya juga lebih panjang dari enam bulan, artinya satu lingkaran terang dan satu lingkaran gelap mewakili lebih dari satu tahun. Demikian pula dapat berbeda di satu tempat dan tempat yang lain, satu lingkaran terang dan satu lingkaran gelap dapat  mewakili lebih dari satu tahun atau kurang dari satu tahun. Lagipula, kekacauan musim ini senantiasa terjadi dan siklusnya dari satu tahun ke tahun yang lainya tidak dapat dipastikan sehingga semakin menyulitkan kita untuk menentukan umur tanaman secara pasti dari lingkar tahunnya meskipun pertumbuhan sekunder senantiasa terjadi.

Adanya berbagai macam pupuk kimia dan pupuk-pupuk lainya juga dapat mempengaruhi pertumbuhan lingkaran tahun. Tanaman dapat tumbuh lebih cepat dan memiliki lingkaran yang lebih banyak padalah tanaman itu belum cukup tua. Hal ini lagi-lagi semakin menyulitkan kita untuk meneliti umur tanaman dari lingkar tahunnya.

Jika dikatakan bahwa lingkar tahun tanaman sudah tidak lagi valid untuk mengukur usia tanaman, penulis cukup setuju tetapi tidak sepenuhnya setuju. Memang dengan kekacauan iklim dan cuaca yang ada kita tidak lagi dapat menentukan usia tanaman secara pasti.

Jadi, dalam konteks untuk menentukan usia tanaman secara pasti, lingkar tahun tanaman sudah tidak valid sebagai penentu. Tetapi, perlu kita ingat bahwa bagaimanapun juga, tanaman tetap tumbuh. Artinya setiap tahunnya, entah lebih cepat atau lambat atau tidak teratur, jumlah lingkaran tahun juga akan tetap bertambah.

Pada suatu area yang sama, misalnya pada suatu perkebunan yang tidak terlalu besar. Cuaca untuk satu perkebunan tersebut kemungkinan sama, bukan? Jika demikian, maka pertumbuhan lingkar tahun pada tanaman di perkebunan itu kemungkinan besar sangat mirip. Maka, setidaknya kita bisa membandingkan usia tanaman- tanaman di perkebunan itu.

Tanaman yang sudah berusia sangat tua atau bahkan yang hidup sebelum revolusi industri sempat hidup pada masa-masa dimana perubahan iklim dan cuaca belum terjadi sehingga mereka masih memiliki lingkar tahun yang akurat. Mungkin pada lingkaran-lingkaran terakhir sudah tidak terlalu akurat. Tetapi, setidaknya lingkaran- lingkaran tahun awal bisa menjadi patokan yang cukup akurat. Sedangkan sisanya dapat diperkirakan dari lingkaran terakhir yang kira-kira masih akurat lalu dihitung dari tahun tersebut ke tahun sekarang.

Kesimpulanya, lingkar tahun tanaman tidak dapat lagi digunakan sebagai ukuran yang tepat dalam mengukur usia tanaman. Namun, setidaknya lingkaran tahun tanaman tersebut masih bisa digunakan untuk membandingkan usia tanaman yang ada di sekitar lokasi yang sama karena bagaimanapu tanaman tetap bertumbuh. Tak lupa kita juga harus menjaga dan menyayangi bumi kita ini, jangan sampai iklim dan cuaca semakin kacau.

Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Kambium

https://id.wikipedia.org/wiki/Dendrokronologi

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/2015/09/30/dendrochronology-salah-satu-metode-pertanggalan-dalam-arkeologi/

National Geographic Indonesia

Hijauku

Situs BMKG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun