Kebebasan media sering disebut sebagai salah satu pilar utama demokrasi. Namun, bagaimana jika pilar ini justru dikendalikan oleh negara dengan dalih melindungi kedaulatan? Kasus Rusia pasca-amandemen Federal Law No. 121-FZ tahun 2017 memberikan gambaran menarik tentang bagaimana sebuah negara dapat mengelola media sebagai alat kontrol kekuasaan. Kebijakan pelabelan "Agen Asing" pada media di Rusia bukan hanya berdampak pada pelaporan berita, tetapi juga membentuk ulang struktur narasi publik.
Sejarah Singkat: Dari Yeltsin ke Putin
Setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, Rusia mengalami transisi besar menuju demokrasi di bawah kepemimpinan Boris Yeltsin. Namun, upaya reformasi radikal Yeltsin, seperti liberalisasi ekonomi, gagal membuahkan hasil yang diharapkan dan justru melahirkan kelas oligarki yang menguasai ekonomi negara (Graham, 2024). Ketika Vladimir Putin naik ke tampuk kekuasaan pada 1999, ia membawa pendekatan berbeda: penguatan kontrol negara.
Salah satu langkah awal Putin adalah memperkenalkan reformasi yang mempersempit otonomi daerah dan memperkuat kekuasaan pusat (Hyde, 2001). Langkah ini juga diperluas ke sektor non-pemerintah, termasuk media dan organisasi masyarakat sipil. Melalui Federal Law No. 121-FZ tahun 2012, organisasi yang menerima dana asing diwajibkan mendaftar sebagai "Agen Asing," sebuah istilah dengan konotasi negatif yang mengimplikasikan campur tangan asing (Krupskiy, 2023).
Apa Itu Label "Agen Asing"?
Pada 2017, undang-undang ini diamandemen untuk mencakup media yang menerima pendanaan asing. Media yang terkena label "Agen Asing" diwajibkan mencantumkan label tersebut di setiap konten yang mereka hasilkan, melaporkan sumber pendanaan mereka secara rinci, serta mematuhi berbagai aturan administratif yang ketat (Asmardika, 2017).
Kebijakan ini bukan tanpa alasan. Pemerintah Rusia mengklaim bahwa langkah tersebut adalah respons terhadap tindakan Amerika Serikat yang melabeli Russia Today (RT) dan Sputnik sebagai "Agen Asing" berdasarkan Undang-Undang Foreign Agents Registration Act (FARA). Namun, di balik alasan resmi tersebut, kebijakan ini memiliki dampak yang lebih dalam terhadap kebebasan pers dan demokrasi di Rusia.
Mengapa Rusia Menggunakan Label Ini?
Menurut teori managed democracy, kebijakan seperti ini adalah cara negara mempertahankan kendali sambil tetap mempertahankan tampilan demokrasi formal (Surkov, 2006). Dalam kasus Rusia, pemerintah menggunakan dalih ancaman asing untuk membatasi pluralitas suara. Media yang dianggap "berafiliasi dengan Barat" seringkali dipandang sebagai ancaman terhadap stabilitas domestik dan legitimasi pemerintahan.
Di sisi lain, konsep panoptikon yang diperkenalkan oleh Michel Foucault memberikan perspektif tambahan. Dalam panoptikon, individu merasa selalu diawasi, sehingga mereka mematuhi aturan tanpa perlu paksaan langsung (Foucault, 1975). Dengan label "Agen Asing," media tidak hanya diawasi secara langsung, tetapi juga distigma sehingga kehilangan kredibilitas di mata publik.
Dampak pada Media dan Masyarakat
Penerapan label ini berdampak besar pada iklim media di Rusia. Data menunjukkan bahwa sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, jumlah media yang terkena label "Agen Asing" meningkat drastis hingga mencapai 292 media pada 2024 (RSF, 2024). Selain itu, lebih dari 1.500 jurnalis melarikan diri karena penganiayaan dan tekanan dari pemerintah.
Bagi media yang tetap beroperasi di Rusia, label ini menciptakan penghalang administratif yang rumit. Media harus melaporkan aktivitas mereka secara rinci kepada Kementerian Kehakiman Rusia, yang meningkatkan beban operasional mereka. Selain itu, masyarakat juga cenderung skeptis terhadap informasi dari media berlabel "Agen Asing," yang mempersempit ruang diskusi publik.
Namun, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh media. Kebijakan ini juga mempengaruhi masyarakat luas. Dengan membatasi akses terhadap berbagai narasi alternatif, negara menciptakan monopoli informasi yang memperkuat narasi resmi pemerintah. Hal ini sesuai dengan model propaganda ala Noam Chomsky, di mana media digunakan untuk menciptakan ilusi konsensus publik (Chomsky & Herman, 1988).
Label "Agen Asing" dan Strategi Geopolitik
Selain sebagai alat kontrol domestik, label "Agen Asing" juga berfungsi sebagai strategi geopolitik. Kebijakan ini adalah respons simbolik terhadap tekanan internasional, khususnya dari negara-negara Barat. Dengan membingkai media asing sebagai alat propaganda, Rusia memperkokoh narasi anti-Barat yang menjadi inti identitas nasionalnya (Hall, 1997).
Melalui kebijakan ini, pemerintah Rusia tidak hanya menjaga stabilitas internal, tetapi juga membangun citra nasional yang kuat di tengah polarisasi politik global. Strategi ini efektif dalam menciptakan isolasi ideologis, di mana masyarakat Rusia lebih cenderung mendukung narasi pemerintah daripada narasi internasional.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kasus Rusia menunjukkan bagaimana negara dapat memanipulasi kebijakan administratif untuk tujuan politik. Label "Agen Asing" bukan sekadar istilah; ia adalah alat untuk menciptakan kontrol simbolis yang memengaruhi cara masyarakat memahami realitas. Dalam konteks ini, kebijakan tersebut tidak hanya membatasi kebebasan pers tetapi juga mendefinisikan ulang hubungan antara negara, media, dan masyarakat.
Bagi negara lain, terutama yang menghadapi tekanan geopolitik serupa, kebijakan seperti ini dapat menjadi preseden berbahaya. Ketika media tidak lagi menjadi pengawas kekuasaan, tetapi alat legitimasi, demokrasi kehilangan salah satu elemen terpentingnya: kebebasan berekspresi.
Kesimpulan
Kebijakan pelabelan "Agen Asing" oleh pemerintah Rusia adalah cerminan dari dinamika politik modern di mana negara menggunakan media sebagai instrumen kekuasaan. Dengan menggabungkan teori managed democracy dan panoptikon, kita dapat memahami bagaimana kebijakan ini bukan hanya alat administratif, tetapi juga strategi kontrol yang mendalam.
Melalui kebijakan ini, Rusia telah menunjukkan bagaimana negara dapat mengontrol narasi publik untuk melanggengkan kekuasaan. Namun, pertanyaannya tetap: apakah ini harga yang harus dibayar untuk stabilitas, ataukah justifikasi untuk mengekang kebebasan?
Referensi
Asmardika, R. (2017). Balas AS, Putin Tandatangani UU Media Terkait "Agen Asing". Okezone News.
Chomsky, N., & Herman, E. S. (1988). Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media. Pantheon Books.
Foucault, M. (1975). Discipline and Punish: The Birth of the Prison.
Graham, T. (2024). Why the Russian Democratic Transition Failed. Council on Foreign Relations.
RSF (2024). Independent Media are The Primary Targets of Kremlin Laws Against "Foreign Agents". Reporters Without Borders.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H