Penerapan label ini berdampak besar pada iklim media di Rusia. Data menunjukkan bahwa sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, jumlah media yang terkena label "Agen Asing" meningkat drastis hingga mencapai 292 media pada 2024 (RSF, 2024). Selain itu, lebih dari 1.500 jurnalis melarikan diri karena penganiayaan dan tekanan dari pemerintah.
Bagi media yang tetap beroperasi di Rusia, label ini menciptakan penghalang administratif yang rumit. Media harus melaporkan aktivitas mereka secara rinci kepada Kementerian Kehakiman Rusia, yang meningkatkan beban operasional mereka. Selain itu, masyarakat juga cenderung skeptis terhadap informasi dari media berlabel "Agen Asing," yang mempersempit ruang diskusi publik.
Namun, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh media. Kebijakan ini juga mempengaruhi masyarakat luas. Dengan membatasi akses terhadap berbagai narasi alternatif, negara menciptakan monopoli informasi yang memperkuat narasi resmi pemerintah. Hal ini sesuai dengan model propaganda ala Noam Chomsky, di mana media digunakan untuk menciptakan ilusi konsensus publik (Chomsky & Herman, 1988).
Label "Agen Asing" dan Strategi Geopolitik
Selain sebagai alat kontrol domestik, label "Agen Asing" juga berfungsi sebagai strategi geopolitik. Kebijakan ini adalah respons simbolik terhadap tekanan internasional, khususnya dari negara-negara Barat. Dengan membingkai media asing sebagai alat propaganda, Rusia memperkokoh narasi anti-Barat yang menjadi inti identitas nasionalnya (Hall, 1997).
Melalui kebijakan ini, pemerintah Rusia tidak hanya menjaga stabilitas internal, tetapi juga membangun citra nasional yang kuat di tengah polarisasi politik global. Strategi ini efektif dalam menciptakan isolasi ideologis, di mana masyarakat Rusia lebih cenderung mendukung narasi pemerintah daripada narasi internasional.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kasus Rusia menunjukkan bagaimana negara dapat memanipulasi kebijakan administratif untuk tujuan politik. Label "Agen Asing" bukan sekadar istilah; ia adalah alat untuk menciptakan kontrol simbolis yang memengaruhi cara masyarakat memahami realitas. Dalam konteks ini, kebijakan tersebut tidak hanya membatasi kebebasan pers tetapi juga mendefinisikan ulang hubungan antara negara, media, dan masyarakat.
Bagi negara lain, terutama yang menghadapi tekanan geopolitik serupa, kebijakan seperti ini dapat menjadi preseden berbahaya. Ketika media tidak lagi menjadi pengawas kekuasaan, tetapi alat legitimasi, demokrasi kehilangan salah satu elemen terpentingnya: kebebasan berekspresi.
Kesimpulan
Kebijakan pelabelan "Agen Asing" oleh pemerintah Rusia adalah cerminan dari dinamika politik modern di mana negara menggunakan media sebagai instrumen kekuasaan. Dengan menggabungkan teori managed democracy dan panoptikon, kita dapat memahami bagaimana kebijakan ini bukan hanya alat administratif, tetapi juga strategi kontrol yang mendalam.