Para nelayan yang telah menetap dan kini menjadi penduduk Madagaskar membawa budaya agrikultur mereka dari Nusantara, yakni budidaya padi. Padi dari Madagaskar ini kemudian menyebar melalui jalur dagang hingga ke Mesir, yang pada waktu itu merupakan salah satu provinsi Romawi Timur, kemudian menyebar ke wilayah Afrika Utara Kekaisaran Romawi Barat. Namun, diketahui bahwa budidaya padi memerlukan banyak air yang tidak mengalir sebagai tempat pertumbuhan padi tersebut. Air tidak mengalir tersebut merupakan tempat yang cocok untuk nyamuk berkembang biak (Chan et al., 2023). Akibatnya, jumlah nyamuk di Kekaisaran Romawi meningkat drastis dan penyebaran malaria terjadi di seluruh Kekaisaran. Wabah malaria yang terjadi di seluruh kekaisaran Romawi menyebabkan penurunan populasi (Gibbon dan Womersley, 2000).
Kelemahan Teori Dr. Roy Casagranda
Namun, tidak semua ahli setuju dengan teori yang dikemukakan oleh Dr. Roy Casagranda. Ahli seperti Profesor Mario Coluzzi setuju bahwa malaria pertama kali memasukki wilayah Eropa Kekaisaran Romawi pada abad pertama masehi akibat perdagangan dengan wilayah Afrika. Para ahli juga menyetujui bahwa malaria dapat berkembang pesat dalam sawah padi (Chan et al., 2023). Namun, tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa perkembangan sawah padi di wilayah Kekaisaran Romawi dan Timur Tengah adalah akibat datangnya para nelayan Nusantara kuno. Pada dasarnya terdapat dua jenis padi yang pada masa itu sering dibudidayakan. Jenis yang dibudidaya di Asia adalah Oryza sativa sedangkan jenis yang dibudidaya di Afrika adalah Oryza glaberrima (Choi dan Young, 2019). Jenis padi yang masuk dan mulai dibuidaya di  wilayah Romawi kemungkinan besar adalah  Oryza glaberrima, bukan Oryza sativa. Selain itu, banyak sejarawan yang berpendapat bahwa penduduk Nusantara baru mulai migrasi ke Madagaskar pada abad pertengahan, yakni sekitar abad ke-10 M (Beaujard dan Phillipe, 2011), jauh setelah Kekaisaran Romawi Barat sudah runtuh. Dengan demikian, keruntuhan Kekaisaran Romawi belum tentu disebabkan oleh nenek moyang orang Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H