Mohon tunggu...
Marsekal Vero Herivo
Marsekal Vero Herivo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Sosiologi di UIN Walisongo Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengkritisi Ulang Pernyataan Karl Marx: Agama adalah Candu Masyarakat?

7 Juni 2024   17:05 Diperbarui: 7 Juni 2024   17:27 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, dalam kasus Pilkada DKI Jakarta 2017, isu-isu agama digunakan secara intensif untuk mempengaruhi persepsi publik dan menggalang dukungan. Tuduhan penistaan agama terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan mobilisasi massa dalam bentuk aksi-aksi protes menunjukkan bagaimana agama dapat digunakan sebagai alat politik yang efektif [7].

Agama dan Sosial Politik di Indonesia

Di Indonesia, agama memiliki peran yang sangat signifikan dalam kehidupan sosial dan politik. Negara ini dikenal dengan pluralitas agama yang kaya, dengan Islam sebagai agama mayoritas. Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa agama sering menjadi faktor penting dalam pergerakan sosial dan politik. Misalnya, organisasi-organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tidak hanya berfokus pada aspek spiritual tetapi juga aktif dalam pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Kedua organisasi ini memiliki jaringan sekolah, universitas, dan rumah sakit yang luas, memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan sosial di Indonesia. Selain itu, organisasi-organisasi keagamaan sering kali menjadi yang terdepan dalam memberikan bantuan kemanusiaan, terutama dalam situasi bencana alam. Ini menunjukkan bahwa agama dapat memainkan peran konstruktif dalam masyarakat dengan menyediakan layanan sosial dan meningkatkan kesejahteraan umum.

Agama Sebagai Alat Politik

Dalam beberapa dekade terakhir, kita juga melihat bagaimana agama digunakan sebagai alat politik (politik identitas). Pada saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 adalah salah satu contoh paling menonjol di mana isu-isu agama digunakan secara intensif dalam kampanye politik. Kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menunjukkan bagaimana sentimen agama dapat dimobilisasi untuk mempengaruhi hasil politik atau pemilu. Ahok, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jakarta, dihadapkan pada tuduhan penistaan agama yang memicu banyak protes dan demo besar-besaran yang sampai pada akhirnya hal ini juga mempengaruhi hasil dari pada pemilu [8].

Disisi lain, berbagai kasus intoleransi terhadap minoritas agama di Indonesia juga menunjukkan sisi gelap dari penggunaan agama sebagai alat politik. Penyerangan terhadap komunitas Ahmadiyah dan Syiah, serta diskriminasi terhadap penganut agama-agama tradisional merupakan contoh bagaimana agama itu dapat digunakan untuk menindas kelompok minoritas atau suatu kelompok tertentu[9].

Kompleksitas dan Tantangan
Dalam konteks sosial politik Indonesia, agama memainkan peran yang kompleks dan ambivalen. Di satu sisi, agama memberikan dukungan moral dan spiritual bagi banyak orang, serta mendorong solidaritas dan aksi sosial. Di sisi lain, agama juga dapat digunakan untuk mempolarisasi masyarakat dan melegitimasi tindakan-tindakan merugikan dan diskriminatif. Tantangan bagi Indonesia adalah bagaimana mengelola pluralitas agama dengan cara yang mendukung inklusivitas dan keadilan sosial, sekaligus mencegah penyalahgunaan agama untuk tujuan politik identitas.

Pernyataan Karl Marx mengenai agama merupakan refleksi dari keadaan dan kondisi sosial-ekonomi pada zamannya. Meskipun pandangan ini memiliki relevansi dalam konteks tertentu, penting untuk mengakui bahwa agama juga memiliki potensi positif yang signifikan dalam kehidupan individu dan bermasyarakat. Mengkritisi ulang pernyataan Marx membantu kita untuk melihat agama dengan perspektif yang lebih seimbang, mengakui baik kritik maupun kontribusi agama dalam dunia modern.

Di Indonesia, peran agama dalam konteks sosial politik sangatlah kompleks, baik potensi untuk kebaikan maupun risiko penyalahgunaan. Oleh karena itu, memahami peran agama secara kritis dan konstruktif adalah langkah penting untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif.


Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun