Mohon tunggu...
Marulam Nainggolan
Marulam Nainggolan Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh

Kementerian Agama Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Penting Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia

3 September 2024   14:00 Diperbarui: 3 September 2024   14:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedatangan Paus ke Indonesia sedang mengajak sebanyak mungkin orang bergandengan tangan merajut persaudaraan sejati untuk menguatkan yang lemah. Dalam Fratelli Tutti art. 8, Sri Paus mengatakan, “Tak seorang pun dapat menghadapi hidup dalam pengasingan. Kita membutuhkan komunitas yang mendukung dan membantu kita, di mana kita dapat saling membantu untuk terus melihat ke depan.”

Agenda lain Paus di Indonesia adalah mengadakan pertemuan dengan penerima manfaat organisasi amal di kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Ini menegaskan komitmen Gereja untuk mewujudkan pesan Yesus Kristus. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40).

Menyuarakan Kepedulian Lingkungan

Semangat Gereja Katolik melalui pesan Yesus tersebut berkesesuaian dengan Dasar Negara Republik Indonesia, khususnya Sila Kelima, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Keadilan ini secara lebih spesifik dijelaskan dalam Pasal 34 UUD 1945. “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Negara menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga yang miskin dan tidak mampu.

Upaya mewujudkan keadilan sosial berhubungan erat dengan kualitas lingkungan hidup. Lingkungan yang baik akan memastikan adanya kecukupan akses yang baik pula bagi seluruh masyarakat. Sayangnya, saat ini kondisi bumi, yang Sri Puas sebut dengan rumah kita bersama, sungguh memprihatinkan. Pemanasan global akibat tangan-tangan manusia yang memuja kemakmuran ekonomi telah memantik kegilaan iklim.

Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia juga ingin menyuarakan komitmen bersama untuk menjaga lingkungan. Dalam ensikliknya, Sri Puas mengajak seluruh insan untuk mendengarkan jeritan Saudari Bumi karena segala kerusakan yang telah ditimpakan padanya, karena penggunaan dan penyalahgunaan manusia yang tidak bertanggung jawab atas kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya (Laudato Si 2).

Paus mengajak semua orang melakukan tobat ekologis dengan mengambil sikap terhadap bumi dengan caranya masing-masing sekali pun yang paling sederhana, seperti “menghindari penggunaan plastik dan kertas, mengurangi penggunaan air, memilah sampah, memasak secukupnya saja untuk dimakan, menggunakan transportasi umum, menanam pohon, mematikan lampu yang tidak perlu” (Laudato Si 211).

Amplifikasi Moderasi Beragama

Kesamaan frekuensi Vatikan dan Indonesia juga ada pada penghargaan akan kemajemukan, termasuk perbedaan agama dan keyakinan. Kunjungan Paus Fransiskus yang mengambil tema Faith, Fraternity, and Compassion atau Iman, Persaudaraan, dan Belarasa sedang mendengungkan posisi agama-agama dalam hidup manusia. Paus Fransiskus konsisten menyuarakan jalan tengah atau moderasi dalam beragama.

Kesempatan di Indonesia tidak hanya digunakan Sri Puas untuk bertemu dengan umat Katolik, tetapi juga mengadakan dialog lintasagama. Paus mengunjungi Mesjid Istiqlal, mesjid terbesar di Asia Tenggara, dan simbol agama Islam, agama dengan jumlah penganut terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Dialog bersama Puas dapat digunakan Indonesia menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang lahir dari keberagaman.

Melalui dialog lintasagama, Paus hendak menegaskan jiwa moderat yang melekat dalam dirinya. Tahun 2019, Paus Fransiskus telah menandatangani Deklarasi Abu Dhabi bersama Imam Besar Al-Azhar Ahmad Al-Tayyeb. Deklarasi ini menjadi tonggak sejarah di zaman kini bagaimana agama-agama seharusnya bersikap dalam dunia yang penuh dengan kecenderungan banyak untuk bersaing saling mengalahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun