Mohon tunggu...
Marulam Nainggolan
Marulam Nainggolan Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh

Kementerian Agama Kota Medan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Moderasi Beragama menurut Nostra Aetate

26 Juli 2024   21:25 Diperbarui: 27 Juli 2024   16:06 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar kanal Youtube Komsos KAM

Gereja Katolik memiliki konsep atau gagasan istimewa yang menjadi ‘ajaran resmi’ dalam menjalani hidup di dunia yang diwarnai oleh kebinekaan, khususnya kemajemukan agama. Dokumen Konsili Vatikan II Nostra Aetate yang diterbitkan pada 1965 merupakan landasan penting untuk memahami dan mempraktikkan semangat moderasi serta membangun hubungan yang lebih baik dengan agama-agama lain.

Moderasi beragama adalah sebuah konsep yang sangat relevan dalam dunia yang terus berubah dan semakin terhubung. Perkembangan teknologi informasi secara masif telah menyibak sekat pembatas relasi antarbangsa. Dunia terasa semakin dekat. Pergerakan manusia dan aneka pemikirannya yang heterogen bergerak lancar melewati ruang-ruang eksklusif. Tak ada pilihan lain, kecuali berdamai dengan perbedaan.

Dalam konteks Indonesia, bukan sebuah kebetulan apabila Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui Kementerian Agama hari-hari ini terus menggaungkan semangat moderasi beragama. Tak bisa dipungkiri, natura bangsa kita lahir dan bertumbuh dalam keanekaragaman agama dan aliran kepercayaan. Kebinekaan itu mungkin bukan pilihan kita. Namun, melarikan diri dari kenyataan ini pasti kemustahilan.

Nostra Aetate, yang berarti “Pada Zaman Kita”, merupakan buah permenungan Gereja di dunia masa kini. Dokumen ini adalah sebuah deklarasi yang bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih baik antara Gereja Katolik dan agama lain. Selama berabad-abad, hubungan antara Gereja Katolik dan agama-agama lain sering kali diwarnai oleh konflik dan ketegangan. Dokumen ini menjadi oase yang memberi kesegaran.

Jalan-jalan Moderasi

Nostra Aetate mengandung beberapa prinsip yang menjadi dasar untuk memahami dan mempraktikkan moderasi beragama dalam Gereja Katolik. Menurut dokumen tersebut, moderasi bukan hanya sekadar jalan tengah untuk menghindari ketegangan dua ekstrem, melainkan mengambil langkah proaktif untuk membangun jembatan di antara perbedaan. Jalan-jalan moderasi beragama yang ditawarkan lengkap dan tuntas.

Pertama, adanya pengakuan kesamaan asal-usul manusia (NA 1). Nostra Aetate menekankan seluruh umat manusia memiliki asal-usul yang sama dan Tuhan sebagai penciptanya. Ini dasar teologis untuk memahami persaudaraan universal. Setiap manusia adalah ciptaan Tuhan yang memiliki martabat dan nilai yang sama. Sesama diterima dengan penuh penghargaan dan cinta kasih, serta menjauhi segala bentuk diskriminasi.

Kedua, mendorong pencarian kebenaran dan kekudusan dalam agama lain (NA 2). Gereja Katolik mengakui bahwa agama lain juga memiliki jalan mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai keselamatan. Pengakuan ini tidak mengurangi keyakinan pada kebenaran Injil, tetapi justru memperkaya pemahaman kita akan kebesaran Tuhan yang bekerja dalam berbagai cara dan melalui berbagai tradisi keagamaan.

Ketiga, membuka dan mendorong dialog dan kerja sama antaragama (NA 2). Nostra Aetate mendorong dialog yang tulus dan konstruktif antara umat Katolik dan pemeluk agama lain. Dialog ini bukan hanya untuk memahami perbedaan, entah perbedaan dogma dan tradisi religius, tetapi juga untuk mencari titik-titik persamaan gagasan dan bekerja sama dalam mempromosikan nilai-nilai moral dan sosial yang luhur.

Dialog dan kerja sama merupakan kunci sukses moderasi beragama. Sebab, moderasi tanpa dialog akan jatuh pada sebatas toleransi belaka yang bermakna ‘membiarkan, menerima, menanggung’. Toleransi itu pasif, sedangkan dialog itu aktif. Dalam dialog, kita belajar mendengarkan dengan empati, menghormati pandangan dan keyakinan yang berbeda, dan mencari solusi bersama terhadap tantangan yang dihadapi.

Keempat, komit untuk menolak diskriminasi dan kekerasan (NA 5). Dokumen ini dengan tegas menolak segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. Moderasi beragama hanya mungkin jadi kenyataan apabila hak asasi manusia dihargai serta ada kerja sama dalam memajukan keadilan dan perdamaian. Diskriminasi dan kekerasan bernuasa agama mengkhianati jati diri agama, yang seharusnya membawa kasih dan damai.

Mewujudkan Spirit Nostra Aetate

Untuk mewujudkan moderasi beragama seperti yang diajarkan dalam Nostra Aetate, umat Katolik didorong untuk mengambil langkah-langkah praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Satu di antaranya merayakan Hari Toleransi Internasional setiap 16 November. Gereja Katolik Keuskupan Agung Medan, misalnya, selalu menjadi tuan rumah perayaan ini setiap tahun sejauh ini.

Gereja Katolik juga membuka dialog antaragama dan keyakinan dengan cara berkunjung ke rumah-rumah ibadah agama lain dan mengadakan komunikasi dan persaudaraan dengan tokoh-tokoh agama. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan setiap keuskupan di Indonesia bahkan memiliki satu komisi yang khusus mengurus dialog antaragama dan kepercayaan, yaitu Komisi Hubungan Antaraagama dan Keyakinan (HAK).

Moderasi beragama mendapat porsi yang signifikan dalam pendidikan di sekolah-sekolah Katolik dan kepada murid-murid Katolik. Buku-buku pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti mulai dari tingkat dasar hingga universitas memuat sikap menerima dan menghargai perbedaan agama. Para murid dididik untuk menerima perbedaan sebagai taman indah yang dihiasi dengan berbagai warna dan jenis bunga.

Jadi, Nostra Aetate tidak hanya menawarkan pandangan yang mendalam dan komprehensif mengenai moderasi beragama, tetapi juga mendorong dialog yang konstruktif, penolakan terhadap diskriminasi dan kekerasan, serta pendidikan untuk perdamaian. Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari nyata melalui dialog antaragama, menyebarkan pesan perdamaian, serta menerima dan mengagumi perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun