Dialog dan kerja sama merupakan kunci sukses moderasi beragama. Sebab, moderasi tanpa dialog akan jatuh pada sebatas toleransi belaka yang bermakna ‘membiarkan, menerima, menanggung’. Toleransi itu pasif, sedangkan dialog itu aktif. Dalam dialog, kita belajar mendengarkan dengan empati, menghormati pandangan dan keyakinan yang berbeda, dan mencari solusi bersama terhadap tantangan yang dihadapi.
Keempat, komit untuk menolak diskriminasi dan kekerasan (NA 5). Dokumen ini dengan tegas menolak segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. Moderasi beragama hanya mungkin jadi kenyataan apabila hak asasi manusia dihargai serta ada kerja sama dalam memajukan keadilan dan perdamaian. Diskriminasi dan kekerasan bernuasa agama mengkhianati jati diri agama, yang seharusnya membawa kasih dan damai.
Mewujudkan Spirit Nostra Aetate
Untuk mewujudkan moderasi beragama seperti yang diajarkan dalam Nostra Aetate, umat Katolik didorong untuk mengambil langkah-langkah praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak hal yang bisa dilakukan. Satu di antaranya merayakan Hari Toleransi Internasional setiap 16 November. Gereja Katolik Keuskupan Agung Medan, misalnya, selalu menjadi tuan rumah perayaan ini setiap tahun sejauh ini.
Gereja Katolik juga membuka dialog antaragama dan keyakinan dengan cara berkunjung ke rumah-rumah ibadah agama lain dan mengadakan komunikasi dan persaudaraan dengan tokoh-tokoh agama. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan setiap keuskupan di Indonesia bahkan memiliki satu komisi yang khusus mengurus dialog antaragama dan kepercayaan, yaitu Komisi Hubungan Antaraagama dan Keyakinan (HAK).
Moderasi beragama mendapat porsi yang signifikan dalam pendidikan di sekolah-sekolah Katolik dan kepada murid-murid Katolik. Buku-buku pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti mulai dari tingkat dasar hingga universitas memuat sikap menerima dan menghargai perbedaan agama. Para murid dididik untuk menerima perbedaan sebagai taman indah yang dihiasi dengan berbagai warna dan jenis bunga.
Jadi, Nostra Aetate tidak hanya menawarkan pandangan yang mendalam dan komprehensif mengenai moderasi beragama, tetapi juga mendorong dialog yang konstruktif, penolakan terhadap diskriminasi dan kekerasan, serta pendidikan untuk perdamaian. Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari nyata melalui dialog antaragama, menyebarkan pesan perdamaian, serta menerima dan mengagumi perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H