Mohon tunggu...
Maruhum Sanni Sibarani
Maruhum Sanni Sibarani Mohon Tunggu... Akuntan - NIM: 55522120005 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Welcome !

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka pada Auditng Perpajakan

13 Juni 2024   23:57 Diperbarui: 14 Juni 2024   00:20 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penerapan Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan mungkin terdengar unik, karena kedua model tersebut berasal dari konteks yang berbeda. Namun, mari kita coba menjelaskan bagaimana keduanya bisa dihubungkan dengan audit perpajakan:

1. Model Dialektika Hegelian:

   - Model ini mengacu pada konsep dialektika yang dikembangkan oleh filsuf Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Dalam dialektika Hegelian, ide-ide atau konsep-konsep berkembang melalui proses tesis, antitesis, dan sintesis.

   - Penerapan model ini dalam audit perpajakan dapat dimengerti sebagai proses pengembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi perpajakan melalui konfrontasi antara informasi yang ada (tesis) dan pertanyaan atau kecurigaan yang muncul (antitesis), yang kemudian menghasilkan pemahaman yang lebih baik atau solusi yang lebih baik (sintesis).

   - Contohnya, auditor perpajakan mungkin menghadapi situasi di mana laporan pajak suatu perusahaan tidak konsisten. Auditor menggunakan informasi yang ada sebagai tesis, kemudian bertanya-tanya tentang ketidaksesuaian tersebut sebagai antitesis, dan akhirnya mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang penyebab ketidaksesuaian dan langkah-langkah yang perlu diambil sebagai sintesis.

2. Model Hanacaraka:

   - Hanacaraka adalah aksara Jawa yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa. Ini memiliki simbol-simbol yang mewakili bunyi-bunyi dalam bahasa tersebut.

   - Penerapan model Hanacaraka dalam audit perpajakan mungkin mengacu pada ide penciptaan "karakter" atau "profil" perpajakan untuk setiap wajib pajak, di mana karakter atau profil ini mencerminkan pola perilaku perpajakan individu atau entitas.

   - Contohnya, auditor perpajakan dapat menggunakan model Hanacaraka untuk mengidentifikasi pola-pola dalam penghindaran pajak atau ketidakpatuhan pajak. Dengan menganalisis data historis dan tren, auditor dapat membuat profil perpajakan untuk setiap wajib pajak yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi potensi risiko dan memprioritaskan sumber daya audit.

Meskipun terlihat tidak biasa, konsep-konsep seperti dialektika Hegelian dan model Hanacaraka dapat memberikan kerangka kerja pemikiran yang unik dan kreatif dalam melihat proses audit perpajakan. Hal ini dapat membantu auditor dalam mengembangkan pendekatan yang lebih holistik dan efektif dalam menghadapi tantangan yang kompleks dalam audit perpajakan.

Meskipun Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka dapat memberikan sudut pandang unik dalam audit perpajakan, ada beberapa kritik yang dapat diajukan terhadap penerapannya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun