Mohon tunggu...
Maruhum Sanni Sibarani
Maruhum Sanni Sibarani Mohon Tunggu... Akuntan - NIM: 55522120005 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Welcome !

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Audit Investigasi Umum dan Perpajakan: Trans Substansi Metode Transedental kantian

13 Juni 2024   22:39 Diperbarui: 13 Juni 2024   22:39 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quantity, Quality, Relation, Modality

Audit Investigasi Umum dan Perpajakan: Trans Substansi Metode Kategori Transedental Kantian

Audit investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan untuk mengungkapkan atau mengidentifikasi potensi kecurangan, pelanggaran hukum, atau penyimpangan dalam suatu organisasi atau entitas. Tujuan utama dari audit investigasi adalah untuk menyelidiki dugaan ketidakpatuhan atau kecurangan yang telah terjadi, atau yang diduga telah terjadi, serta untuk mengumpulkan bukti yang cukup untuk mendukung temuan tersebut. Berbeda dengan audit kepatuhan atau audit keuangan konvensional yang biasanya bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur, atau standar akuntansi yang berlaku, audit investigasi lebih fokus pada penyelidikan terhadap masalah spesifik yang telah diidentifikasi atau dilaporkan. Proses audit investigasi sering kali dilakukan dalam situasi-situasi di mana ada dugaan terjadi kecurangan, penyelewengan dana, atau pelanggaran hukum, baik oleh pihak internal maupun eksternal dari suatu organisasi.

Langkah-langkah dalam audit investigasi dapat mencakup pengumpulan bukti, wawancara dengan pihak-pihak terkait, analisis data, pemeriksaan forensik, dan penggunaan sumber daya eksternal seperti detektif swasta atau pakar hukum. Hasil dari audit investigasi biasanya berupa laporan yang memuat temuan-temuan penyelidikan beserta rekomendasi untuk tindakan lebih lanjut, termasuk langkah-langkah untuk mencegah kecurangan di masa depan dan memperbaiki kontrol internal organisasi. Secara umum, audit investigasi bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada pihak-pihak terkait bahwa dugaan kecurangan atau penyimpangan telah diselidiki secara menyeluruh dan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani masalah tersebut.

Audit investigasi umum dan audit investigasi perpajakan memiliki beberapa persamaan dalam hal tujuan mereka untuk menyelidiki dan mengungkapkan potensi kecurangan, penyimpangan, atau pelanggaran hukum dalam suatu organisasi atau entitas. Namun, ada juga perbedaan signifikan dalam ruang lingkup dan fokus khusus dari kedua jenis audit tersebut:

1. Tujuan Utama:

   - Audit investigasi umum bertujuan untuk menyelidiki masalah yang berkaitan dengan kecurangan, pelanggaran hukum, atau penyimpangan yang mungkin terjadi dalam berbagai aspek operasional suatu organisasi, termasuk keuangan, sumber daya manusia, dan operasional lainnya.

   - Audit investigasi perpajakan, di sisi lain, secara khusus menyelidiki masalah yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap aturan dan regulasi perpajakan, serta dugaan praktik penghindaran atau pelanggaran pajak.

2. Ruang Lingkup:

   - Audit investigasi umum dapat mencakup berbagai aspek dalam suatu organisasi, seperti keuangan, pengadaan, penjualan, persediaan, dan lain-lain, tergantung pada area-area yang diduga terjadi kecurangan atau penyimpangan.

   - Audit investigasi perpajakan terutama berfokus pada penyelidikan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan suatu entitas, termasuk pelaporan pajak, penghitungan pajak, pengenaan pajak, serta penggunaan strategi penghindaran pajak yang dapat melanggar hukum.

3. Penggunaan Hukum dan Regulasi:

   - Audit investigasi umum dapat melibatkan penyelidikan terhadap berbagai aspek hukum dan regulasi yang berlaku, tergantung pada masalah yang diselidiki.

   - Audit investigasi perpajakan secara khusus berkaitan dengan interpretasi dan penerapan undang-undang perpajakan yang relevan, serta kepatuhan terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.

Meskipun terdapat perbedaan dalam fokus dan ruang lingkup, keduanya masih memiliki kesamaan dalam metodologi penyelidikan yang digunakan, seperti pengumpulan bukti, analisis data, wawancara, dan pemeriksaan forensik jika diperlukan. Selain itu, hasil dari kedua jenis audit investigasi akan berupa laporan yang memuat temuan-temuan penyelidikan beserta rekomendasi untuk tindakan lebih lanjut.

Sifat audit investigasi dapat bervariasi tergantung pada konteks dan tujuan penyelidikan tersebut. Namun, secara umum, ada beberapa sifat umum dari audit investigasi:

1. Independen: Audit investigasi harus dilakukan secara independen dan tidak memihak. Auditor harus bebas dari pengaruh eksternal yang dapat memengaruhi objektivitas mereka dalam menyelidiki masalah yang ada.

2. Objektif: Auditor investigasi harus mempertahankan objektivitas dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Mereka harus menghindari prasangka atau pendapat pribadi yang dapat mempengaruhi kesimpulan penyelidikan.

3. Rahasia: Informasi yang diperoleh selama penyelidikan harus dijaga kerahasiaannya sesuai dengan ketentuan hukum dan etika profesional. Ini untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat dan untuk mencegah potensi kerugian atau gangguan pada proses penyelidikan.

4. Komprehensif: Audit investigasi harus mencakup semua aspek yang relevan dari masalah yang diselidiki. Auditor harus melakukan penyelidikan secara menyeluruh untuk memastikan bahwa semua potensi kecurangan atau pelanggaran telah diidentifikasi.

5. Sistematis: Proses penyelidikan dalam audit investigasi harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Langkah-langkah yang jelas dan metodologi yang tepat harus diikuti untuk memastikan bahwa tidak ada aspek yang terlewat dalam penyelidikan.

6. Kolaboratif: Auditor investigasi mungkin perlu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan, staf, ahli forensik, dan pakar hukum, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan memastikan bahwa penyelidikan dilakukan dengan baik.

7. Profesional: Auditor investigasi harus mematuhi standar profesional yang relevan dan etika yang ketat dalam melakukan penyelidikan. Mereka harus menjaga tingkat keahlian dan integritas yang tinggi selama proses penyelidikan.

8. Hasil-Orientasi: Tujuan utama dari audit investigasi adalah untuk menghasilkan laporan yang berisi temuan-temuan penyelidikan dan rekomendasi untuk tindakan lebih lanjut. Auditor harus fokus pada menghasilkan hasil yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk meningkatkan proses dan sistem di masa depan.

Doc Prof. Apollo : Kant's Table
Doc Prof. Apollo : Kant's Table

Trans Substansi Metode Kategori Transedental Kantian

Transendental adalah istilah yang sering digunakan dalam filsafat untuk merujuk pada apa yang melampaui pengalaman empiris langsung atau dunia fenomenal. Dalam konteks filsafat, Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman abad ke-18, menggunakan istilah "transcendental" untuk merujuk pada penelitian terhadap kondisi yang membuat pengalaman pengetahuan manusia mungkin. Dalam kerangka pemikiran Kantian, "transedental" mengacu pada aspek-aspek keilmuan yang melampaui pengalaman empiris langsung, tetapi pada saat yang sama merupakan prasyarat untuk memungkinkan pengalaman tersebut. Dalam kategori filsafat, Kant menggunakan konsep transendental untuk membedakan antara pengetahuan a priori (pengetahuan yang tidak bergantung pada pengalaman) dan pengetahuan a posteriori (pengetahuan yang berasal dari pengalaman).

Sementara itu, istilah "trans substansi" dalam konteks Kantian tidak secara khusus ditemukan dalam karya-karyanya. Namun, secara umum, "substansi" dalam filsafat merujuk pada entitas yang mendasari atau menjadi dasar bagi semua fenomena. Penggunaan kata "trans" mungkin menunjukkan bahwa istilah ini merujuk pada sesuatu yang melampaui atau melebihi konsep substansi dalam pengalaman empiris.

Dalam rangka menghubungkan "trans substansi" dengan kerangka pemikiran Kantian, bisa diasumsikan bahwa istilah tersebut merujuk pada ide-ide atau konsep-konsep yang melampaui pemahaman kita tentang substansi dalam pengalaman fenomenal, atau mungkin terkait dengan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi pengalaman kita yang tidak terbatas pada konsep substansi dalam arti tradisional. Kategori "transedental Kantian" kemungkinan merujuk pada kategori-kategori dasar atau kondisi-kondisi yang harus ada agar pengalaman pengetahuan manusia menjadi mungkin menurut pandangan Kant. Ini dapat mencakup kategori-kategori seperti ruang, waktu, kausalitas, atau substansi, yang menurut Kant merupakan struktur dasar yang membentuk kerangka kerja bagi pengalaman kita tentang dunia.

untitled-1-654a2cb97a39d52b14762723-666afe05c925c4163c201532.jpg
untitled-1-654a2cb97a39d52b14762723-666afe05c925c4163c201532.jpg

Quantity; Universal, Particular, Singular

Dalam logika dan filsafat, konsep "quantity" (kuantitas) merujuk pada bagaimana sesuatu dihitung atau diukur. Kuantitas dapat dibagi menjadi tiga kategori utama: universal, particular, dan singular. Mari kita jelaskan masing-masing kategori ini secara lebih detail:

1. Universal (Umum):

   - Kuantitas universal merujuk pada sesuatu yang berlaku untuk semua anggota dari suatu kategori atau kelas tertentu.

   - Contoh dari kuantitas universal adalah pernyataan yang berlaku untuk semua anggota dari suatu kategori, seperti "Semua manusia adalah makhluk berpikir" atau "Semua segitiga memiliki tiga sisi."

   - Dalam logika, kuantitas universal sering kali dinyatakan dengan menggunakan kuantor "semua" atau "untuk setiap."

2. Particular (Khusus):

   - Kuantitas particular merujuk pada sesuatu yang berlaku hanya untuk beberapa anggota dari suatu kategori atau kelas tertentu, tetapi tidak semuanya.

   - Contoh dari kuantitas particular adalah pernyataan yang hanya berlaku untuk beberapa anggota dari suatu kategori, seperti "Beberapa hewan adalah mamalia" atau "Beberapa buah adalah apel."

   - Dalam logika, kuantitas particular sering kali dinyatakan dengan menggunakan kuantor "beberapa" atau "ada."

3. Singular (Individu):

   - Kuantitas singular merujuk pada sesuatu yang hanya berlaku untuk satu objek atau individu tertentu.

   - Contoh dari kuantitas singular adalah pernyataan yang hanya berlaku untuk satu objek atau individu, seperti "Saya adalah manusia" atau "Bukunya berwarna biru."

   - Dalam logika, kuantitas singular sering kali dinyatakan tanpa menggunakan kuantor, karena merujuk pada objek atau individu tunggal.

Penting untuk diingat bahwa konsep kuantitas ini penting dalam pemikiran logis dan filsafat karena membantu dalam pembentukan pernyataan yang jelas dan terstruktur. Dengan memahami perbedaan antara kuantitas universal, particular, dan singular, seseorang dapat lebih tepat dalam merumuskan argumen dan membuat kesimpulan yang valid.

Quality; Affirmative, Negative, Infinite

Konsep "quality" (kualitas) dalam logika dan filsafat merujuk pada sifat atau atribut dari suatu pernyataan atau proposisi. Kualitas bisa digolongkan menjadi tiga kategori utama: affirmative (positif), negative (negatif), dan infinite (tak terbatas). Mari kita jelaskan setiap kategori ini secara lebih detail:

1. Affirmative (Positif):

   - Pernyataan yang bersifat affirmative menegaskan keberadaan atau atribut suatu hal.

   - Contoh pernyataan affirmative adalah "Hujan adalah air" atau "Semua manusia adalah makhluk berpikir."

   - Dalam konteks logika proposisi, pernyataan affirmative biasanya diwakili oleh proposisi yang diungkapkan secara positif tanpa menggunakan kata negatif seperti "tidak" atau "bukan."

2. Negative (Negatif):

   - Pernyataan yang bersifat negative menyangkal keberadaan atau atribut suatu hal.

   - Contoh pernyataan negative adalah "Api bukan air" atau "Tidak semua hewan adalah mamalia."

   - Dalam konteks logika proposisi, pernyataan negative sering kali diwakili oleh proposisi yang menggunakan kata negatif seperti "tidak," "bukan," atau "tidak semua."

3. Infinite (Tak Terbatas):

   - Pernyataan yang bersifat infinite tidak menetapkan batasan atau ruang lingkup tertentu untuk pernyataan tersebut.

   - Contoh pernyataan infinite adalah "Segala sesuatu adalah mungkin" atau "Tidak ada yang sempurna."

   - Dalam konteks logika proposisi, pernyataan infinite sering kali berhubungan dengan konsep yang melampaui batasan atau definisi yang spesifik.

Pemahaman tentang kualitas ini membantu dalam merumuskan dan menganalisis pernyataan secara lebih tepat dalam konteks logika dan filsafat. Dengan memahami perbedaan antara kualitas affirmative, negative, dan infinite, seseorang dapat lebih baik dalam mengevaluasi kebenaran dan validitas suatu pernyataan atau argumen.

Relation; Categorical, Hypothetical dan Disjunctive

Konsep "relation" (hubungan) dalam logika dan filsafat mengacu pada hubungan atau keterkaitan antara dua atau lebih proposisi atau pernyataan. Ada beberapa jenis hubungan yang umum dalam logika, di antaranya adalah hubungan kategoris (categorical), hipotetikal (hypothetical), dan disjunktif (disjunctive). Mari kita jelaskan setiap jenis hubungan ini secara lebih rinci:

1. Hubungan Kategoris (Categorical):

   - Hubungan kategoris terjadi ketika satu proposisi secara langsung terkait dengan proposisi lain tanpa syarat atau kondisi tambahan.

   - Contoh hubungan kategoris adalah pernyataan "Semua manusia adalah makhluk berpikir" atau "Beberapa buah adalah apel."

   - Dalam hubungan kategoris, tidak ada syarat atau kondisi tambahan yang diberlakukan; proposisi-proposisi tersebut berdiri sendiri dan memiliki hubungan langsung satu sama lain.

2. Hubungan Hipotetikal (Hypothetical):

   - Hubungan hipotetikal terjadi ketika proposisi satu menjadi syarat atau konsekuensi dari proposisi lain.

   - Contoh hubungan hipotetikal adalah pernyataan "Jika hujan, maka jalanan menjadi licin" atau "Jika saya belajar dengan giat, maka saya akan mendapatkan nilai bagus."

   - Dalam hubungan hipotetikal, proposisi yang pertama (kondisional) menjadi dasar atau syarat untuk proposisi yang kedua (konsekuensial), yang berarti bahwa kebenaran proposisi yang kedua bergantung pada kebenaran proposisi yang pertama.

3. Hubungan Disjunktif (Disjunctive):

   - Hubungan disjunktif terjadi ketika ada dua atau lebih proposisi yang saling mengeksklusifkan satu sama lain, artinya hanya satu dari proposisi-proposisi tersebut yang dapat benar.

   - Contoh hubungan disjunktif adalah pernyataan "Saya akan pergi ke pantai atau ke gunung" atau "Mobilnya akan diperbaiki atau diganti."

   - Dalam hubungan disjunktif, jika salah satu proposisi terbukti benar, maka yang lainnya pasti salah, dan sebaliknya.

Pemahaman tentang jenis-jenis hubungan ini membantu dalam merumuskan dan menganalisis argumen serta pernyataan secara lebih tepat dalam logika dan filsafat. Dengan memahami bagaimana proposisi-proposisi saling terkait atau saling mengeksklusifkan satu sama lain, seseorang dapat lebih baik dalam mengevaluasi hubungan logis antara pernyataan-pernyataan tersebut.

Novelty Model Audit 

Model Novelty dalam audit merujuk pada pendekatan di mana auditor mencari bukti-bukti yang baru, tidak terduga, atau tidak biasa selama proses audit. Pendekatan ini bertujuan untuk menemukan masalah atau kejadian yang mungkin tidak terdeteksi dengan pendekatan audit tradisional yang lebih berfokus pada pengulangan prosedur dan rutinitas.

Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang Novelty Model Audit:

1. Fokus pada Hal-Hal Tidak Biasa:

   - Model Novelty menekankan pada penemuan hal-hal yang tidak biasa atau tidak terduga selama proses audit. Auditor tidak hanya berfokus pada rutinitas atau prosedur yang telah ditetapkan, tetapi juga mencari indikasi-indikasi yang tidak lazim atau anomali dalam data atau transaksi.

2. Penggunaan Analisis Data:

   - Analisis data menjadi alat yang penting dalam Model Novelty Audit. Auditor menggunakan teknik analisis data untuk mengidentifikasi pola-pola yang tidak biasa, anomali, atau perubahan yang mencurigakan dalam data keuangan atau operasional perusahaan.

3. Pendekatan Berbasis Risiko:

   - Pendekatan ini sering kali berbasis pada analisis risiko yang menyeluruh. Auditor mengidentifikasi potensi risiko-risiko yang signifikan dalam bisnis dan mencari bukti yang menunjukkan adanya kejadian-kejadian yang berkaitan dengan risiko-risiko tersebut.

4. Pemeriksaan Mendalam pada Area Tertentu:

   - Auditor dapat memilih untuk melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam pada area-area tertentu yang dianggap memiliki risiko tinggi atau berpotensi menyembunyikan kecurangan atau penyimpangan.

5. Kerjasama dengan Pakar dan Analis:

   - Auditor mungkin juga bekerja sama dengan pakar dan analis lain, termasuk analis data, ahli forensik, atau profesional lainnya, untuk membantu dalam mengidentifikasi bukti-bukti yang baru atau tidak terduga.

6. Kreativitas dalam Penemuan Bukti:

   - Auditor diharapkan untuk menggunakan kreativitas dan pemikiran kritis dalam menemukan bukti-bukti yang baru atau tidak biasa. Pendekatan ini memerlukan kemampuan auditor untuk berpikir di luar batasan dan mencari tahu cara-cara baru untuk mendeteksi potensi kecurangan atau penyimpangan.

7. Pelaporan yang Komprehensif:

   - Hasil dari Model Novelty Audit adalah laporan audit yang komprehensif yang mencantumkan temuan-temuan baru atau tidak biasa serta rekomendasi untuk tindakan lebih lanjut.

Dengan mengadopsi Model Novelty dalam audit, perusahaan dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mendeteksi kecurangan atau penyimpangan yang mungkin terlewatkan dengan pendekatan audit tradisional. Model ini membuka peluang untuk inovasi dalam praktik audit dan meningkatkan efektivitas dalam pengungkapan potensi risiko-risiko yang signifikan.

Quantity, Quality, Relation, Modality
Quantity, Quality, Relation, Modality

CONTOH KASUS

Kasus: Audit terhadap Perusahaan XYZ

Perusahaan XYZ adalah perusahaan manufaktur yang beroperasi di sektor teknologi. Auditor melakukan audit untuk menilai kepatuhan perusahaan terhadap regulasi pajak dan mendeteksi potensi kecurangan dalam laporan keuangan.

1. Quantity (Kuantitas):

   - Universal: Auditor menemukan bahwa semua karyawan perusahaan memiliki kartu kehadiran yang tercatat secara akurat setiap hari.

   - Particular: Auditor menemukan bahwa beberapa produk yang diproduksi oleh perusahaan memiliki cacat produksi yang harus diperbaiki.

   - Singular: Auditor menemukan bahwa satu dari manajer senior perusahaan terlibat dalam praktik korupsi.

2. Quality (Kualitas):

   - Affirmative: Auditor menemukan bahwa perusahaan telah secara akurat melaporkan semua pendapatan dan pengeluaran mereka kepada otoritas pajak.

   - Negative: Auditor menemukan bahwa perusahaan tidak memiliki prosedur yang memadai untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan.

   - Infinite: Auditor menemukan bahwa tidak ada batasan yang jelas dalam kebijakan perusahaan terkait dengan penggunaan dana riset dan pengembangan.

3. Relation (Hubungan):

   - Categorical: Auditor menemukan bahwa setiap produk yang diproduksi oleh perusahaan telah melewati pengujian kualitas yang ketat sebelum dikirim ke pelanggan.

   - Hypothetical: Auditor menemukan bahwa jika perusahaan tidak memperbaiki cacat produksi dalam produk mereka, maka mereka berisiko kehilangan kepercayaan pelanggan.

   - Disjunctive: Auditor menemukan bahwa perusahaan akan mengalami kerugian finansial besar jika mereka tidak dapat meningkatkan efisiensi produksi atau menaikkan harga jual produk mereka.

4. Novelty Model Audit:

   - Auditor menggunakan analisis data yang canggih untuk mengidentifikasi pola pengeluaran yang tidak biasa atau tidak terduga yang mungkin menunjukkan adanya kecurangan atau penyelewengan dana.

   - Auditor melakukan pemeriksaan yang mendalam pada departemen keuangan perusahaan setelah mendeteksi perubahan yang mencurigakan dalam laporan keuangan.

   - Auditor berkolaborasi dengan ahli forensik digital untuk mengumpulkan bukti-bukti yang baru dan tidak biasa yang mungkin tidak terdeteksi dengan pendekatan audit tradisional.

Dengan menggunakan pendekatan Novelty Model Audit, auditor dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan atau penyimpangan dalam perusahaan XYZ, serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan proses dan sistem yang lebih baik.

Refrensi:

Bologna, G. J. (2018). Investigative Accounting and Auditing. CRC Press.

Crumbley, D. L., Heitger, L. E., & Smith, G. S. (2016). Forensic and Investigative Accounting. Routledge.

Dharani, T. S. (2020). Forensic Accounting and Fraud Investigation: Theory and Practice. Himalaya Publishing House.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun