Alih-alih minum obat penurun kolesterol,  sehari sebelum terkena serangan stroke , penulis dipijat  setelah sholat tarawih dan  selesai jam sepuluh malam. Langsung teritidur untuk mengistirahatkan badan yang sudah terasa tidak enak. Â
Tepat tengah malam sekitar jam 12 tengah malam, penulis bangun tidur karena merasa ada yang tidak beres di tubuh. Memang ternyata, pada saat turun dari tempat tidur, kaki sebelah kanan tidak dapat menapak lagi di lantai.Â
Tidak ada tenaga, dan lemah sekali. Malam itu penulis langsung kaget, ada apa gerangan ini? Berharap esok nya sehat lagi, langsung saja penulis tidur kembali.
Esok harinya , sesuai harapan , ternyata kaki kanan sudah dapat menapak lagi. Bertenaga. Nyaris tidak ada masalah. Pagi itu juga, hari Sabtu 11 Mei 2019, Â dokter kantor datang ke rumah, memeriksa tekanan darah , dan hasilnya 160/100. Ini tekanan darah yang biasa bagi saya sejak mengidap hipertensi sejak sebelas tahun silam.Â
Akan tetapi...sore harinya , sekitar jam 4 sore, tepat ketika isteri dari Lampung baru saja tiba dari bandara, seraya membuka pintu, kembali kaki kanan tidak punya kekuatan sehingga hampir jatuh ketika menyambut kedatangan isteri tercinta. Langsung olehnya  dengan dibantu teman teman kantor dibawa ke RS terdekat.
Kaget dan frustasi
Serangan stroke ini mengakibatkan anggota badan sebelah kanan, tangan dan kaki kanan penulis tidak dapat digerakkan alias lumpuh. Tangan kanan susah diangkat atau digerakkan . Kaki kanan lumpuh dan tidak dapat diperintah oleh pikiran, bahkan menggerakkan jari-jari  kaki saja tidak mampu. Praktis, penulis tidak mampu mengerjakan banyak hal secara mandiri.Â
Ini tentu saja menambah beban pikiran. Beruntung penulis didampingi isteri yang setia dan setiap saat membantu dan memberi semangat.Â
Naik turun kendaraan harus dibantu orang lain untuk mengangkat kaki kanan. Dan yang teringat, betapa berat nya naik tangga pesawat di Bandara Sugimanuru di Pulau Muna, sehingga kepala Bandara yang baik hati ikut membantu mengangkat kaki untuk memasuki pesawat ATR itu.Â
Berbicara juga sangat susah, sehingga lebih sering harus ditulis dulu apa saja yang ingin disampaikan. Masalah baru timbul, karena tangan kanan yang biasa dipakai untuk menulis juga sedang lumpuh. Frustasi.Â
Untungnya penulis termasuk orang kidal dan waktu kecil dulu pernah pakai tangan kiri untuk  menulis, jadilah menulis dengan tangan kiri.Â