Pendapat Syaikh Al-Qardhawi
Al-Qardhawi dalam makalahnya di web Al-Jazeera mengatakan, "Seorang muslim tidak dituntut untuk menyusahkan dirinya untuk berkurban sementara dirinya tidak mampu. Ini tidak dituntut, yang dituntut adalah apabila dia memiliki kemampuan dan kelonggaran. Oleh karenanya seseorang tidak dituntut untuk berhutang misalnya untuk berkurban.
Al-Qardhawi mendasarkan pendapatnya pada firman Allah swt, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al Baqarah : 286). Oleh karenanya Allah swt tidak membebaninya dengan perkara ini bahwa dia berhutang atau memaksakan dirinya lebih dari semestinya.
Berdasar riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa dia memberi dua dirham kepada bekas budak yang telah dimerdekakan dan mengatakan: "Belilah daging dengan dua dirham tersebut", dan katakan kepada orang yang berjumpa denganmu: "Ini adalah kurban Ibnu Abbas". (HR. Al-Baihaqi dalam Ma'rifatus Sunan wal Atsar no 8891 dan  Ibnu Hazm, Al-Muhalla juz 6 hal 10) Riwayat ini menurut Abu Zur'ah: " tidak kuat". (Al-Mazi, Tahdzibul Kamal juz 9 hal 328)
Perkataan sahabat Bilal ra, "Saya tidak peduli sekiranya saya kurban dengan seekor ayam" (Al-Muhalla juz 6 hal 9)
Sebuah riwayat menunjukkan bahwa Abu Bakar dan Umar tidak berkurban. HR. Al-Baihaqi dalam Ma'rifatus Sunan wal Atsar no 18893 dan Ibnu Katsir mengomentarinya dengan mengatakan: sanadnya shahih (Musnad Al-Faruq no 373)
Kesimpulan
Pertama, dari berbagai pendapat tersebut, terdapat titik kesamaan
- Kurban disyariatkan untuk mereka yang berkecukupan (Hanafiyah)
- Tidak memberatkan diri (Malikiyah)
- Memiliki kelebihan harta sehari semalam (Syafi'iyah)
- Memiliki kemampuan dan kelonggaran (Qardhawi)
Kedua, jika mampu hendaklah berkurban, dan jika tidak mampu maka tak ada kewajiban berkurban.
Wallahu a'lam bish shawab.
Catatan:
Per tanggal 22 juli 2020 harga 1 dirham (2.975gr)= Rp. 89.766Â
Referensi
Al-Ghanimi, Al-Lubab fi Syarhil kitab juz 3 hal 232
Al-Kasani, Badai' juz 5 hal 64