Mohon tunggu...
Makruf Amari Lc MSi
Makruf Amari Lc MSi Mohon Tunggu... Guru - Pengasuh Sekolah Fiqih (SELFI) Yogyakarta

Alumni Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, melanjutkan S1 di LIPIA Jakarta dan S2 di UII Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Biarkan Lailatul Qadar Tetap Menjadi Rahasia

13 Mei 2020   16:14 Diperbarui: 13 Mei 2020   16:25 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : Moon Night Beauty, pics.ukka.co

Oleh : Ma'ruf Amari, Lc., M.Si.

Pengertian Lailatul Qadr

Dalam kitab Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah disebutkan bahwa Lailatul Qadr tersusun dari dua lafal, yang pertama "lailah". Secara bahasa, kata "lailah"  berarti mulai dari tenggelam matahari sampai terbit fajar, lawannya adalah siang. Makna secara istilah tidak lepas dari makna bahasa. Lafal kedua "al-qadr". Di antara makna al-qadr secara bahasa adalah kemulian dan  kehebatan kelakuan, dan makna lainnya adalah hukum, putusan dan mempersempit

Para ulama berbeda pendapat tentang makna "al-qadr" yang diawali dengan lafal "al-lailah". Di antara mereka berpendapat, yang dimaksud adalah pengagungan dan pemuliaan, seperti firman Allah swt, "Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya" (QS. Al-An'am 91).

Sehingga maknanya adalah malam yang memiliki kehebatan dan kehormatan karena pada malam itu Al-Qur'an turun, dan karena pada malam itu malaikat saling turun, atau karena pada malam itu turun berkah, rahmat dan maghfirah, atau karena orang yang menghidupkannya menjadi memiliki kehebatan kelakuan dan kemuliaan.

Pendapat lain mengatakan: makna "qadar" di sini adalah penyempitan, sebagaimana firman Allah swt, "Dan orang yang disempitkan rezkinya" (QS. Ath-Thalaq : 7). Makna penyempitan pada malam itu adalah menyembunyikan pengetahuan akan waktu definitifnya, atau karena bumi menjadi sempit dengan adanya para malaikat.

Pendapat lain lagi mengatakan, "al-qadr" di sini maknanya "al-Qadar" (dengan huruf dal di-fathah) yang artinya adalah hukum, putusan dan pengadilan. Para ulama mengatakan: dinamai lailatul qadr karena malaikat pada malam tersebut menulis rizki dan usia dan lain-lainnya yang akan terjadi di tahun tersebut dengan perintah dari Allah swt untuk mereka. Pendapat ini didasarkan firman Allah swt,

"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul" (QS. Ad-Dukhkhan : 3 -- 5).

Jumhur ulama berpendapat bahwa lailah mubarakah (malam yang diberkahi) dalam ayat tersebut adalah malam Lailatul Qadar, bukan malam nishfu Sya'ban sebagaimana yang difahami sebagian mufassir. Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah menukil perkataan Ibnu Quddamah: "Lailatul Qadar adalah malam yang mulia yang diberkahi yang diagungkan yang diutamakan". Kemudian Ibnu Quddamah mengatakan, "Terdapat pendapat: disebut Lailatul Qadar karena pada malam itu ditetapkan untuk tahun tersebut segala kebaikan, bencana, rizki dan barakah". (Al-Musu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah juz 35 hal 360, 361)

Keutamaan Lailatul Qadr

Ada sangat banyak keutamaan malam Lailatul Qadr, diantaranya adalah:

Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan" (QS. Al-Qadr : 1).

Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.

  • Amal Shalih di Malam itu Lebih Baik 

Dibanding di waktu lainnya, amal shalih saat lailatul qadar bernilai lebih baik dari seribu bulan (83 tahun 4 bulan). Firman Allah swt, "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan" (QS. Al-Qadr : 3).

  • Malam yang Diberkahi

Allah berfirman "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan" (QS. Ad-Dukhkhan : 3).

  • Malaikat Turun ke Bumi

Pada malam lailatul qadr, malaikat turun ke bumi, begitu juga malaikat Jibril, untuk mengatur segala urusan. Allah swt berfirman, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar" (QS. Al-Qadr : 4). Al-Qurthubi mengatakan: Malaikat-malaikat turun dari semua langit dan dari Sidratul Muntaha, dan tempat malaikat Jibril di tengah-tengahnya. Mereka turun ke bumi dan mengamini doa manusia sampai waktu terbit fajar. Tafsir Al-Qutthubi juz 20 hal 133

  • Malam Keselamatan dan Kebaikan

Pada malam Lailatul Qadar, semuanya adalah malam keselamatan dan kebaikan sampai terbit fajar. Allah swt berfirman, "Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar". (QS. Al-Qadr : 5).

  • Malam Pengampunan Dosa

Orang yang beribadah di malam itu akan diampuni dosa-dosa yang telah berlalu. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang shalat (termasuk ibadah-ibadah yang lain) pada malam Lailatul Qadar dengan keyakinan dan keikhlasan, maka diampuni dosa yang telah berlalu. Dan barangsiapa yang puasa Ramadhan dengan keyakinan dan keikhlasan maka diampuni dosa yang telah berlalu". HR. Al-Bukhari no 1901 dan Muslim no 760

Waktu Terjadinya Lailatul Qadr

Jumhur ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadhan, karena Allah swt menyebutkan bahwa Al-Qur'an diturunkan di bulan Ramadhan, dan lebih detailnya di malam Lailatul Qadr. Yang shahih dan masyhur di kalangan jumhur ulama adalah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan terlebih pada malam ganjil. Rasulullah saw bersabda, "Maka carilah Lailatul Qadr di sepuluh terakhir di malam ganjil". HR. Al-Bukhari no 2016

Dalam hadits lain yang juga serupa, Rasulullah saw bersabda, "Carilah Lailatul Qadr pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan". HR. Bukhari No 2017.

Adapun secara definitif tanggal terjadinya Lailatul Qadr terdapat beberapa riwayat shahih tentang itu:

  • Malam Tanggal 21 Ramadhan

Pendapat ini berdasarkan hadits shahih, "Saya diperlihatkan malam ini (Lailatul Qadar) kemudian saya dibuat lupa, maka carilah pada sepuluh malam terakhir di setiap malam ganjil. Sungguh kamu (abu Sa'id Al-Khudri)  melihatku sujud di air dan tanah. Di mana langit bergemuruh dengan keras pada malam itu kemudian turun hujan dengan lebat, sehingga atap masjid bocor dan menetes pada tempat shalat Nabi saw pada malam 21, kemudian kedua mataku melihat Rasulullah, dan saya melihat beliau selesai dari shalat Shubuh dan wajahnya berlumuran tanah dan air". (HR. Al-Bukhari no 2018)

  • Malam Tanggal 23 Ramadhan

Pendapat ini berdasarkan hadits shahih, dari Abdullah bin Unais, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Saya diperlihatkan Lailatul Qadr, kemudian saya dibuat lupa, dan Beliau memperlihatkan kepadaku shalat Shubuhnya di air dan tanah. Beliau berkata: Diturunkan hujan kepada kami malam ke duapuluh tiga , kemudian Rasulullah saw shalat bersama kami, lalu berpaling dan bekas air dan tanah (menempel) di dahi dan hidungnya. Abdullah bin Unais mengatakan: duapuluh tiga. (HR. Muslim no 1168).

  • Malam Tanggal 27 Ramadhan

Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Asy-Syarbini menukil perkataan Ibnu Abbasa dan Ubay: Dia (Lailatul Qadr) itu malam 27, dan ini adalah madzhab mayoritas. (Mughnil Muhtaj juz 2 hal 189). Sebagaimana yang dikatakan juga oleh Ath-Thahawi: mayoritas berpendapat bahwa dia (Lailatul Qadr) itu malam 27 (Hasyiyah Ath-Thahawi hal 400)

Pendapat ini berdasarkan hadits, "Dan demi Allah, sungguh aku tahu malam apa dia (Lailatul Qadr), yaitu malam yang Rasalullah saw perintahkan kami untuk melaksanakan shalat, yaitu malam yang paginya tanggal 27. (HR. Muslim no 762).

  • Malam tanggal 21, Malam tanggal 23, Malam tanggal 25, Malam tanggal 27, Malam tanggal 29 Ramadhan.

Pendapat ini berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: carilah Lailatul Qadr pada sepuluh terakhir Ramadhan; pada malam ke sembilan yang tersisa (Menurut Musthafa Al-Bagha: malam 21), pada malam ke tujuh yang tersisa (malam 23), pada malam ke lima tersisa (malam 25). HR. Al-Bukhari no 2021)

Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw bersabda: "Dia (Lailatul Qadr) itu pada sepuluh terakhir, yaitu pada tujuh hari berlalu (menurut Musthafa Al-Bagha: Malam 29) atau tujuh yang tersisa ---yaitu malam 23. (HR. Al-Bukhari no 2022)

  • Tidak Permanen Pada Satu Tanggal Tertentu

Sebagian ulama berpendapat, waktu terjadinya Lailatul Qadar tidak permanen pada satu tanggal tertentu. Imam An-Nawawi mengatakan: "Terjadinya Lailatul Qadar tidak berpindah-pindah, dan terus-menerus pada malam itu sampai hari Qiyamat". (Al-Majmu' juz 6 hal 449).

Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, "Dan yang paling kuat dari semua pendapat bahwa Lailatul Qadr pada (malam) ganjil sepuluh terakhir, dan bahwa dia (Lailatul Qadr) berpindah-pindah, sebagaimana difahami dari hadits-hadits bab ini". (Fathul Bari juz 4 hal 266).

Syaikh Al-Utsaimin mengatakan, "Pendapat yang kuat menurut ulama bahwa Lailatul Qadr berpindah-pindah, sesekali pada malam 21, sesekali malam 23, malam 25, malam 27, malam 29 dan mungkin juga pada malam genap". (Fatawa Nur Alad Darb juz 11 hal 2)

-------------------------------

Nah, jangan diperdebatkan lagi. Semua pendapat memiliki hujjah dan alasannya. Biarkan Lailatul Qadr tetap menjadi rahasia sepanjang masa. Justru disitu letak keindahannya.

------------------------------

Hikmah Dirahasiakannya Waktu Lailatul Qadr 

Syaikh Al-Utsaimin mengatakan, "Boleh jadi Allah swt merahasiakan terjadinya Lailatul Qadr karena dua hikmah: pertama, agar terlihat orang yang bersungguh-sungguh dalam menggapainya, sehingga dia berusaha pada setiap malam dengan harapan meraihnya. Sekiranya Lailatul Qadr terjadi pada suatu malam tertentu niscaya manusia tidak sungguh-sungguh kecuali pada malam tersebut saja. Hikmah kedua, agar manusia bertambah amal shalihnya dengan taqarrub kepada Allah. (Fatawa Nur Alad Darb juz 11 hal 2)

Hikmah lain selain dua di atas, bahwa Allah swt memberikan balasan kepada hambanya sesuai dengan jerih payah yang dilakukan. Keutamaan Lailatul Qadr yang luar biasa tersebut, untuk meraihnya tentu dibutuhkan jerih payah yang besar juga. Rasulullah saw mengatakan kepada Aisyah yang akan melaksanakan umrah dari Tan'im:

"Dan akan tetapi pahala umrahmu tergantung pada besaran uang yang kamu keluarkan dan jerih payahmu". HR. Al-Bukhari no 1787 dan Muslim no 1211

Aktivitas Menghidupkan Malam Lailatul Qadr

  • Qiyamul Lail

"Barangsiapa yang shalat (termasuk ibadah-ibadah yang lain) pada malam Lailatul Qadar dengan keyakinan dan keikhlasan, maka diampuni dosa yang telah berlalu.". HR. Al-Bukhari no 1901 dan Muslim no 760

Rasulullah saw menggunakan malam-malam ganjil untuk melaksanakan shalat. Sebagaimana hadits, "Kami shalat bersma Rasulullah saw pada bulan Ramadhan malam ke duapuluh tiga sampai sepertiga malam pertama, kemudian kami shalat bersamanya pada malam duapuluh lima sampai separuh malam, kemudian kami shalat bersamanya pada mlam duapuluh tujuh sampai kami mengira kami tidak mendapati al-falah, dan kami waktu itu mengatakan sahur al-falah" (HR. Ahmad no 18402).

Nabi saw bersabda. "Barang siapa yang "yaqum" (berdiri) pada malam Lailatul Qadr dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, maka diampuni dosa yang telah berlalu" (HR.Al-Bukhari no 35). Musthafa Al-Bagha dalam Ta'liq Shahih Al-Bukhari mengatakan: "Menghidupkannya dengan shalat dan bentuk-bentuk taqarrub yang lain".

  • I'tikaf

Nabi saw i'tikaf pada sepuluh terakhir sampai beliau wafat, dan istri-istranya pun melakukan i'tikaf sesudahnya. (HR. Al-Bukhari no 2026 dan Muslim no 1172)

  • Perbanyak berbagai bentuk ibadah lainnya

Bentuk-bentuk ibadah yang dapat dilaksanakan saat menghidupkan Lailatul Qadr, diantaranya perbanyak membaca dan mempelajari Al-Qur'an, perbanyak membaca dan mempelajari hadits dan sirah Nabi saw, perbanyak dzikir dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Di antara lafalnya bacaan dzikir malam lailatul qadar adalah subhanallahi wa bihamdihi subhanallahil azhim (HR. Al-Bukhari no 6682 dan Muslim no 2694), subhanallahi walhamdulillahi wala ilaha illallah, wallahu akbar (HR.Muslim no 2695).

Perbanyak pula istighfar dengan membaca  astaghfirullah  (HR. Muslim no 591), astaghfirullahalladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaihi (HR. Al-Hakim no 2550, Abu Dawud 1517), subhanallahi wabihamdihi astaghfirullah wa atubu ilaihi (HR. Muslim no 484)

  • Perbanyak Doa

Doa khusus yang diajarkan oleh Rasulullah saw saat bertepatan dengan Lailatul Qadr adalah Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni (HR. Ahmad no 25384, At-Tirmidzi no 3513, Al-Hakim no 1942, Ibnu Majah no 3850)

Perbanyak pula membaca doa-doa umum seperti doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada Aisyah ra, "Allahumma inni as-aluka minal khairi kullihi 'aajilihi wa ajilihi ma 'alimtu minhu wama lam a'lam, wa a'udzubika minasy syarri kullihi 'aajilihi wa ajilihi ma 'alimtu minhu wama lam a'lam. Allahumma inni as-aluka min khairin ma sa'alaku 'abduka wa nabiyyuka Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, wa a'udzubika min syarri ma 'adza minhu 'abduka wa nabiyyuka. Allahumma inni as-alukal jannah wama qarraba ilaiha min qaulin au 'amalin, wa a'udzubika minannari wama qarraba ilaiha min qaulin au 'amalin, wa as-aluka an taj'al kulla qadha-in taqdhihi li khairan". HR. Ahmad no 25019, Ibnu Majah no 3846 dan Ibnu Hibban no 869

  • Perbanyak sedekah

Sedekah bisa dalam bentuk memberikan minum bagi orang yang i'tikaf atau memberikan makan sahur kepada yang membutuhkan.

Bersemangat Menggapai Lailatul Qadr

Pada sepuluh malam terakhir (saat terjadinya Lailatul Qadr) Rasulullah saw lebih bersemangat beribadah dibandingkan dengan di luar itu. Aisyah ra mengatakan, "Rasulullah saw lebih bersemangat pada sepuluh terakhir dibandingkan dengan semangatnya di luar itu". (HR. Muslim no 1175)

Bentuk kesungguhan yang beliau lakukan selain i'tikaf dan shalat malam seperti yang diceritakan Aisyah ra, "Apabila masuk sepuluh terakhir Nabi saw mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya". (HR. Al-Bukhari no 2024 Muslim no 1174)

Musthafa Al-Bagha dalam ta'liq Shahih Al-Bukhari mengatakan, "Syadda mi'zarahu" maksudnya kiasan akan kesiapan untuk ibadah dan kesungguhan lebih dari biasanya, pendapat lain ini adalah bahasa kiasan yang sangat sopan tentang meninggalkan istri dan meninggalkan hubungan badan. Al-mi'zar (al-izar) adalah pakaian yang digunakan di bagian bawah badan. Membangunkan istri maksudnya membangunkan dan mendorong untuk ibadah.

Ajak Orang Lain untuk Bersemangat Meraihnya Pula

Malam Lailatul Qadr dengan rentetan kemuliaannya yang dipaparka oleh Al-Qur'an dalam surat Al-Qadr dan beberapa hadits shahih maka sepatutnya kita mengajak orang lain untuk meraihnya. Sebagaimana Rasulullah saw mengajak istri-itrinya untuk bersama-sama menggapainya.

Aisyah ra berkata: "Apabila masuk sepuluh terakhir Nabi saw mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya" (HR. Al-Bukhari no 2024 Muslim no 1174)

Aktivitas Lailatul Qadr Bagi Wanita Haid 

Lailatul Qadr bukan kekhususan bagi laki-laki, wanita pun juga dapat meraih Lailatul Qadr Karena Nabi saw pada sepuluh malam terakhir membangunkan istri-istrinya. Sekalipun dalam keadaan haid dan tidak shalat dan tidak berada di masjid. karena menghidupkan malam Lailatul Qadr dapat dilakukan dengan berbagai bentuk ketaatan dan tidak hanya sebatas dengan shalat, membaca Al-Qur'an dan i'tikaf di masjid.

Al-Qasthalani mengatakan: "menghidupkan malamnya dengan ketaatan atau ahya nafsahu (menghidupkan dirinya) dengan tidak tidur di malam itu. Karena tidur adalah saudaranya mati". (Irsyadusy Syari juz 3 hal 438)

Saat menggapai Lailatul Qadr wanita yang sedang haid dapat melakukan segala aktifitas amal shalih apapun kecuali shalat dan thawaf (bagi yang sedang berada di tanah suci Makkah). Sedangkan membaca Al-Qur'an dan berdiam diri di masjid para ulama berbeda pendapat dalam masalah tersebut, dan selayaknya wanita melakukannya sesuai dengan kemantapan masing-masing.

Tanda-tanda Terjadi Malam Lailatul Qadr

Beberapa riwayat menyebutkan ciri-ciri lailatul Qadr di antranya:

  • Matahari di pagi harinya putih tidak bercahaya. (Muslim no 762)
  • Seperti bejana, sampai posisi tinggi. (HR. Ahmad no 21209, shahih )
  • Kondisi matahari jernih. (HR. Ahmad no 3857, hasan lighairihi)
  • Lailatul Qadr cerah tidak panas dan tidak dingin, di pagi harinya matahari berwarna merah tipis. (HR. Ibnu Huzaimah no 2192)
  • Cerah, terang, tenang, "Sesungguhnya tanda Lailatul Qadr adalah cerah terang, seakan pada malam tersebut terdapat bulan bersinar, tenang, cerah, tidak panas, tidak dingin, dan pada malam itu tidak dibolehkan bintang dilemparkan, sampai pagi harinya, dan sesungguhnya tandanya adalah bahwa matahari pada pagi harinya terbit tanpa ada gerakan tidak mengeluarkan cahaya seperti bulan pada malam Lailatul Qadr, syaithan tidak boleh muncul bersamanya saat itu". HR. Ahmad no 2192, paruh pertama hasan dan paruh kedua dimungkinkan hasan dengan beberapa syahid (pendukung)
  • Malam itu jumlah malaikat di muka bumi lebih banyak dari jumlah batu kecil". HR.Ahmad no 10734 dan Ibnu Khuzaimah no 2194. Hasan

Contoh Kejadian Di Zaman Nabi saw

Di antara contoh Lailatul Qadr pada zaman Nabi saw, seperti yang diceritakan oleh Abu Sa'id Al-Khudri:

"Saya diperlihatkan malam ini (Lailatul Qadar) kemudian saya dibuat lupa, maka carilah pada sepuluh malam terakhir di setiap malam ganjil. Sungguh kamu (Abu Sa'id Al-Khudri) melihatku sujud di air dan tanah. Dimana langit bergemuruh dengan keras pada malam itu kemudian turun hujan dengan lebat, sehingga atap masjid bocor dan menetes pada tempat shalat Nabi saw pada malam 21, kemudian kedua mataku melihat Rasulullah, dan saya melihat beliau selesai dari shalat Shubuh dan wajahnya berlumuran tanah dan air. HR. Al-Bukhari no 2018

Pada redaksi lain yang saling melengkapi kisah di atas, Abu Sa'id Al-Khudri menuturkan: "Semula kami melihat qoz'ah (gumpalan awan tipis) di langit, kemudian disusul awan kemudian turun hujuan, sehingga air mengucur di atap masjid yang terbuat dari pelepah kurma. Dan shalat dilaksanakan, lalu saya melihat Rasulullah saw sujud di atas air dan tanah, sampai saya melihat bekas tanah di dahinya.HR. Al-Bukhari no 2016

Tanda-tanda Lailatul Qadr Terlihat Setelah Terjadi

Ibnu Hajar mengatakan: "Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan tanda-tanda Lailatul Qadr kebanyakan tampak setelah Lailatul Qadr telah berlalu". (Fathul Bari juz 4 hal 260)

Bahkan Asy-Syaukani secara tegas mengatakan: "Tanda-tanda Lailatul Qadr tidak tampak kecuali setelah berlalu". (Nailul Authar juz 4 hal 325).

Yogyakarta, 20 Ramadhan 1441 H/ 13 Mei 2020 M

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun