Mohon tunggu...
Makruf Amari Lc MSi
Makruf Amari Lc MSi Mohon Tunggu... Guru - Pengasuh Sekolah Fiqih (SELFI) Yogyakarta

Alumni Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, melanjutkan S1 di LIPIA Jakarta dan S2 di UII Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Salat Anda Khusyu atau Pura-pura Khusyu?

13 April 2020   09:41 Diperbarui: 13 April 2020   10:11 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : minanews.com

Oleh : Ma'ruf Amari, Lc., M.Si.

Khusyu' adalah ruh dari shalat. Karena shalat tanpa kekhusyu'an yang dirasa adalah kehampaan dan formalitas belaka, sekedar untuk melepaskan diri dari kewajiban dan tidak memberikan pengaruh dalam kehidupannya. Itu disadari oleh setiap orang yang shalat. Oleh karena itu tatkala seseorang melaksanakan shalat dia berupaya dengan segala cara untuk meraihnya.

Berbagai Fenomena Mereka yang Ingin Meraih Khusyu'

Seseorang yang  ingin meraih kekhusyu'an, berupaya memakai pakaian yang bersih dan mengutamakan yang berwarna putih, mengggunakan sarung, peci bahkan tak lupa membawa sorban atau sajadah. 

Kemudian berangkat ke masjid dengan sandal yang tidak asal-asalan. Minyak wangipun dia semprotkan di sekujur badannya, bau semerbaknya tercium dari kejahuan.

Sesampainya di masjid -- dan kebetulan belum banyak jama'ah yang datang -- dia  pilih shaf paling depan dan yang paling dekat dengan imam dan itu memang sunnah. 

Sebelum muadzin selesai dari iqamah dia bersama jama'ah yang lain bergegas untuk berdiri lalu meluruskan dan merapatkan shaf sesuai dengan aba-aba imam shalat.  

Dia awali shalatnya dengan menghadirkan niat, dia berkali-kali ucapkan "Ushalli.... ushalli.... ushalli...". Upaya untuk meraih kekhusyu'an itu terkoyak saat dia dengar isakan tangis dari jama'ah yang di sebelahnya. Kemudian muncullah dalam benaknya "Kok dia bisa nangis ya? Padahal saya sudah berupaya untuk khusyu', tapi kok tidak bisa nangis seperti  dia".

Sebagian yang lain dia buat ruangan shalat dirumahnya dengan sedemikian rupa untuk meraih kekhusyu'an. Dia cat seluruh ruangan dengan warna putih, dia singkirkan gambar, lukisan dan ornamen-ornamen yang lain. Dia hamparkan karpet tebal dan empuk. Tak lupa pula dia pasang  AC agar mendapatkan kesejukan dan ketenangan.

Agar lebih hening saat akan melakukan shalat dia matikan seluruh lampu. Dan pada saat shalat dia pejamkan matanya -- kurang apanya, padahal lampu ruangan sudah dimatikan -- agar lebih hening lagi. 

Pertanyaannya apakah dengan seperti itu pasti dia meraih kekhusyuan? Ternyata di tengah shalat muncul pikiran-pikiran tentang berbagai pekerjaan yang belum terselesaiakan di siang harinya tadi.

Begitulah gambaran betapa seseorang tatkala melaksanakan shalat dia ingin meraih kekhusyu'an itu. Sebagian ada yang meraihnya di sebagian besar shalatnya dan ada yang meraihnya hanya di sebagian kecil shalatnya, dan sangat sedikit orang yang meraihnya di semua shalatnya.

Makna Khusyu' dalam Shalat

Apa sebenarnya khusyu' dalam shalat itu? Sahabat Ali ra mengatakan -- sekalipun riwayatnya diperselisihkan -- bahwa khusyu' itu di hati. Dari kekhusyu'an yang bersumberdari hati itu kemudian muncul rasa takut dan gerakan tenang dalam shalat. Begitulah yang dikatakan oleh sahabat Ibnu Abbas dalam mentafsirkan "yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya". (QS. Al-Mu'minun : 2)

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih tentang khusyu' ini kita simak ungkapan Abdurrahman As-Sa'di dalam tafsirnya:

"Khusyu' dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta'ala dengan merasakan kedekatan-Nya, sehingga hatinya tenang dan jiwanya tenteram,  (sehingga) semua gerakan (angota badannya) menjadi tenang, tidak menoleh, beradab di hadapan Allah, dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan di dalam shalatnya, dari awal sampai akhir".

"Maka dengan ini akan sirna bisikan-bisikan dan pikiran-pikiran yang buruk. Inilah ruh dan tujuan shalat, inilah (pahala) yang didapat seorang hamba. Maka shalat yang tidak terdapat kekhusyu'an dan kehadiran hati --sekalipun mendapatkan balasan dan pahala-- sesungguhnya pahala sesuai dengan apa yang dihayati hati", demikian penjelasan Syaikh As-Sa'di.

Pura-pura Khusyu'

Hati-hati dengan khusyu' yang palsu, karena bukan itu yang dituntut. Khusyu' palsu adalah shalat dengan gerakan badan seakan-akan khusyu' tetapi pikiran dan hatinya tidak membersamai shalatnya. Ini adalah "khusyu' nifak" kata para ulama, yang bisa terjemahkan dengan pura-pura khusyu'.

Ini terbalik, semestinya khusyu' bersumber dari hati kemudian berdampak kepada mata telinga dan semua anggota badan lainnya. Ibnu Rajab mengatakan, "Karena anggota badan mengikuti hati". Dengan demikian khusyu' yang sebenarnya bukan dari gerakan-gerakan yang semu yang mungkin tidak otomatis dapat mengendalikan hatinya.

Wallahu a'lam bish shawab.

Yogyakarta, 19 Sya'ban 1441/ 13 April 2020

Daftar Pustaka

Abdurrahman As-Sa'di, Taisirul Karimur Rahman, Mu'assasah Ar-Risalah, Cet 1, th 2000, hal 547-548

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun