Lebih kurang delapan bulan kedepan Kabupaten Pakpak Bharat akan melaksanakan pesta rakyat, pemilihan Pemimpin nomor satu di daerah itu. Â Pemilihan dalam rangka memperebutkan kursi pucuk pimpinan di kabupaten Pakpak Bharat.Â
Perebutan kursi kepemimpinan kelihatan agak tidak sesemarak seperti pemilihan kepala daerah terdahulu, ada rasa keengganan atau rasa traumatik mungkin, pasca Penangkapan Bupati kala itu, atau barangkali ada rencana strategi politik yang sedang dikembangkan.Â
Tidak seperti pertarungan politik masa lampau, dimana masyarakat dari segala penjuru dan lapisan disibukkan dengan lelahnya pertarungan politik,  antusias dan semarak kelihatan tidak seheboh masa Pilkada periode sebelumnya.
Beberapa bulan ke depan, sesuai dengan jadwal Pilkada serentak, Â kabupaten Pakpak Bharat akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah. Akan ada pemimpin baru kelak memimpin kabupaten Pakpak Bharat.
Harapan rakyat pada umumnya, melahirkan seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi kedepan, mementingkan hak Rakyat. Pemimpin memiliki terobosan terobosan baru.Â
Pemimpin punya cita-cita cemerlang memakmurkan masyarakat. Pemimpin yang tidak mau berkompromi mempermainkan uang rakyat. Atau barangkali seorang pemimpin yang tidak ceroboh, gegabah dalam mengambil kebijakan.
Masyarakat cinta akan kemakmuran, tercukupi kebutuhan hidup sehari-hari, mayoritas penduduk Pakpak Bharat adalah sebagai petani, mengandalkan hasil pertanian untuk kecukupan sehari-hari. Sistem pertanian di daerah Pakpak Bharat tidak sehebat seperti sistem pertanian di daerah tetangga.Â
Pertanian di Pakpak Bharat hingga saat ini sebatas untuk kecukupan kebutuhan dalam keluarga, bukan dijadikan sebagai arena ajang bisnis atau aset yang dapat dikembangkan. Pertanian bukan dikembangkan untuk menimbun harta kekayaan, namun pertanian hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Â
Terbatasnya cara sistem pengelolaan pertanian, cara berpikir dan kebiasaan hidup sehari-hari adalah sebagai salah satu penghambat. Disamping itu areal pertanian yang akan dikelola sangat terbatas, luas areal hutan lindung  begitu luas, sehingga menghimpit pengembangan dan perluasan lahan pertanian.Â
Cara dan sistem pertanian masih kelihatan lambat dan sistem konvensional, bisa jadi alasan  karena kurangnya modal. Membeli obat-obatan pestisida, pupuk bahkan alat-alat mesin pertanian begitu mahal, sehingga yang dilakukan Masyarakat petani adalah dengan menggunakan Sistem dan alat-alat tradisional seadanya.
Yang lebih bepengaruh adalah hasil-hasil pertanian tersebut terkendala dengan tempat pemasokan komiditas pertanian. Beberapa peristiwa terjadi, dimana hasil-hasil pertanian melimpah namun terkendala oleh tempat pemasokan hasil, sehingga mengakibatkan harga anjlok, diluar dari harga ekspektasi yang diharapkan.
Dilihat dari jalur transportasi juga sangat disayangkan, akses keluar daerah dianggap tidak strategis, penghubung ke daerah-daerah tetangga masih terkendala, akses perputaran hasil pertanian kedaerah tetangga tersendat karena akses transportasi tertutup "tidak ada jalur-jalur alternatif yang layak".Â
Sebagai contoh Akses keluar ke Kabupaten Humbang Hasundutan, Delleng simpon. Dari generasi ke generasi, dari jaman ke jaman hingga kini akses itu tertutup tak tertembus, kadang jika dipikir-pikir, karakter nama akan mencerminkan situasi dan sifat, Delleng simpon jika analogikan dengan istilah Toba menjadi "Dolok sompolon", jika diterjemahkan dalam bahasa Pakpak artinya menjadi ditutup, ditempel atau diblok, barangkali dengan asumsi itu yang mengakibatkan akses itu sulit untuk dibuka, "sekedar asumsi"Â
Kemudian kita dapat melihat akses keluar kedaerah Kabupaten Singkil. Pembangunan jalan Salak-Pagindar yang tidak tuntas, hingga kini masih terseok-seok. Mengakibatkan transportasi sebagai penghubung antara daerah  benar-benar stagnan,  tidak terhubung dengan baik, fasilitas jalan yang tidak layak untuk jalur transportasi, khusus arus sirkulasi hasil komoditi Pertanian.
Hingga kini Kabupaten Pakpak Bharat mengandalkan jalur transportasi yang layak hanya menuju akses Kabupaten Dairi, digunakan satu-satunya core penggerak dan penghubung transportasi keluar dan masuk kawasan Pakpak Bharat.Â
Kabupaten Pakpak Bharat diibaratkan sebagai daerah buntu, tertutup akses jalan keluar. Tertutup hubungan dengan daerah tetangga, tidak ada jalur alternatif yang dapat digunakan untuk sirkulasi arus barang dan jasa, Â walaupun daerah tersebut saling berdekatan dan memiliki hubungan suku budaya, ras yang sama dengan Daerah tetangga.
Khusus sirkulasi hasil bumi dan pertanian, dari kajian hukum ekonomi, siklus pelaku ekonomi tidak berjalan dengan baik, pasar barang, pasar produksi dan pasar uang kelihatannya tidak berjalan normal.Â
Perputaran ekonomi kelihatan tidak berputar dengan baik, disaat peredaran uang cukup tinggi, transfer anggaran dari tahun ke tahun terus bergulir dari pemerintah pusat ke daerah, namun perputaran uang kelihatannya kosong melompong, loyo, sepertinya uang itu numpang lewat, bisa jadi perputaran uang berada di daerah tetangga bukan di dalam Daerah itu. "Sebatas asumsi juga".
Kabupaten Pakpak Bharat hanya diuntungkan kepada beberapa orang sepihak, masyarakat dengan identitas sebagai Pegawai Negeri Sipil, bekerja di kantoran Pemerintah, masyarakat yang terpilih sebagai Wakil rakyat, dengan honor dan tunjangan melimpah. Kepala dan pimpinan Lembaga, Organisasi dan Badan usaha  yang menerima sumbangan hibah Pemerintah. Â
Tenaga-tenaga honorer atau pihak ketiga yang ikut aktif dalam menjalankan tugas di perkantoran, diupah dan digaji perbulan sesuai dengan UMR daerah itu. Kepala desa dan perangkat desa yang mengurusi Pemerintahan desa, menyerap anggaran pemerintah yang dihibahkan berkisar milyaran rupiah tiap tahun setiap desa.Â
Kepala pemerintahan dan jajarannya di lingkungan vertikal digaji sesuai pangkat dan jabatan. Para pengusaha dengan rutinitas sebagai Pemborong pemilik proyek pemerintah, keuntungan yang cukup besar disedot dari proyek pemerintah. Bupati dan wakil Bupati yang dipilih oleh rakyat, dengan segala fasilitas dan gaji yang membuat kita terkesima.
Lalu, bagaimana dengan masyarakat dengan identitas sebagai Petani atau buruh tani, yang mungkin hanya mengandalkan hasil tani sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Â
Masyarakat petani dengan pendapat Pas-Pasan.  Jika hasil pertanian yang dikelola hanya mampu menghasilkan 2 kilo seminggu, dengan jangkauan harga  20000 perak per kilo, masih umum dan sonter terlihat.Â
Masyarakat petani dengan jumlah populasi terbanyak di kabupaten Pakpak Bharat, mayoritas masih hidup dengan ekonomi dibawah rata-rata, tidak sebanding jika dibandingkan dengan anggaran pemerintah yang diserap dari pusat ke daerah, seharusnya Masyarakat petani ikut makmur dan sejahtera seperti pada umumnya.
Ada tugas berat yang diemban oleh pemimpin masa depan nanti. Pemimpin yang memberikan janji dan bukan sekedar janji manis, melainkan pemimpin yang siap menjawab dan mengeksekusi keluhan masyarakat pada umumnya.Â
Kita menunggu Karakter Calon Pemimpin yang mau menjawab secara nyata harapan rakyat. Calon pemimpin yang bukan hanya sekedar mengandalkan kekayaan, kecakapan hidup, kelincahan berpikir, pintar bertutur kata, pergaulan yang luas, namun berharap kelak calon pemimpin yang siap dan tulus. Atau barangkali calon pemimpin kaya akan kasanah budaya, fasih dalam intrik dan intuisi, namun harapan kelak calon Pemimpin yang bukan lupa akan janji-janji manisnya.
Harapan Calon pemimpin yang berdiri tegak bersama masyarakat petani. Siap mendengar dan berani mensejajarkan kehidupan yang layak seperti kehidupan pada umumnya.
Calon pemimpin yang benar-benar memenuhi janjinya membuka akses segala penjuru, hingga Pakpak Bharat menjadi daerah yang strategis.
Calon pemimpin yang berani dan siap membuka akses jalan menuju kabupaten Humbang Hasundutan delleng simpon, atau jalan menuju Lagan kecamatan Pagindar hingga Nangroe Aceh Darussalam.Â
Atau barangkali calon pemimpin yang berani dan mampu memperkenalkan kabupaten Pakpak Bharat kesegala penjuru, mengabarkan bahwa masyarakat Pakpak Bharat seutuhnya makmur dan hidup yang layak.
Pada akhirnya sebuah pesan unik yang sangat berat dan terberat, dimana Calon pemimpin siap bersih menjalankan tugas, tanpa melakukan KKN.
Ternyata menjadi pemimpin itu tidaklah mudah, namun amat dan teramat sulit, tak segampang kita berpikir berimajinasi dan menuliskan dalam sehelai kertas.Â
Kita menunggu para calon-calon pemimpin kelak. Bersama kita akan menyaksikan seberapa besar dan seberapa kuat dia. Atau seberapa tajam dan seberapa peka dia mengerti akan keinginan rakyat.
"Wellcome to Pakpak Bharat Regency"
Marudut Parsaoran Anakampun ST. MM.
Salak, 21/11/1/2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H