Cikal bakal Kemerdekaan.
Beberapa hari kedepan kita sebagai rakyat bangsa Indonesia akan merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan diartikan sebagai bebas, keluar dari belenggu, jajahan, pembodohan, kebebasan berbicara, hidup dan berpendapat, ikut serta menikmati kekayaan alam negeri tercinta.Â
Kemerdekaan diibaratkan sebagai Mahkota terindah dalam hidup dan penghidupan. Kemerdekaan lahir dan batin tanpa tekanan, paksaan, tipu muslihat. Kemerdekaan yang mandiri tanpa rekayasa.
Kerajaan Belanda berkuasa satu setengah abad di Negeri ini.
Flash back kembali di tahun seribu delapan ratusan, dimana Belanda menginfasi pasukan dan warganya ketanah air. Lebih satu setengah abad  kerajaan Belanda duduk dan berkuasa di negeri ini. Coba kita bayangkan satu setengah abad lamanya atau seratus lima puluh tahun kerajaan Belanda duduk dan berkuasa di Negeri ini, tak terbayang nilai materi dan uang telah diangkut ke negeri Kerajaan Belanda.
Belanda telah berhasil menjadi Banteng di kampung orang, menjadi raja dan penguasa, bagaimana tidak Belanda telah sukses menjarah, menguras kekayaan bumi pribumi, rempah-rempah, kopi, Cengkeh, lada, dan kekayaan bumi lainnya. Terkuras untuk kedikdayaan kerajaan Belanda.Â
***
Belanda memanfaatkan akal dan logika berpikir cemerlang sudah diasah dinegaranya, Â dengan mudahnya Belanda mendoktrin, mencuci otak bahkan mengatur dan mengendalikan sistem kehidupan pribumi. Dengan begitu sudah barang tentu hasil bumi pun tak luput dari jarahan diangkut, dihabisi di bawa ke negeri Nederland.
***
Warga negara pribumi bergejolak atas sikap kerajaan Belanda.
Semangat juang kemerdekaan sudah dipatri oleh pendahulu-pendahulu ketika Belanda menjajah dengan menyedot kekayaan bumi. Hasil bumi seperti bukan empunya sang tuan rumah, tetapi hasil bumi milik sang penjajah. Â Belanda memanfaatkan situasi kebodohan, keterbelakangan dan carut marutnya rakyat pribumi.Â
Namun perlahan-lahan mata terbuka, pikiran mulai berjalan, saya sudah tertipu, tertipu atas mahligai intrik Belanda, begitu pintar mengecoh, mengadu domba, memperalat dan memusnahkan. Kesadaran itu muncul ketika mata dan cakrawala berpikir terbuka, terang benderang oleh kaum pribumi.
***
Peperangan pun terjadi, pribumi merasa tak puas seperti dipermainkan, pribumi dianggap sebagai budak dikampung sendiri, habis terkuras dan ditelanjangi  kemerdekaannya. Kaum cendekiawan dan pemuda pribumi sudah sadar, mereka seperti diperalat, dipermainkan dan diakal - akali.Â
Gejolak prahara terjadi dimana-mana, penyerangan terhadap camp-camp pemerintah Belanda di hampir setiap pelosok negeri terdengung, peperangan pun terjadi. Â Pejuang-pejuang pribumi sadar atas jajahan dan pembodohan yang dilakukan oleh kompeni Belanda pada masa itu, kaum -kaum terdidik bermunculan, dengan suara lantang menyerukan, kami mau bebas dan merdeka, bebas mengarungi kehidupan di negeri sendiri. Semangat itu muncul bertubi-tubi.
Api peperangan berkobar di mana-mana, menandakan bahwa pribumi ingin kerajaan Belanda angkat kaki keluar dari negeri ini. Sudah bosan dan muak atas perlakuan kerajaan Belanda.
***
Kerajaan Nippon berkuasa, melanjutkan jajahan Belanda.
Tak lama berselang, ditahun seribu sembilan ratusan, kerajaan Nippon turun ke negeri ini, atas pergolakan perang dunia kedua. Belanda perlahan lahan menarik diri dari kekuasaan yang pernah terjadi di negeri ini. Kerajaan Nippon merampas dan memegang kendali sistem pemerintahan. melanjutkan kekuasaan dan penjajahan lebih ekstrim. Gaya Nippon tegas dan kejam. Belanda tersingkir.
Disayangkan, pribumi tetap terjajah. Impian itu sepertinya sirnah, semangat api menggebu-gebu itu percuma dan sia-sia. Bagaimana tidak, Kerajaan Belanda tersingkir namun tetap diestafetkan oleh Kerajaan Nippon. Tanda penjajah itu tetap ada, meskipun negara jajahan yang berbeda.
Lebih kurang satu setengah tahun lamanya Nippon berkuasa di Negeri ini, dengan gaya ekstrim, perlakuan kejam, Nippon mengatur segala sesuatu yang ada di negeri ini. Hasil bumi beserta kekayaan dikendalikan oleh Nippon, digunakan untuk modal investasi berperang. Pada masa itu Nippon hobi berperang. Nippon di juluki matahari terbit.
Pribumi seperti tak bisa berbuat dan berkata apa-apa, ingin merdeka tapi tetap terjajah, hampir merdeka namun dijajajah oleh penjajah baru. Kemerdekaan itu sepertinya masih jauh dari pandangan mata.
Tak lama berselang, Amerika menyerang Jepang "Balasan setelah pasukan Jepang menyerang pertahanan Amerika di teluk harbor". Serangan dadakan yang dilakukan oleh Angkatan Laut Jepang terhadap Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat yang tengah berlabuh di Pangkalan Angkatan laut Pearl Harbor, Hawaii, pada hari Minggu pagi, 7 Desember 1941.
Amerika dengan kekuatan perang yang ada menyerang dan membom dengan bom atom, Hiroshima dan Nagasaki sebagai titik sasaran. Apa yang terjadi, suara dentuman terjadi. Bom itu benar benar meluluh lantahkan Jepang. Nippon porak poranda, Nippon menyerah dan angkat bendera putih tanda menyerah.
Perang Amerika melawan Jepang, peluang emas bagi bangsa pribumi.
Kabar itu seperti angin sorga bagi bangsa pribumi, tak disia-siakan kesempatan itu, pemuda pemuda berintelektual, berwawasan luas, cendikiawan-cendikiawan terampil memanfaatkan kesempatan itu, Â diibaratkan Ilham yang diturunkan oleh Allah pencipta.Â
Sempitnya ruang dan waktu, dengan segala keterbatasan yang ada. Gejolak peperangan antar negara adikuasa, pemuda-pemuda terdidik, dan cendikiawan muda, mengambil sikap dan tindakan, mencetuskan perjuangan kemerdekaan, menuliskan kumandang kemerdekaan di atas sehelai kertas putih, dengan tulisan tangan tinta hitam. Menenun Bendera Merah Putih, diikat dan disulam helayan kain dan benang. Mengakui sebagai Bangsa Indonesia, berbangsa satu tanah air Indonesia.
Pemuda-pemuda terdidik dan cendikiawan muda mengikrarkan kemerdekaan, mencetuskan Sila-sila Pancasila sebagai dasar ideologi bernegara. Mengumandangkan lagu Indonesia raya sebagai lagu persatuan. Secara devacto kemerdekaan itu sudah di cetus. Kemerdekaan dari belenggu penjajahan.
Kemerdekaan bangsa Indonesia sudah terdengung hingga pelosok negeri, ikrar kemerdekaan itu sudah di akui oleh beberapa Bangsa dan negara, kemerdekaan dari segala jajahan, intimidasi dan pengurasan. Â Kemerdekaan menikmati kekayaan bumi negeri sendiri. Kemerdekaan menghirup udara segar Negeri sendiri.
Tahun demi tahun terus berjalan. Bangsa Indonesia berdiri sendiri menapaki perjalanan hidup warga negaranya. Â Pemuda-pemuda muda dan cendikiawan muda terdahulu, memberikan tongkat estafet kepada Generasi muda berikutnya. Tongkat estafet yang berisikan pesan bahwa kita tidak akan pernah ter- jajah oleh apapun dan bentuk apapun.
Bangsa Indonesia didalamnya terdapat jutaan warga masyarakat, yang ikut serta memainkan peran penting membangun dan membawa bangsa Indonesia. Bangsa besar dengan jutaan penduduk dan bentangan ribuan pulau. Nikmat menang, sungguh nikmat.
Bangsa Indonesia mulai berbenah, membangun dan berkiprah. Menunjukkan selayaknya bangsa yang berdaulat. Bangsa besar yang memiliki kekayaan alam.
Potret kehidupan bangsa Indonesia masa kini.
Namun demikian Traumatik itu masih samar-samar kelihatan, muncul dan bergeming, Â "Penjajahan", bagaimana nenek moyang kita, para pendahulu pejuang-pejuang bangsa berkorban berjuang hingga titik darah penghabisan, berperang berjuang untuk merebut kemerdekaan yang hakiki.Â
Penjajahan itu berkamuflase, penjajahan itu dilakoni oleh penduduk asli, pribumi, warga yang terdaftar sebagai bangsa Indonesia kita sendiri.
Kita dapat melihat bersama, praktek penjajahan itu terjadi. Â Aparatur Sipil Negara menyalah gunakan wewenang dengan melakukan praktek korupsi sehingga merugikan keuangan negara,ormas dan masyarakat tertentu yang hingga kini Belum mengakui sepenuhnya kemerdekaan NKRI mengakibatkan terganggunya kondusifitas dan perdamaian, hakim dan jaksa yang bersekongkol dalam praktek pungutan dan kong kalikong merugikan pihak pihak tertentu yang menuntut keadilan, masyarakat yang tidak taat hukum tidak patuh pada pembayaran pajak sehingga tersendatnya pembangunan.Â
Pejabat Bupati yang melakukan praktek korupsi, memperkaya diri sendiri sehingga merugikan keuangan negara. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada khalayak ramai khususnya bagi wong cilik sehingga hak hak wong cilik tidak diperhitungkan, petugas keamanan polisi melakukan praktek korupsi di jalanan dengan meminta sejumlah uang dari pelanggar lalu lintas untuk melepaskan dari jeratan hukum, orang kaya yang berinvestasi namun tidak menerapkan aturan dan peraturan mendirikan usaha. Â
Petugas beacukai menyalah gunakan wewenang dengan bermain kongkalikong di bandara, Gubernur melakukan tindakan korupsi dan menyalah gunakan wewenang dengan menindak dan memutus hubungan dengan lawan - lawan politik, anggota Dewan perwakilan rakyat berkompromi dengan praktik praktik korupsi, meluluskan program negara jika sesuatu yang diinginkan sudah terpenuhi.
 Masyarakat melakukan praktek korupsi dengan memberikan uang pelicin untuk mengurus ijin dan administrasi lainnya. Para menteri yang tidak mempertimbangkan dan memprioritaskan pembangunan berbasis penyandang disabilitas, Penegakan hukum yang tak berpihak kepada keadilan namu berpihak kepada nilai uang.Â
Pemerintah yang salah dalam perencanaan sehingga membuat mubajir dan sia-sia keuangan negara. Pemerintah yang melakukan import besar besaran sehingga nilai jual masyarakat petanisangat kecil, tidak seimbang dalam pemenuhan kebutuhan bercocok tanam.Â
Masih banyaknya pengangguran, pengangguran menjamur dimana-mana. Harga tiket pesawat melambung tinggi, harga minyak dan tarik dasar listrik naik turun merugikan dan membebani rakyat tentunya. Harga hasil kekayaan hasil bumi seperti sawit, karet dan tanaman lainnya harganya fluktuatif membuat para petani bingung dan kewalahan.
Tingkat pengangguran tinggi. Jumlah putus sekolah karena tidak mampu membiayai hingga perguruan tinggi. Seorang pelajar yang cita-cita nya menjadi pasukan pengibar bendera pusaka pupus karena derajat kehidupan.
Ini sebagian potret penjajahan pada masa saat ini, secara kasat mata kelihatannya negeri ini belum Merdeka, kemerdekaan itu masih jauh dari pandangan mata, penjajahan itu masih membelenggu. Teringat kembali jajahan kerajaan Belanda dan Nippon 74 tahun silam.
Selamat menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia, meskipun Kemerdekaan itu agak samar kelihatannya.
Marudut parsaoran anakampun
Salak, 15 Agustus 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H