Kabar itu seperti angin sorga bagi bangsa pribumi, tak disia-siakan kesempatan itu, pemuda pemuda berintelektual, berwawasan luas, cendikiawan-cendikiawan terampil memanfaatkan kesempatan itu, Â diibaratkan Ilham yang diturunkan oleh Allah pencipta.Â
Sempitnya ruang dan waktu, dengan segala keterbatasan yang ada. Gejolak peperangan antar negara adikuasa, pemuda-pemuda terdidik, dan cendikiawan muda, mengambil sikap dan tindakan, mencetuskan perjuangan kemerdekaan, menuliskan kumandang kemerdekaan di atas sehelai kertas putih, dengan tulisan tangan tinta hitam. Menenun Bendera Merah Putih, diikat dan disulam helayan kain dan benang. Mengakui sebagai Bangsa Indonesia, berbangsa satu tanah air Indonesia.
Pemuda-pemuda terdidik dan cendikiawan muda mengikrarkan kemerdekaan, mencetuskan Sila-sila Pancasila sebagai dasar ideologi bernegara. Mengumandangkan lagu Indonesia raya sebagai lagu persatuan. Secara devacto kemerdekaan itu sudah di cetus. Kemerdekaan dari belenggu penjajahan.
Kemerdekaan bangsa Indonesia sudah terdengung hingga pelosok negeri, ikrar kemerdekaan itu sudah di akui oleh beberapa Bangsa dan negara, kemerdekaan dari segala jajahan, intimidasi dan pengurasan. Â Kemerdekaan menikmati kekayaan bumi negeri sendiri. Kemerdekaan menghirup udara segar Negeri sendiri.
Tahun demi tahun terus berjalan. Bangsa Indonesia berdiri sendiri menapaki perjalanan hidup warga negaranya. Â Pemuda-pemuda muda dan cendikiawan muda terdahulu, memberikan tongkat estafet kepada Generasi muda berikutnya. Tongkat estafet yang berisikan pesan bahwa kita tidak akan pernah ter- jajah oleh apapun dan bentuk apapun.
Bangsa Indonesia didalamnya terdapat jutaan warga masyarakat, yang ikut serta memainkan peran penting membangun dan membawa bangsa Indonesia. Bangsa besar dengan jutaan penduduk dan bentangan ribuan pulau. Nikmat menang, sungguh nikmat.
Bangsa Indonesia mulai berbenah, membangun dan berkiprah. Menunjukkan selayaknya bangsa yang berdaulat. Bangsa besar yang memiliki kekayaan alam.
Potret kehidupan bangsa Indonesia masa kini.
Namun demikian Traumatik itu masih samar-samar kelihatan, muncul dan bergeming, Â "Penjajahan", bagaimana nenek moyang kita, para pendahulu pejuang-pejuang bangsa berkorban berjuang hingga titik darah penghabisan, berperang berjuang untuk merebut kemerdekaan yang hakiki.Â
Penjajahan itu berkamuflase, penjajahan itu dilakoni oleh penduduk asli, pribumi, warga yang terdaftar sebagai bangsa Indonesia kita sendiri.
Kita dapat melihat bersama, praktek penjajahan itu terjadi. Â Aparatur Sipil Negara menyalah gunakan wewenang dengan melakukan praktek korupsi sehingga merugikan keuangan negara,ormas dan masyarakat tertentu yang hingga kini Belum mengakui sepenuhnya kemerdekaan NKRI mengakibatkan terganggunya kondusifitas dan perdamaian, hakim dan jaksa yang bersekongkol dalam praktek pungutan dan kong kalikong merugikan pihak pihak tertentu yang menuntut keadilan, masyarakat yang tidak taat hukum tidak patuh pada pembayaran pajak sehingga tersendatnya pembangunan.Â