Dari cara mereka donasi, dan setuju dengan kebijakan contohnya pengurangan tarif pajak (isu ini diperjuangkan A dan partai Y) dan tidak setuju dengan kebijakan pelonggaran masuknya imigran (hal yang didorong oleh B dan partai X) kita bisa tahu bahwa dia lebih condong dan memiliki preferensi dukungan ke calon perdana menteri dan partai yang mana.
Ini sebenarnya yang kita tidak miliki. Fanatisme kita terhadap seorang Calon Presiden dan pilihan kita terhadap Partai Politik jangan dipertontonkan dan diperdebatkan kepada orang lain. Lama kelamaan inilah yang ditakutkan menjadi polarisasi dalam masyarakat.
Kita bukan negara kerajaan tapi negara demokrasi. Seseorang menjadi pemimpin di batasi 2 kali masa jabatan. Walau partai politik punya ideologi yang bersifat permanen, namun isu apa yang ingin partai itu perjuangkan pasti berubah seiring waktu.Â
Visi dan misinya pasti berbeda beda diantara partai itu. Itulah yang harusnya kita sebagai pemilih sebagai dasar mengapa kita memilih A dan bukan B.
Semoga tahun 2024 demokrasi kita naik kelas. Sehingga kita bisa cepat move on, saat pilihan kita kalah. Kita tidak cepat terprovokasi saat pilihan kita tidak terpilih.
Buatlah hidup lebih mudah, karena perjalanan mengisi kehidupan kita tidaklah mudah.
Saatnya katakan 'Tidak' bicara politik saat dimeja makan, ber chatt di group, dikantor, dikeluarga.
Biarlah itu kerjaan para politisi dan pengamat, karena itu adalah pekerjaan mereka.
Salam Damai. Kembali Merajut Kebangsaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI