Fajar ada di tempat yang tepat dan dalam jalur yang hebat untuk mengolah diri menjadi pribadi yang utuh. Jurnal harian yang dia tulis menjadi habitus baru untuk mengolah hati dan komitmen diri untuk hidup yang baik dan berdaya guna.
Belajar di sekolah tidak lagi sekadar belajar materi akademik, namun Fajar juga mulai belajar mengolah hati dari setiap pengalaman belajarnya sehingga dapat mengembangkan buah-buah hati seperti makna kejujuran, kepedulian, simpati dan empati, rasa syukur, dan sebagainya. Bahkan Fajar pun mulai menuliskan komitmen dirinya ke depan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berdaya guna untuk sesama dan masyarakat.
Kesempatan berefleksi yang dialami Fajar lewat Jurnal Harian sungguh memberikan nuansa baru bagi dia dan teman-temannya dalam merasakan pendidikan yang bermakna dan membentuk diri menjadi manusia yang sungguh-sungguh mengedepankan nilai-nilai kehidupan (life values) dalam setiap pengalaman hidupnya.
Lewat jurnal harian itu, pengalaman hidup tidak berjalan begitu saja bahkan tidak terlewatkan tanpa pemaknaan. Jurnal harian menjadi sarana yang ampuh untuk berkembang dalam hidup secara berkesinambungan.
Kebiasaan berefleksi sungguh-sungguh memberikan kemerdekaan dalam belajar sehingga anak-anak tidak hanya terbelenggu dalam tuntutan akademik namun mulai memberikan peluang yang lain dalam pengembangan diri. Sekolah bukan semata-mata menjadi pintar dalam memahami materi per materi yang ada dalam setiap pelajaran, namun pergi ke sekolah sejatinya menjadi kesempatan yang menarik, menyenangkan, dan bermakna untuk menjadi manusia yang seimbang dalam pikiran, hati, nurani, dan komitmen hidup.
Memaknai Keagungan Sang Pencipta
Menjadi begitu indah dan memesonanya dunia pendidikan ketika setiap dinamika di dalamnya memberikan kelegaan dan keutuhan dalam berkembang. Esensi pendidikan pada dasarnya memberikan kebaikan bagi siapa pun dan mendorong setiap pribadi untuk menjadi lebih baik yang berdaya guna bagi sesama dan lingkungan.
Lewat kebiasaan menulis jurnal yang dialami Fajar di sekolah barunya, Fajar mulai merasakan indahnya belajar karena mendapatkan ilmu pengetahuan, bisa mengolah rasa dan nurani, serta memberi peluang untuk menata komitmen hidup.
Refleksi harian yang dialami Fajar sejatinya sangat mendalam karena tidak sekadar menulis pengalamannya yang menarik saja, namun juga menggali makna dari pengalaman itu untuk hidupnya.
Fajar pernah menuliskan dalam jurnalnya bahwa dia sangat jengkel dengan teman kelompoknya karena terlalu memaksakan kehendak sehingga yang lain harus menurutnya padanya.
Dari pengalaman yang kurang mengenakkan itu, justru Fajar mampu menarik hal baik dan berdaya guna bagi hidupnya. Fajar menuliskan dalam refleksinya bahwa dia justru bersyukur memiliki pengalaman yang menjengkelkan itu karena dia bisa belajar untuk menjadi pribadi yang bisa mendengarkan dan menghargai orang lain.