Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (9): Pameran, Kolaboratifnya Pembelajaran

8 September 2021   04:05 Diperbarui: 11 September 2021   06:55 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anton dengan antusias memamerkan foto-foto jepretannya dan juga desain bangunan kuno yang dirancang sebagai versi renovasinya. Idealisme Anton benar-benar tertuang dalam pameran kelas itu. 

Kecintaannya pada sejarah telah mendorong dia bukan hanya belajar sejarah belaka namun justru memotivasi dia mencintai gambar sebagai media ekspresinya.

Ada juga kumpulan anak-anak penggemar fisika dan kimia yang mencoba menampilkan konstruksi ujicoba roket. Bahkan mereka juga akan mendomentrasikan kerja roket itu di lapangan sepak bola. 

Anak-anak lain bisa menyaksikan di lorong lantai dua yang menghadap ke lapangan bola tepat di samping ruang pameran. Begitu bangganya anak-anak itu tatkala demonstrasi roket mereka berhasil dan pujian dari teman-teman pun begitu mereka rasakan.

Di saluh satu pojok ruang pameran pun ada kelompok anak-anak pencinta ilmu bumi. Mereka mencoba membuat simulasi proses terjadinya gunung berapi. 

Gunung yang dibuat dari kertas dengan kombinasi campuran tertentu telah membuat miniatur itu tampak seperti gunung sungguhan. Bahkan lahar dan larva buatan mereka pun nyaris tak ada bedanya dengan yang asli keluar dari gunung berapi.

Seperti tak mau kalah dengan yang lain, di salah satu pojok yang lain ada anak-anak pecinta bahasa, biologi, dan komputer menyajikan sebuah pertunjukan seni sederhana. Ada anak yang menampilkan musikalisasi puisi tentang sastra kontemporer versi mereka. 

Berbagai kreativitas mereka buat seperti puisi organ tubuh manusia atau puisi komputer. Imaginasi dan fantasi mereka mencoba menguraikan tentang kehidupan ini layaknya sebuah manusia dengan organ tubuhnya atau komputer dengan segala sistemnya (software dan hardwarenya).

Anak-anak seperti menemukan dunianya yang telah lama hilang dalam pameran itu. Begitu antusias dan energiknya mereka bergulat dengan imaginasi dan simulasi yang ada. 

Mereka saling berlomba-lomba mengekspresikan kemampuan dan cita-citanya. Tetapi mereka juga saling menghargai satu sama lain dan tampak saling memuji hasil karya teman yang lain.

Kolaborasi: Kreatif dan Inovatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun