Perjuangan itu belum selesai. Setelah semua informasi itu mereka kumpulkan, mereka pun harus mengolah semuanya sehingga menjadi "amunisi" yang ampuh dalam debat. Mereka pun harus merancang strategi untuk mengalahkan pihak lawan dalam debat.Â
Untuk merancang strategi itu pun, mereka harus mencari informasi lewat internet, buku, atau nara sumber tentang taktik debat yang jitu. Benar-benar sebuah proses perjuangan yang matang dan terencana.
Akhirnya perjuangan semakin nyata tatkala mereka berdebat. Bagaimana mereka menggunakan "taktik perang" untuk mengalahkan musuh nyata dalam debat yang mereka jalani. Dalam waktu yang pendek, mereka harus bisa "mematikan" lawan dengan amunisi argumen mereka.Â
Tentunya, itu tidak mudah karena lawan pun juga meimiliki "amunisi" yang hebat juga. Tampaknya seperti perang dunia saja. Dari antusiasme dan kegigihan pihak pro dan kontra menunjukkan sebuah perjuangan yang hebat.
Anak-anak telah belajar akan sebuah perjuangan dan mereka telah merasakan sungguh kerasnya berdebat. Ini penting bagi mereka karena hidup ini tidak semuanya enak dan lembut, tapi kadang begitu keras dan menantang. Dalam kerasnya hidup itu dibutuhkan cara berpikir yang sistematis dan logis, hati yang kokoh, dan sikap yang jelas dan tegas. Debat menjadi sebuah media untuk belajar akan kerasnya hidup ini.
Senyum dari wajah-wajah yang tegang itu mulai mengembang. Kelegaan mulai dirasakan setelah melewati kerasnya debat siang itu. Jabat tangan dan canda tawa pun menghiasi pasca debat itu, seolah-olah mereka telah lupa akan pertentangan dan perseturuan yang baru saja terjadi. Sebuah pembelajaran akan proses pendewasaan pun mereka rasakan dan jalani.
Akhirnya, debat telah membawa mereka pada sebuah kecerdasan hidup. Anak-anak menjadi cerdas secara otak dalam proses berpikir dan menyampaikan buah pikiran itu. Anak-anak menjadi cerdas secara hati lewat pendewasaan diri dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya dan fenomena masyarakat yang tersirat dalam topik debat. Dan, anak-anak menjadi cerdas sikap dalam kepedulian akan apa yang terjadi di sekitarnya, khususnya dalam isu-isu dalam debat mereka. Ibu pertiwi pun akan tersenyum dibuatnya.
 Pendidikan Humanis: diambil dari sebuah buku yang berjudul #The_Educatorship, Seni Memanusiakan Wajah Pendidikan, yang ditulis oleh FX Aris Wahyu Prasetyo, 2016, PT Kanisius, Yogyakarta.Â
@Nilai-nilai humanis yang sangat kental dalam kisah-kisah yang tertuang dalam buku ini patut untuk dibagikan ulang sebagai inspirasi dan motivasi mengembangkan pendidikan dewasa ini. Pendidikan sejatinya memanusiakan manusia menuju taraf insani, maka mari mengembangkan humanisme dalam dunia pendidikan secara kontekstual, bermakna, dan reflektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI