Dengan menyadari esensi musyawarah, diskusi, dan debat itu akan menjadi sebuah modal yang baik bagi anak-anak saat harus melakukan proses wacana tersebut. Mereka tahu bagaimana mereka harus memposisikan diri dalam sebuah pembicaraan.Â
Bukan malah salah kaprah. Mau mendiskusikan tentang makna di balik tulisan-tulisan William Shakespeare malah saling debat dengan ego akan pendapatnya masing-masing. Atau malah dimusyawarahkan sehingga yang ada adalah kesepakatan tentang baiknya bagaimana saja perihal makna di balik tulisan-tulisan William Shakespeare itu. Ini khan salah kaprah.
Anak-anak mulai belajar menentukan model yang baik dalam sebuah pembicaraan. Model apakah yang harus digunakan ketika anak-anak akan menentukan iuran dana kelas? Kalau yang digunakan diskusi, bisa jadi yang memiliki pengaruh kuat dan pandai bicara di kelas itu akan dengan mudah menentukan "kebenarannya" sebagai keputusan akhir.Â
Kalau yang digunakan debat, maka bisa jadi tidak akan tercapai keputusan akhir karena masing-masing pihak kuat dengan argumennya.Â
Yang paling tepat tentunya dengan musyawarah sehingga suasana pembiacaraan menjadi rileks dan keputusan dipertimbangkan berdasarkan keadaan sesungguhnya. Mungkin iuran diputuskan seribu rupiah per bulan tetapi yang tidak mampu boleh kurang dari itu sedangkan yang mampu bisa lebih dari itu.
Dengan demikian, anak-anak mulai belajar untuk memposisikan dirinya sesuai dengan tempatnya. Hal ini sangat penting karena dalam kehidupan nyata kita dihadapkan pada banyak situasi yang menuntut kita pun harus bisa menyesuaikan diri dengan baik.Â
Jangan sampai ikut rapat RT atau pertemuan remaja malah kita dengan semangat debat. Bisa jadi kita dibenci oleh lingkungan kita.
Nilai-nilai di Balik Debat
Sebuah kesadaran mulai dibangun dalam diri anak-anak lewat pembelajaran model debat. Dan dari debat itu sendiri pun, mereka belajar banyak hal tentang kehidupan ini. Sebuah perjuangan benar-benar ditekankan dalam proses debat ini layaknya dalam hidup ini kita mesti berjuang.Â
Untuk bisa sukses dalam debat, anak-anak mesti berjuang mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk mendukung argument mereka, pro atau kontra. Mereka harus buka internet, membaca referensi, bahkan bertanya dengan narasumber.Â
Selain itu, kadang mereka pun melakukan survei atau wawancara untuk mendukung argumen mereka. Benar-benar sebuah proses perjuangan yang hebat.