Manusia diciptakan dengan perangkat hebat untuk melahirkan kemampuan-kemampuan yang setia dalam karya-karya yang tetap melibatkan iman dan keterikatan batin dengan Sang Pencipta.
Celakanya dalam kehidupan manusia adalah kemampuan-kemampuan itu tidak muncul dan tetap diam dalam belenggu diri yang membeku dalam kemalasan dan keengganan diri.Â
Manusia ada dalam posisi mengunci diri untuk lepas bebas dalam pikiran dan hati yang sesungguhnya menjadi kesempatan menebar dan menumbuhkembangkan kebaikan dan nilai-nilai luhur kehidupan. Kemampuan-kemampuan itu bukanlah apa-apa tanpa kemauan untuk mengembangkannya.Â
Kemauan menjadi generator yang harus dihidupkan untuk menggerakkan jiwa dan raga dalam mengoptimalkan segala kemampuan.
Kini menjadi sebuah urgensi diri untuk menghidupkan kemauan dalam diri secara terus-menerus dan berkesinambungan dalam kesadaran penuh bahwa manusia begitu istimewa dan memiliki begitu banyak potensi yang mampu menghidupkan hidup lebih hidup.Â
Akhirnya kehidupan menjadi sebuah kolaborasi apik antara kemampuan dan kemauan untuk menuju pada kehidupan yang bermakna bagi diri, sesama, dan semesta.Â
Puncak dari segalanya, biarlah kuasa-Nya menjadikan semuanya seturut kehendak-Nya dalam keilahian dan kemurahan hati yang meneduhkan jiwa selamanya.
Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup.
@Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H